Kamis, 28 Februari 2013

Berbagai Cara Untuk Jihad Fii Sabilillah

Jihad Fisabilillah tidak harus berkonotasi membawa 'pedang'. Jika memang ingin berjihad dengan 'pedang', sono pergi ke Palestina atau daerah yang memang sedang konflik atau mengalami penindasan. Tapi, sebelum berangkat, bekali diri dengan keahlian-keahlian yang mendukung di kawasan konflik tersebut. Jadi, jika pergi kesono kita tidak 'setor' nyawa. Hehehe...

Jihad
Jihad dengan pedang atau degan pena

Jihad Fisabilillah itu sangat banyak sekali ragamnya. Salah satunya bisa berjihad dengan al Qur'an (QS. 25: 52). Tetapi, saya disini hanya ingin berbagi ilmu (ingat loh ya, 'berbagi' BUKAN 'mengajarkan’ ^_^ ) tentang Jihad Fisabilillah yang saya ketahui sebagian. Walau kata 'sebagian' ini pernah saya diskusikan saat briefing baksos beberapa waktu yang lalu dengan sahabat-sahabat saya yang katanya bisa ‘sebagian’ kecil atau ‘sebagian’ besar. Hehehe...

Jihad yang ingin saya bahas adalah Jihad bil qolam, Jihad bit tarbiyyah, Jidah bil lisan.

Jihad bil qolam adalah berjihad melalui tulisan-tulisan (buah pena). Saya kira para member Group Jernih (grupnya ada di facebook, ini linknya) sudah banyak yang berjihad dengan tulisan-tulisan. Buktinya disini banyak sekali status-status yang ~insya Allah~ bermanfaat bagi kemaslahatan manusia dan seluruh alam semesta. Semoga goresan 'tinta-tinta' kita melalui dunia maya ini kelak di hari kiamat akan ditimbang melebihi darah para syuhada sesuai yang disabdakan oleh nabi Muhammad.

Jihad bit tarbiyyah adalah jihad dengan pendidikan, yaitu penyebaran nilai-nilai Islam dalam masyarakat. Akan tetapi bisa kita artikan juga sebagai mencari dan menyebarkan segala macam ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang bermanfaat bagi semesta alam dan isinya. Misalnya, dengan menciptakan sebuah pupuk organik bagi para petani guna meningkatkan hasil pertanian mereka menjadi lebih baik lagi serta bermanfaat (menyehatkan) bagi manusia dan lingkungannya. Jika tubuh kita sehat dan suasana lingkungan juga sehat, insya Alloh jiwa kita akan ikut sehat. Dan akan banyak lagi manfaat yang kita dapat dari Jihad bit tarbiyyah ini.

Jihad bil lisan adalah jihad dengan lidah atau ucapan. Apa ya contoh yang cocok dengan jihad ini? Mungkin kita bisa mencontoh QS. 16: 125 yang mengatakan bahwa kita harus menyeru manusia kepada jalan Tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Dan berdiskusi dengan baik. Jadi, bagi sahabat yang biasa ‘mengisi’ khotbah-khotbah di masjid, mbok ya jangan suka memprovokasi umat yang menyebabkan pertengkaran dan perpecahan. Jangan pula khotbah tersebut berisi dengan cacian, makian, atau hinaan kepada agama dan kepercayaan orang lain. Tapi isilah khotbah-khotbah itu dengan sebuah kajian yang menentramkan hati bagi para pendengarnya. Dengan sebuah kajian yang membuat semangat untuk menuntut ilmu yang bermanfaat. Saling menghormati antara sesama, saling hidup rukun, dan khotbah-khotbah yang membawa manfaat lainnya.


Wallohu a'lam...

~Salam~
Andre Tauladan|Umar Al Faruq 99% Copas dengan izin.

ALLAH MAKES RELIGION EASY FOR THE BELIEVERS

[ALLAH’S Quran - 18:88] “But as for him who believes and does righteous deeds - he will have the ultimate good [of the life to come] as his reward; and [as for us,] we shall make binding on him [only] that which is easy to fulfil."
islam way
Pic : http://www.allah.org/

The Prophet (Peace Be Upon Him ) has said:


[Bukhari, Volume #7, Hadith #38] "The Prophet Muhammad (peace be upon him) once asked a companion: "(Is it true) that you fast all day and stand in prayer all night?" The companion replied that the report was indeed true. The Prophet then said: "Do not do that! Observe the fast sometimes and also leave (it) at other times; stand up for prayer at night and also sleep at night. Your body has a right over you, your eyes have a right over you and your wife has a right over you."

[Bukhari, Book #2, Hadith #38] “Narrated Abu Huraira: The Prophet said, "religion is very easy and whoever overburdens himself in his religion will not be able to continue in that way. So you should not be extremists, but try to be near to perfection and receive the good tidings that you will be rewarded; and gain strength by worshipping in the mornings, the nights."
(See Fath-ul-Bari, Page 102, Vol 1).

[Bukhari, Book #21, Hadith #251] "Narrated 'Aisha: A woman from the tribe of Bani Asad was sitting with me and Allah's Apostle (p.b.u.h) came to my house and said, "who is this?" I said, "(She is) So and so. She does not sleep at night because she is engaged in prayer." The Prophet said disapprovingly: Do (good) deeds which is within your capacity as Allah never gets tired of giving rewards till you get tired of doing good deeds."

http://al-tanzil.com/Quran__The_Guidance.html

This post is "copy-paste"ed from "Islam and Science" milist Andre Tauladan

Jumat, 22 Februari 2013

Mengambil Pelajaran Dari Musibah

#MUSIBAH YANG MENIMPAMU ITU#


Bs jadi krn Allah mencintaimu
Maka Dia ingin mengujimu

Atau bs jadi krn Allah mencintaimu
Maka Dia ingin mengingatkanmu

Atau bs jadi krn ALlah mencintaimu
Maka Dia ingin membersihkan dosamu

Atau bs jadi krn Allah mencintaimu
Maka Dia ingin melipatgandakan pahalamu

Atau bs jadi krn ALlah mencintaimu
Maka Dia ingin menggantikan sesuatu yg lbh baik untukmu

Atau bs jadi krn Allah mencintaimu
Maka Dia ingin memasukkanmu ke jannah krn kesabaranmu

via Abu Umar Abdillah
http://www.facebook.com/abu.abdillah.7

Untaian bait karya Abu umar Abdillah menerangkan bahwa dalam setiap musibah pasti ada pelajaran yang bisa diambil. Dengan mengambil pengalaman dari diri sendiri dan orang-orang di sekitar saya, dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang pernah mengalami musibah. Musibah yang menimpa setiap orang tidak selalu berbeda, yang berbeda adalah kondisi orang itu dan cara dia merespon musibah yang dia alami. Misalnya gerobak PKL ditabrak oleh pengguna jalan raya, ada beberapa gerobak yang mengalami tingkat kerusakan yang sama tetapi respon dari masing-masing pemilik gerobak bisa saja berbeda.

tuntunan islam menghadapi musibah
gambar : maramissetiawan.wordpress.com

Timbulnya respon tergantung dari sifat dan kebiasaan masing-masing orang. Orang yang di hatinya penuh kesabaran akan santai dan tidak terlalu panik ketika mengalami musibah. Ia akan cenderung tegar dan sabar sembari introspeksi diri apakah musibah itu berupa ujian keimanan atau siksaan atas dosa yang telah diperbuat. Ketika seseorang mau berintrospeksi diri tentang musibah yang dialaminya, maka musibah itu akan berbuah nikmat. Sebaliknya, orang yang tidak mau berintrospeksi diri akan cenderung menyalahkan orang lain dan akan menambah kesulitan selain dari musibah yang dialaminya.

Islam adalah agama yang SUPER sempurna. Tidak ada masalah yang tidak ada solusinya. Begitu juga dalam menghadapi musibah, islam memberikan tuntunan. Tuntunan islam dalam menghadapi musibah terdapat pada Firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 155-157

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ٢:١٥٥
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ٢:١٥٦
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ٢:١٥٧

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. [al Baqarah/2:155-157]
Musibah yang dialami manusia berfungsi sebagai pemisah antara orang yang hatinya baik dan hatinya buruk. Perbedaan diantara mereka akan terlihat dari cara mereka menanggapi musibah yang dialaminya. Berdasarkan pada ayat di atas, orang-orang yang baik adalah orang-orang yang bersabar. Bagi orang-orang yang sabar mereka akan memperoleh kebahagiaan berupa pahala yang besar. Kegembiraan pahala adalah bekal untuk kehidupan akhirat. Sedangkan kebahagiaan di dunia adalah berupa perasaan tenang dan tidak mengalami tekanan seperti yang dirasakan oleh orang-orang yang tidak sabar.

Kata-kata إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” inilah, dikenal dengan istilah istirja’, yang keluar dari lisan-lisan mereka saat didera musibah.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,”Mereka menghibur diri dengan mengucapkan perkataan ini saat dilanda (bencana) dan meyakini, bahwa mereka milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia (Allah Subhanahu wa Ta’ala) berhak melakukan apa saja terhadap ciptaan-Nya. Mereka juga mengetahui, tidak ada sesuatu (amalan baik) yang hilang di hadapan-Nya pada hari Kiamat. Musibah-musibah itu mendorong mereka mengakui keberadaanya sebagai ciptaan milik Allah, akan kembali kepada-Nya di akhirat kelak.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kata-kata itu sebagai sarana untuk mencari perlindungan bagi orang-orang yang dilanda musibah dan penjagaan bagi orang-orang yang sedang diuji. Karena kata-kata itu mengandung makna yang penuh berkah.

Pada ayat 157 disebutkan kebaikan yang didapat oleh orang-orang yang sabar. Imam al Qurthubi rahimahullah menyatakan bahwa : “Ini merupakan rangkaian kenikmatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang-orang yang bersabar dan mengucapkan kalimat istirja’. Yang dimaksud “shalawat” dari Allah bagi hamba-Nya, yaitu ampunan, rahmat dan keberkahan, serta kemuliaan yang diberikan kepadanya di dunia dan di akhirat. Sedangkan kata “rahmat” diulang lagi, untuk menunjukkan penekanan dan penegasan makna yang sudah disampaikan”. Imam ath-Thabari mengartikannya dengan makna maghfirah (ampunan). Sedangkan menurut Ibnu Katsir rahimahullah maknanya ialah, mereka mendapatkan pujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Selain kebaikan yang sudah disebutkan di atas, kelebihan lain yang dimiliki oleh orang-orang sabar. Mereka juga termasuk dalam Muhtadin (orang-orang yang mendapatkan hidayah), mereka berada di atas kebenaran.

Berdasarkan beberapa keterangan di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa orang-orang yang tidak bersabar dalam menghadapi musibah akan mengalami ; (1) kerugian, (2) perasaan tertekan (tidak bahagia), (3) tidak mendapatkan hidayah, berada di jalan yang salah, (4) tidak mendapatkan berkah dari Allah SWT.

Wallahu 'alam.

Andre Tauladan
Referensi : ngajialquran

Kamis, 21 Februari 2013

THIS IS NOT A PROPER HIJAB!

not proper hijab

ASSALAMUALAIKUM WARAHMARULLAHI TA’ALA WABARAKATUH. MY DEAR RESPECTED BROTHERS AND SISTERS IN ISLAM. AGAIN I MEAN NO MALICE AND HARM TO ANYONE. I AM SURE SOME OF YOU WILL NOT LIKE THIS THUS THERE SHALL BE A LOT OF BRICKBATS AND REVERBERATING EMOTIONS BUT MY AIM IS CLEAR….IT’S NOT INSULTING BUT SOMETHING TO BE REFLECTED ON. I am not talking about her faith or her love for ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala but there is no excuse for a MUSLIM WOMAN to walk around looking like a "street worker" if you know what i mean.

To refresh our minds let us reflect on and share some notes about Important Obligatory Conditions For An Islamic Hijab

1. The hijab must not be a display

The hijab itself must not be a display. ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala ordained it so as to cover the beauty of women and not for showing off. ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala says:
"And not show of their adornment except only that which is apparent." [Noble Quran 24:31].

AND

"And stay in your houses and do not display yourselves like that of the times of ignorance."[Noble Quran 33:33].

It is in no way logical that the hijab itself be a source of display.

2. The hijab must not be transparent

The purpose of wearing hijab must be achieved. In order for the hijab to be a cover, it must not be made of transparent material making the woman covered only by name, while in reality she is naked. Prophet Muhammad (Sallallahu alaihi Wasallam) is quoted as saying:
"In the latest part of my Ummah (nation of Muslims) there shall be women who would be naked in spite of being dressed, they have their hair high like the humps of the Bukht camel, curse them, for they are cursed. They will not enter Al-Jannah and would not even perceive its odor, although it's fragrance can be perceived from a distance of 500 years traveling by camel" ~(Muslim)

It was reported that Prophet Muhammad (Sallallahu alaihi Wasallam) said: “There are two types of the people of Hell that I have not seen yet: men with whips like the tails of cattle, with which they strike the people, and women who are clothed yet naked, walking with an enticing gait, with something on their heads that looks like the humps of camels, leaning to one side. They will never enter Paradise or even smell its fragrance, although its fragrance can be detected from such and such a distance.” (Narrated by Ahmad and by Muslim in al-Saheeh).

This indicates that a woman could cause herself a grave and destructive sin if she puts on a garment that is thin and transparent and which clearly shapes her body's features.

3. Hijab must be roomy, and not tight.

The hijab is a safeguard against fitnah. If it is tight, it will be descriptive of the woman's body and this violates and defeats the whole purpose of hijab.

4. The hijab must not be perfumed

On the authority of Ad-Diya' Al-Maqdisi, Prophet Muhammad (Sallallahu alaihi Wasallam) said:
"Any woman who perfumes herself and passes by some people that they smell her scent, then she is a Zaniyah (adulteress)." ~(Sahih An-Nasaa’i)

5. The hijab shouldn't resemble the dress of a man

Imam Ahmed, an-Nasa'i reported that Prophet Muhammad (Sallallahu alaihi Wasallam) said:
"Women who assume the manners of men are not from us and also those of men who assume the manners of women."~( Sahih Al-Jami’)

Abu Hurairah narrated that: " Prophet Muhammad (Sallallahu alaihi Wasallam) CURSED the man who wears the dress of a woman and the woman who wears the dress of a man."~(Sahih Abi Dawud)

6. The hijab must not resemble the garments of the Kuffar

Abu Dawud and Ahmed have related that Prophet Muhammad (Sallallahu alaihi Wasallam) said:
"The one who take the similitude (manner) of a certain people, then he/she becomes one of them."~(Sahih Abi Dawud)

Abdullah bin Umar said: " Prophet Muhammad (Sallallahu alaihi Wasallam) saw me wearing two garments dyed in saffron (orange), whereupon he said: these are the clothes (usually worn) by the Kuffar, so do not wear them."~(Sahih Muslim)

7. The hijab should not be for fame

Abu Dawud and Ibn Majah have related that Prophet Muhammad (Sallallahu alaihi Wasallam) said:
"The one who wears a garment designed for a worldly fame, Allah will make them wear a garment of humility on the Day Of Resurrection then he will be set ablaze."~( [Musnad Ahmad, and it is Sahih]

The garment of fame is any garment a person wears to make themselves look famous. This applies whether the garment is highly precious and shows admiration to the life of this world or if it is chosen of a low quality to show lack of interest to this worldly life. The person may put on clothes with distinct colors so as to draw attention, act proudly and/or arrogantly.

SUBHANALLAH!!! ALHAMDULILLAH!!! WALA ILAHA ILLALLAHU ALLAHUAKBAR!!!

Andre Tauladan | Reflects Reflect on This

About Me

Andre Tauladan adalah blog untuk berbagi informasi umum. Terkadang di sini membahas topik agama, politik, sosial, pendidikan, atau teknologi. Selain Andre Tauladan, ada juga blog khusus untuk berbagi seputar kehidupan saya di Jurnalnya Andre, dan blog khusus untuk copas yaitu di Kumpulan Tulisan.

Streaming Radio Ahlussunnah

Today's Story

Dari setiap kejadian di akhir zaman, akan semakin nampak mana orang-orang yang lurus dan mana yang menyimpang. Akan terlihat pula mana orang mu'min dan mana yang munafiq. Mana yang memiliki permusuhan dengan orang kafir dan mana yang berkasihsayang dengan mereka.
© Andre Tauladan All rights reserved | Theme Designed by Seo Blogger Templates