Setiap Jum'at sore, setelah memberikan kuliah Jum'at di Masjid Pusat (Masjid Agung), seorang Imam dan anaknya yang berumur sebelas tahun pergi ke kota dengan membawa buklet "Jalan Menuju Surga" dan literatur islami lainnya.
Namun kali ini, adalah sore yang tidak biasa, sangat tidak mendukung bagi mereka untuk menyebarkan buklet yang mereka miliki. Udara sangat dingin dan jalanan sedang diguyur hujan.
Sang anak sudah bersiap-siap dengan mengenakan pakaiannya yang paling hangat dan paling kering, dan berkata "Baik Ayah, saya sudah siap!" Ayahnya, "Al-Mualim" bertanya "Siap untuk apa nak?"
"Ayah, sekarang waktunya kita untuk keluar bersama" Ayahnya menjawab "Nak, diluar sangat dingin, dan saat ini sedang hujan deras".
Anak itu memperlihatkan tatapan yang mengejutkan, dan bertanya, "Tapi Yah, bukankah orang-orang tetap sedang menuju ke neraka walaupun ini sedang hujan deras?". Ayahnya menjawab "Nak, Ayah tidak akan keluar pada cuaca seperti ini"
Dengan sedih anak itu bertanya "Yah, bolehkah saya pergi? Kumohon.". Ayahnya tampak ragu-ragu untuk sesaat dan akhirnya menjawab "Nak, kau boleh pergi, ini bukletnya, hati-hati nak!". "Terima kasih Ayah"
Dan dengan itu, anak itu pergi hujan-hujanan. Anak sebelas tahun itu berjalan menyusuri jalan di kota, door to door dan memberikan pamflet atau buklet pada setiap orang yang ia temui di jalan.
Setelah dua jam berjalan dalam guyuran hujan, ia terlihat basah kuyup, badan menggigil, dan mulai lelah. Di tangannya masih tersisa sebuah buklet terakhir. Ia berheti di sebuah sudut, mencari seseorang untuk diberi buklet itu, tapi jalanan benar-benar sepi.
Kemudian ia menuju ke sebuah rumah menyusuri pinggiran jalan. Ia menekan bel rumah itu, tapi tak ada jawaban. Ia membunyikan bel rumah itu berkali-kali. Tapi tetap tak ada seorang pun yang menjawab dari dalam rumah itu.
Akhirnya ia memutuskan untuk menghentikan da'wahnya untuk hari itu. Ia mulai meninggalkan rumah itu, tapi sesuatu menghentikannya. Ia kembali ke rumah itu, membunyikan bel rumah itu dan mengetuk pintunya dengan keras. Ia menunggu, sesuatu menahannya untuk pergi dari beranda rumah itu.
Ia kembali membunyikan bel, kali ini ada seseorang yang perlahan membuka pintu. Di belakan pintu itu berdiri seorang wanita tua dengan wajah yang terlihat sedih sekali. Dengan lembut wanita itu bertanya "Ada yang bisa saya bantu, Nak?"
Dengan mata yang berseri dan senyum yang mengangkat dunianya, anak ini berkata "Nyonya, maaf bila saya telah mengganggu, tapi saya hanya ingin menyampaikan bahwa 'Allah mencintai dan memperdulikan Nyonya' dan saya datang untuk memberikan buklet terakhir saya pada Nyonya, yang akan memberitahu Nyonya segala sesuatu tentang Tuhan, tujuan sebenarnya dari penciptaan, dan bagaimana cara mendapatkan nikmat dari-Nya"
Dengan itu, wanita tua itu menerimanya, dan pada saat anak ini meninggalkan rumahnya ia berkata "Terima kasih nak, Tuhan memberkatimu".
Pada Jum'at berikutnya, setelah memberikan kuliah Jum'at di Masjid Pusat. Seperti biasa diakhir kuliah ia bertanya kepada para jama'ah "Ada seseorang yang ingin bertanya?"
Perlahan, di belakan barisan jamaah wanita, dari pengeras suara terdengar suara parau dari seseorang. Dari suara itu tersirat kepuasan dan kesenangan, meskipun tidak terlihat jelas siapa yang sedang berbicara. "Tak ada seorang pun di perkumpulan ini yang kenal saya. Saya belum pernah hadir di sini sebelumnya. Karena, sebelum hari Jum'at yang lalu, saya bukan seorang muslim. Suami saya meninggal beberapa waktu yang lalu, meninggalkan saya sendirian, dan membuat saya benar-benar kesepian. Jum'at yang lalu menjadi hari yang berbeda dari hari-hari sebelumnya, terlebih keadaan hati saya, yang waktu itu sedang putus asa, tidak memiliki harapan ataupun keinginan untuk terus hidup.
Jadi saya mengambil tali dan sebuah kursi, dan naik ke loteng rumah, saya mengikat tali itu di palang atap saya, dan mengikatkan ujung lainnya di leher saya. Saya berdiri di kursi itu dalam keadaan hati yang hancur dan merasa benar-benar kesepian. Waktu itu saya hampir mati, ketika tiba-tiba bel rumah saya berbunyi mengejutkan saya. Saya berfikir, saya akan menunggu beberapa menit, dan siapa pun yang membunyikan bel, pasti orang itu akan pergi.
Saya terus menunggu, tapi suara bel terdengar semakin keras dan orang yang membunyikan bel juga mengetuk pintu dengan keras. Saya berfikir lagi 'siapakah kiranya? tak pernah ada seorang pun yang membunyikan bel rumah saya dan datang menemui saya'. Saya melepaskan tali dari leher saya, dan menuju pintu karena bel terus berbunyi.
Ketika saya membuka pintu, saya hampir tidak percaya apa yang saya lihat, seorang malaikat kecil dengan wajah berseri sedang berdiri di beranda rumah saya. Seorang anak yang paling manis yang pernah saya temui seumur hidup. Senyumnya, oh! saya tidak bisa menggambarkannya. Kata-kata yang keluar dari mulutnya seolah menghidupkan kembali hati saya yang sudah mati, ia berkata "Nyonya, saya hanya datang untuk menyampaikan bahwa Allah sangat menyayangi dan mempedulikanmu!" Dan memberikan sebuah buklet "Jalan Menuju Surga" yang saya pegang sekarang.
Anak kecil itu menghilang bersama hujan dan udara dingin diluar, saya menutup pintu, dan membaca setiap kata dalam buklet ini perlahan-lahan. Dan saya pergi ke loten untuk melepas tali yang saya siapkan tadi, saya berfikir, saya tidak memerlukannya lagi.
Kalian tahu, sekarang saya menjadi seorang hamba dari Tuhan Yang Satu. Karena alamat majlis ini tertulis di buklet yang saya terima, maka saya datang ke sini untuk mengucapkan pada malaikat kecil, yang telah datang sekejap saja, dan karena dia telah membantu saya untuk selamat dari neraka.
Tak ada mata yang kering pada setiap orang yang hadir di Masjid itu. Dan teriakan takbir terdengar diudara, bahkan diantara para jamaah wanita.
Sang Imam (Ayah) turun dari mimbar, dan memeluk anaknya yang ada di barisan depan, ia memeluk dan menangis tak terkendali.
Mungkin belum pernah ada majelis atau mungkin belum pernah ada di dunia ini seorang pun yang melihat bagaimana seorang ayah sangat mencintai anaknya kecuali yang satu ini.
Kamu (umat islam) adlah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusa, (karena kamu) menyuruh 9berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah (Q.S. Al Imran ayat 110)
Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik (Q.S. An Nahl ayat 125)
--terjemahan seadanya, apabila ada kekurangan, mohon dikoreksi.--
Every Friday afternoon, after the Jummah service at the Central Mosque, the Imam and his eleven year old son would go out into their town and hand out “Path to Paradise” and other Islamic literature
Every Friday afternoon, after the Jummah service at the Central Mosque, the Imam and his eleven year old son would go out into their town and hand out “Path to Paradise” and other Islamic literature.
Every Friday afternoon, after the Jummah service at the Central Mosque, the Imam and his eleven year old son would go out into their town and hand out “Path to Paradise” and other Islamic literature.