#MUSIBAH YANG MENIMPAMU ITU#
Bs jadi krn Allah mencintaimu
Maka Dia ingin mengujimu
Atau bs jadi krn Allah mencintaimu
Maka Dia ingin mengingatkanmu
Atau bs jadi krn ALlah mencintaimu
Maka Dia ingin membersihkan dosamu
Atau bs jadi krn Allah mencintaimu
Maka Dia ingin melipatgandakan pahalamu
Atau bs jadi krn ALlah mencintaimu
Maka Dia ingin menggantikan sesuatu yg lbh baik untukmu
Atau bs jadi krn Allah mencintaimu
Maka Dia ingin memasukkanmu ke jannah krn kesabaranmu
—
via Abu Umar Abdillah
http://www.facebook.com/abu.abdillah.7
Untaian bait karya Abu umar Abdillah menerangkan bahwa dalam setiap musibah pasti ada pelajaran yang bisa diambil. Dengan mengambil pengalaman dari diri sendiri dan orang-orang di sekitar saya, dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang pernah mengalami musibah. Musibah yang menimpa setiap orang tidak selalu berbeda, yang berbeda adalah kondisi orang itu dan cara dia merespon musibah yang dia alami. Misalnya gerobak PKL ditabrak oleh pengguna jalan raya, ada beberapa gerobak yang mengalami tingkat kerusakan yang sama tetapi respon dari masing-masing pemilik gerobak bisa saja berbeda.
gambar : maramissetiawan.wordpress.com |
Timbulnya respon tergantung dari sifat dan kebiasaan masing-masing orang. Orang yang di hatinya penuh kesabaran akan santai dan tidak terlalu panik ketika mengalami musibah. Ia akan cenderung tegar dan sabar sembari introspeksi diri apakah musibah itu berupa ujian keimanan atau siksaan atas dosa yang telah diperbuat. Ketika seseorang mau berintrospeksi diri tentang musibah yang dialaminya, maka musibah itu akan berbuah nikmat. Sebaliknya, orang yang tidak mau berintrospeksi diri akan cenderung menyalahkan orang lain dan akan menambah kesulitan selain dari musibah yang dialaminya.
Islam adalah agama yang SUPER sempurna. Tidak ada masalah yang tidak ada solusinya. Begitu juga dalam menghadapi musibah, islam memberikan tuntunan. Tuntunan islam dalam menghadapi musibah terdapat pada Firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 155-157
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ٢:١٥٥Musibah yang dialami manusia berfungsi sebagai pemisah antara orang yang hatinya baik dan hatinya buruk. Perbedaan diantara mereka akan terlihat dari cara mereka menanggapi musibah yang dialaminya. Berdasarkan pada ayat di atas, orang-orang yang baik adalah orang-orang yang bersabar. Bagi orang-orang yang sabar mereka akan memperoleh kebahagiaan berupa pahala yang besar. Kegembiraan pahala adalah bekal untuk kehidupan akhirat. Sedangkan kebahagiaan di dunia adalah berupa perasaan tenang dan tidak mengalami tekanan seperti yang dirasakan oleh orang-orang yang tidak sabar.
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ٢:١٥٦
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ٢:١٥٧
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. [al Baqarah/2:155-157]
Kata-kata إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” inilah, dikenal dengan istilah istirja’, yang keluar dari lisan-lisan mereka saat didera musibah.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,”Mereka menghibur diri dengan mengucapkan perkataan ini saat dilanda (bencana) dan meyakini, bahwa mereka milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia (Allah Subhanahu wa Ta’ala) berhak melakukan apa saja terhadap ciptaan-Nya. Mereka juga mengetahui, tidak ada sesuatu (amalan baik) yang hilang di hadapan-Nya pada hari Kiamat. Musibah-musibah itu mendorong mereka mengakui keberadaanya sebagai ciptaan milik Allah, akan kembali kepada-Nya di akhirat kelak.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kata-kata itu sebagai sarana untuk mencari perlindungan bagi orang-orang yang dilanda musibah dan penjagaan bagi orang-orang yang sedang diuji. Karena kata-kata itu mengandung makna yang penuh berkah.
Pada ayat 157 disebutkan kebaikan yang didapat oleh orang-orang yang sabar. Imam al Qurthubi rahimahullah menyatakan bahwa : “Ini merupakan rangkaian kenikmatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang-orang yang bersabar dan mengucapkan kalimat istirja’. Yang dimaksud “shalawat” dari Allah bagi hamba-Nya, yaitu ampunan, rahmat dan keberkahan, serta kemuliaan yang diberikan kepadanya di dunia dan di akhirat. Sedangkan kata “rahmat” diulang lagi, untuk menunjukkan penekanan dan penegasan makna yang sudah disampaikan”. Imam ath-Thabari mengartikannya dengan makna maghfirah (ampunan). Sedangkan menurut Ibnu Katsir rahimahullah maknanya ialah, mereka mendapatkan pujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selain kebaikan yang sudah disebutkan di atas, kelebihan lain yang dimiliki oleh orang-orang sabar. Mereka juga termasuk dalam Muhtadin (orang-orang yang mendapatkan hidayah), mereka berada di atas kebenaran.
Berdasarkan beberapa keterangan di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa orang-orang yang tidak bersabar dalam menghadapi musibah akan mengalami ; (1) kerugian, (2) perasaan tertekan (tidak bahagia), (3) tidak mendapatkan hidayah, berada di jalan yang salah, (4) tidak mendapatkan berkah dari Allah SWT.
Wallahu 'alam.
Andre Tauladan
Referensi : ngajialquran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saran dan kritiknya sangat diharapkan