Senin, 30 November 2015

Sedikit bercanda


pic : http://www.slideshare.net/khomsyasholikha/jangan-asal-bercanda
Umar berkata, ”Barangsiapa yang banyak tertawa maka sedikit kemuliaannya, barangsiapa yang bercanda maka dia akan diremehkan.”

Umar bin Abdul Aziz berkata, ”Bertakwalah kepada Allah dan waspadalah terhadap canda. Sesungguhnya canda dapat mewariskan kedengkian dan membawanya kepada keburukan.”

Imam Nawawi di dalam kitabnya itu mengatakan bahwa para ulama berkata, ”Sesungguhnya canda yang dilarang adalah yang kebanyakan dan berlebihan karena ia dapat mengeraskan hati dan menyibukkannya dari dzikrullah dan menjadikan kebanyakan waktu untuk menyakiti, memunculkan kebencian, merendahkan kehormatan dan kemuliaan.“

Adapun canda yang tidak seperti demikian maka tidaklah dilarang. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedikit melakukan canda untuk suatu kemaslahatan, menyenangkan dan menghibur jiwa. Dan yang seperti ini tidaklah dilarang sama sekali bahkan menjadi sunnah yang dianjurkan apabila dilakukan dengan sifat yang demikian. Maka bersandarlah dengan apa yang telah kami nukil dari para ulama dan telah kami teliti dari hadits-hadits dan penjelasan hukum-hukumnya dan hal itu karena besarnya kebutuhkan terhadapnya. wa billah at Taufiq.
(Fatawa al Azhar juz X hal 225)

Wallahu A’lam.
Andre Tauladan

Minggu, 29 November 2015

When Umar R.A made Takfeer..

 
In the time of Muhammad (saw) Umar ibn Khattab had made takfeer on the one who disagreed with the judgment of Muhammad (saw), not only was his takfeer consented to by the Messenger (saw) but confirmed by Allah, Allah (swt) said,

“By your lord, they are not believers until they refer to you in all their disputes and find no hardship therein, and they must submit fully.” [4: 65]

This ayah was revealed concerning two men, Utbah ibn Dumrah narrated
“My father told me, ‘two men came to Muhammad (saw) for arbitration, he judged to one of them who had Haq, over the one who had no Haq, the man said “I disagree”, the other man said, “what do you want?” he said, “let us go to Abu Bakr” they went to Abu Bakr and told him that they arbitrated to Muhammad and that they disagreed, Abu Bakr said, “both of you are on the judgment that Muhammad (saw) gave you.” The man said, “I disagree” the other man said, “What do you want?” he said, “let us go to Umar ibn Khattab.” They went to Umar, they told Umar about their arbitration to Muhammad and Abu Bakr and that they disagreed and came to him for arbitration, Umar said, “Wait here, I will come back to give you my judgment,” he went out and returned with his sword, he killed the one who wanted to judge, and the other one ran and Umar chased him. The men went to Muhammad (saw), and said, “Umar killed my friend, and if I did not make it hard for him, he would have killed me, I was running away until he had nearly killed me,” Muhammad (saw) said, “I never thought that Umar could be brave to kill a Mu’min.” (He was very upset) Allah (swt) revealed the ayah, “By your lord, they are not believers until they refer to you in all their disputes and find no hardship therein, and they must submit fully.” [4: 65]

Muhammad (saw) said to Umar, “Allah purified you from your killing” and he (saw) hugged him.’”

Abu Waleed UK.
Andre Tauladan

Pengaruh Orang Tua Terhadap Anak


Al-Imam Ibnul Qayyim rohimahulloh mengatakan,

“Betapa banyak orang yg mencelakakan anaknya –Belahan hatinya– di dunia dan di akhirat karena tidak memberi perhatian dan tidak memberikan pendidikan adab kepada mereka .

Orangtua justru membantu si anak menuruti semua keinginan syahwatnya . Ia menyangka bahwa dengan berbuat demikian berarti dia telah memuliakan si anak , padahal sejatinya dia telah menghinakannya.

Bahkan dia beranggapan, ia telah memberikan kasih sayang kepada anak dengan berbuat demikian.

Akhirnya, ia pun tidak bisa mengambil manfaat dari keberadaan anaknya . Si anak justru membuat orang tua terluput mendapat bagiannya di dunia dan di akhirat.

Apabila engkau meneliti kerusakan yg terjadi pada anak , akan engkau dapati bahwa keumumannya bersumber dari orangtua.”
(Tuhfatul Maudud hlm. 351)

Beliau rohimahulloh menyatakan pula,

“Mayoritas anak menjadi rusak dengan sebab yg bersumber dari orangtua , dan tidak adanya perhatian mereka terhadap si anak, tidak adanya pendidikan tentang berbagai kewajiban agama dan sunnah-sunnahnya .

Orangtua telah menyia-nyiakan anak selagi mereka masih kecil, sehingga anak tidak bisa memberi manfaat untuk dirinya sendiri dan orang tuanya ketika sudah lanjut usia.

Ketika sebagian orangtua mencela anak karena kedurhakaannya, si anak menjawab ,

‘Wahai Ayah…
engkau dahulu telah durhaka kepadaku saat aku kecil , maka aku sekarang mendurhakaimu ketika engkau telah lanjut usia . Engkau dahulu telah menyia-nyiakanku sebagai anak, maka sekarang aku pun menyia-nyiakanmu ketika engkau telah berusia lanjut’.”
(Tuhfatul Maudud hlm. 337)

(Diambil dari Huququl Aulad ‘alal Aba’ wal Ummahat hlm. 8—9, karya asy-Syaikh Abdulloh bin Abdirrohim al-Bukhory hafizhohulloh)
Andre Tauladan

Hukum Mempercayai Pawang Hujan


Alloh Subhaanahu wa ta'ala berfirman :

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَ‌ٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Dan Dialah yg meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung , Kami halau ke suatu daerah yg tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan . Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yg telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (Qs. al-A'rof : 57)

1. Yg menggerakkan angin, cuaca, hujan dan lain sebagainya hanyalah Alloh . Manusia hanya bisa memprediksi dari tanda-tanda alami (kauniyah) yg mana prediksi tsb bisa salah dan bisa benar . Maka prediksi cuaca seperti ini yg bersandar pada tanda-tanda alami adalah tidak mengapa, selama tidak diiringi dengan keyakinan kebenarannya. Jadi, hanyalah prediksi belaka…

2. Pawang hujan yg diklaim bisa memindahkan hujan atau menahan hujan , maka sejatinya mereka ini adalah DUKUN yg seringkali bekerjasama dengan jin, sebagaimana dukun-dukun lainnya.

3. Kata para ulama, DUKUN dan TUKANG SIHIR adalah THOGHUT dan PARA PENDUSTA .

Alloh Subhaanahu wa ta'ala berfirman :

{هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنزلُ الشَّيَاطِينُ، تَنزلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ، يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ}

“Maukah Aku beritakan kepada kalian, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak berbuat jahat/buruk (para dukun dan tukang sihir). Syaitan-syaitan tersebut menyampaikan berita yg mereka dengar (dengan mencuri berita dari langit, kepada para dukun dan tukang sihir), dan kebanyakan mereka adalah para pendusta.“
(QS asy-Syu’araa’: 221-223)

Para ulama tafsir menjelaskan bahwa para pendusta dalam ayat di atas adalah DUKUN dan yg semisal dengan mereka .

4. Mendatangi pawang hujan sama hukumnya dengan mendatangi DUKUN .

Hukumnya diperinci sebagai berikut :

● Mendatangi dan bertanya kpd mereka TANPA MEMBENARKANNYA, maka ini hukumnya dosa yg sangat besar dan tidak diterima sholatnya selama 40 hari .
(( Bukan artinya tidak perlu sholat, karena sholat itu kewajiban yg tidak boleh ditanggalkan )) = SYIRIK ASHGHOR

● Mendatangi mereka dan MEMBENARKANNYA maka ini adalah KAFIR –Wal'iyadzubillah– = SYIRIK AKBAR

5. Apabila yg dilakukan DUKUN itu terjadi dan nyata seperti yg diklaim. Maka jangan tertipu , sebagaimana Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- ketika ditanya tentang al-kuhhaan (para DUKUN) , Beliau menjawab ,

“Mereka adalah orang-orang yg tidak ada artinya.”

Salah seorang sahabat berkata,

“Sesungguhnya para DUKUN tersebut TERKADANG MENYAMPAIKAN KEPADA KAMI SUATU (BERITA) YANG (kemudian ternyata) BENAR.
Maka Rosululloh bersabda,

“Kalimat (berita) yg benar itu adalah yg dicuri (dari berita di langit) oleh jin (syaitan), lalu dimasukkannya ke telinga teman dekatnya (yaitu dukun dan tukang sihir), yg kemudian mereka mencampuradukkan berita tersebut dengan 100 kedustaan”
(Muttafaq alaihi)

Wallohu a’lam.

Andre Tauladan

Kamis, 26 November 2015

A Warning to the Women from Conversing with Men


Shaykh Ibn ‘Uthaymeen was asked:

What is your opinion regarding some women who are easy going and free when talking to men? It is hoped that you could offer them (some) words of guidance; and may Allaah reward you with good.

Response:

“It is not permissible for a woman to extend her speech beyond that which is necessary with men who are not her mahram. This is because it leads to fitnah, and Allaah (Tabaaraka wa Ta’aala) says:

‘…then be not soft in speech, lest he in whose heart is a disease should be moved with desire, but speak in an honourable manner’

[Soorah al-Ahzaab: 32]

(So) she must speak to the (market) trader in accordance with her needs, without extending (her speech with him). This is because Shaytaan flows through the son of Aadam as blood flows. And how many a woman says that she is far removed from fitnah, however, Shaytaan is still with her in order to invite her to the fitnah.

It is possible that she has just left (the company of) a man with whom she unnecessarily extended her speech with, and then Shaytaan whispers evil thoughts to her until she returns back to this man and the first words (they exchange) become the sparks (which initiate the fitnah) and the final words – a blazing inferno (when they have both fallen into the fitnah); and refuge is sought in Allaah!

So it is required of the woman to fear Allaah and not to succumb to such speech, and nor to extend speech beyond that which is necessary. And an example of this – and it is indeed an evident scourge, rather a major scourge – and that is what occurs by way of the telephone.

So there are many pathetic fools who dial any random number (in the hope of speaking to a woman) and (then they find) a woman (who eventually) speaks to them. So he says words of affection to her and they continue like this again and again. He then records their conversations – and this is a problem, because he will never leave her alone. So he records all their conversations, and when matters turn ugly (between them), he says to her: ‘Either you do (such-and-such) or I will give (the recordings) to your son or brother or father or other than them, so they can hear your voice (and what we talked about).’

So because of this, I warn the women from (unnecessarily) extending conversation with men; indeed it is a danger of immense proportions, and we ask Allaah for safety from the fitan.”
dari : diary of a mujahidah
From: I’laam al-Mu’aasireen bi-Fataawa Ibn ‘Uthaymeen (pp. 391-392)
Andre Tauladan

Selasa, 17 November 2015

Indikasi Sehatnya Hati


Kerinduannya kepada khidmah seperti kerinduan seorang yang lapar kepada makanan dan minuman.

Yahya bun Mu'adz berkata, “Barangsiapa senang untuk berkhidmah kepada Allah ‘azza wa jalla, segala sesuatu akan senang berkhidmah kepadanya. Barangsiapa tentram dan sejuk hatinya lantaran (taat kepada) Allah, tentram dan sejuk hati pulalah semua yang memandangnya.”

● Si empunya hati yang sehat hanya memiliki satu keinginan, yakni taat kepada Allah.

● Sangat bakhil terhadap waktu. Menyesal, jika terbuang sia-sia. Kebakhilannya terhadap waktu, melebihi kebakhilan manusia terkikir kepada hartanya.

● Jika telah masuk waktu shalat lenyaplah segala harapan dan kesedihannya terhadap dunia. Ia mendapatkan kelapangan, kenikmatan, penyejuk mata dan penyejuk jiwa di dalam shalat itu.

● Tidak pernah letih untuk berdzikir kepada Allah 'azza wa jalla, tidak pernah bosan untuk berkhidmah kepada-Nya dan tidak bersikap manis kecuali kepada orang yang menunjukkan jalan kebenaran atau mengingatkannya akan Rabbnya.

● Perhatiannya untuk memperbaiki amalan dengan benar, melebihi perhatiannya untuk beramal. Sehingga ia akan berusaha untuk ikhlas, loyal, ittiba’ dan ihsan di dalamnya.

Bersamaan dengan itu ia menyaksikan betapa banyak anugerah yang Allah berikan kepadanya dan ia tetap menyadari betapa ia telah banyak melalaikan hak-hak-Nya.


Tazkiyatun Nufus, wa Tarbiyatuha kama Yuqarrirruhu 'Ulama’ as-Salaf
Andre Tauladan

Minggu, 15 November 2015

Muslimah Cantik, Aqidahnya Benar


Bagi seorang muslim dan muslimah, aqidah Islamiyah adalah segala-galanya.

Aqidah yang benar dan lurus merupakan perkara yang paling penting, mutiara yang paling berharga yang harus dimiliki dan dijaga oleh setiap muslim dan muslimah.

Tidak boleh ditawar lagi, atau dalam kata lain perkara ini adalah harga mati.

Sebab, aqidah yang benar dan lurus diibaratkan ruh bagi jasad, atau kepala dari sebuah batang tubuh.

Tanpa ruh, jasad berarti mayat. Tanpa kepala, batang tubuh tidak berarti apa-apa.

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslimah.

Dengan aqidah yang bersih, seorang muslimah akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya.

Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslimah akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya :

قل إن صلاتي و نسكي و محياي ومماتي لله رب العالمين

‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS Al An’am : 162).

Aqidah yang benar dan lurus adalah pondasi dari seluruh amal shaleh, amalan yang bermanfaat bagi seorang muslimah itu sendiri baik di dunia atau di akhirat.

Tanpa aqidah yang benar dan lurus, tidak ada yang namanya amal shaleh.

Tanpa aqidah yang benar dan lurus, tidak ada amalan yang bermanfaat bagi seorang hamba di hadapan Allah swt.

Tanpa aqidah yang benar dan lurus, yang ada hanyalah penyimpangan demi penyimpangan.

Bagaimanakah yang dimaksud dengan aqidah yang salim itu??

Yang dimaksud dengan aqidah yang salim itu sendiri adalah :

Ridha Allah sebagai tuhan, Islam sebagai Agama dan Muhammad saw sebagai Nabi

Sentiasa muraqabah Allah dan mengingati akhirat, memperbanyakkan nawafil dan zikir.

Menjaga kebersihan hati, bertaubat, istighfar, menjauhi dosa dan syubhat.

Sebagai seorang muslimah kita harus bisa mengaplikasikan aqidah yang bersih ini dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti : mengikhlaskan amal untuk Allah swt, mensyukuri nikmat Allah swt saat mendapatkan nikmat dan menerima dan tunduk secara penuh kepada Allah swt dan tidak bertahkim kepada selain yang diturunkan-Nya.

Seorang muslimah dikatakan cantik dengan akidah yang benar apabila :

1. Dapat memadukan ilmu dengan amalnya
Tak dipungkiri, pada zaman sekarang banyak ilmuwan dan ilmuwati.

Akan tetapi kebanyakan dari mereka hanya fokus untuk mencari ilmu dan menambah ilmu tanpa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berapa banyak manusia di muka bumi ini yang belajar agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari?

Padahal dalam suatu hadits disebutkan bahwa seseorang yang mempunyai ilmu dan dapat mengamalkannya adalah termasuk orang yang diberi kenikmatan oleh Allah swt.

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah berkata, “Maka orang yang diberi nikmat atas mereka yaitu orang yang berilmu sekaligus beramal.

Adapun orang-orang yang dimurkai yaitu orang-orang yang berilmu namun tidak beramal.

Sedangkan orang-orang yang tersesat ialah orang-orang yang beramal tanpa landasan ilmu.” (Tsamrat al-’Ilmi al-’Amalu, hal. 14).

Dan perlu kita ketahui bahwa ilmu aqidah adalah ilmu yang paling tinggi.

Apabila seorang muslimah mampu mengenal Rabbnya dengan benar dan sempurna, maka semakin besarlah pengagungan terhadap-Nya dan bertambahlah semangatnya untuk komitmen mengikuti syariat-syariat dan hukum-hukum-Nya.

Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslimah harus bisa mencontoh ummul mu’minin kita yaitu Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Beliau adalah salah satu tokoh terkemuka umat Islam yang wajib kita contoh.

Beliau adalah seorang ilmuwati terkemuka dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Beliau sangat cantik dan mulia dengan keimanan dan aqidahnya yang benar.

2. Dapat memadukan tauhid dengan ketaatan.
Seorang muslimah yang cantik dan beraqidah bersih selalu berusaha untuk menjadi kekasih Allah dengan cara menaati semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-laranganNya.

Dengan hidup di bawah naungan Allah ini,seorang muslimah akan terlihat lebih cantik.

Allah ta’ala berfirman memberitakan ucapan Nabi ‘Isa ‘alaihis salam (yang artinya),

“Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan taatilah aku. Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran: 50-51)

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada empat kata kunci agar seorang muslimah bisa berjalan di atas jalan yang lurus, yaitu :

1. Ilmu, karena dengan ilmu ini maka seorang muslimah akan bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana tauhid mana syirik, mana sunnah mana bid’ah, mana taat mana maksiat, dst.

2. Amal, karena dengan mengamalkan ilmunya seorang muslimah akan terbebas dari kemurkaan Allah, bahkan seorang muslimah akan mendapatkan tambahan petunjuk karenanya.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya),

“Orang-orang yang mengikuti petunjuk itu, maka Allah akan menambahkan kepada mereka petunjuk dan Allah berikan kepada mereka ketakwaan mereka.” (QS. Muhammad: 17).

Di dalam ayat yang mulia ini Allah menjanjikan dua balasan bagi orang yang mengamalkan ilmunya, yaitu:

ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.

3. Tauhid, karena dengan memahami dan melaksanakan tauhid maka seorang mulimah telah mewujudkan tujuan hidupnya dan berada di atas jalan yang akan mengantarkannya ke surga, jika dia istiqomah di atasnya hingga ajal tiba.

4. Taat, karena dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan berarti seorang muslimah telah menunjukkan penghambaannya kepada Allah dan kepatuhannya kepada Rasulullah, sehingga dia akan mendapatkan keberuntungan -di dunia maupun di akherat- sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya.

Dan sangat perlu kita ketahui juga, bahwasannya aqidah yang benar adalah aqidah yang berasal dari Allah ta’ala, apa yang diajarkan oleh Allah kepada Rasul-Nya.

Oleh karena itu, sumber aqidah yang benar adalah yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih sebagaimana yang diajarkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, kemudian diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada generasi yang hidup di zaman beliau hidup, mereka adalah para sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.

Aqidah inilah yang menjadi asas dari amalan seorang hamba.

Diterimanya amalan seorang hamba jika ia melakukan amalan tersebut dengan landasan aqidah yang benar dan lurus.

Oleh karena itu, kemuliaan itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman, yakni orang-orang yang memiliki aqidah yang benar dan lurus sebagaimana yang bersumber dari ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Allah kepada Rasul-Nya kemudian diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya.

Adapun orang-orang yang rusak aqidahnya, mereka akan menuai kehinaan demi kehinaan, keterbelakangan dan kerendahan, meskipun mereka memiliki kedudukan tinggi dengan gelar-gelar akademik yang bertumpukan.
Na’udzubillahi min dzalik.

Wallaahua’lam bish-shawab.
disalin dari : tumblr
Andre Tauladan

7 Macam Persahabatan


1. “Ta’aruffan”
adalah persahabatan yang terjalin karena pernah berkenalan secara kebetulan, seperti pernah bertemu di kereta api, halte, rumah sakit, kantor pos, ATM, bioskop dan lainnya.

2. “Taariiihan”
adalah persahabatan yang terjalin karena faktor sejarah, misalnya teman sekampung, satu almamater, pernah kost bersama, diklat bersama dan sebagainya.

3. “Ahammiyyatan”
adalah persahabatan yang terjalin karena faktor kepentingan tertentu, seperti bisnis, politik, boleh jadi juga karena ada maunya dan sebagainya.

4. “Faarihan”
adalah persahabatan yang terjalin karena faktor hobbi, seperti teman futsal, badminton, tenis, berburu, memancing, dan sebagainya.

5. “Amalan”
adalah persahabatan yang terjalin karena satu profesi, misalnya sama-sama dokter, guru, dan sebagainya.

6. “Aduwwan”
adalah seolah sahabat tetapi musuh, di depan seolah baik tetapi sebenarnya hatinya penuh benci, menunggu, mengincar kejatuhan sahabatnya, “Bila engkau memperoleh nikmat, ia benci, bila engkau tertimpa musibah, ia senang” (QS 3:120).

○ Rasulullah mengajarkan doa, “Allahumma ya Allah selamatkanlah hamba dari sahabat yang bila melihat kebaikanku ia sembunyikan, tetapi bila melihat keburukanku ia sebarkan.”

7. “Hubban Iimaanan”
adalah sebuah ikatan persahabatan yang lahir batin, tulus saling cinta dan sayang karena Allah, saling menolong, menasehati, menutupi aib sahabatnya, memberi hadiah, bahkan diam-diam dipenghujung malam, ia doakan sahabatnya.

Boleh jadi ia tidak bertemu tetapi ia cinta sahabatnya karena Allah Ta’ala.

Dari ke 7 macam persahabatan diatas, 1 – 6 akan sirna di Akhirat yang tersisa hanya ikatan persahabatan yang ke 7, yaitu persahabatan yang dilakukan karena Allah (QS 49:10),

“Teman-teman akrab pada hari itu (Qiyamat) menjadi musuh bagi yang lain, kecuali persahabatan karena Ketaqwaan” (QS 43:67).

○ Selalu saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Saudaraku yang aku cintai karena Allah..
“Sahabat, dengarkanlah sejenak…

Di riwayatkan, bahwa: Apabila penghuni Surga telah masuk ke dalam Surga, lalu mereka tidak menemukan sahabat-sahabat mereka yang selalu bersama mereka dahulu di dunia, mereka bertanya tentang sahabat mereka itu kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala …
“Yaa Rabb…Kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia, shalat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami.”

Maka Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: “Pergilah ke neraka, lalu keluarkan sahabatmu yang di hatinya ada Iman walaupun hanya sebesar dzarrah.”
(HR. Ibnul Mubarak dalam kitab “Az-Zuhd”)

Al-Hasan Al-Bashri berkata:
“Perbanyaklah sahabat-sahabat Mu'min-mu, karena mereka memiliki syafa'at pada hari kiamat.”

Ibnul Jauzi pernah berpesan kepada Sahabat-sahabatnya sambil menangis:
“Jika kalian tidak menemukan aku nanti di surga bersama kalian, maka bertanyalah kepada Allah ta'ala tentang aku, “Wahai Rabb Kami.. Hamba-Mu fulan, sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang Engkau. Maka masukkanlah dia bersama kami di Surga-Mu.”

○ Sahabatku….
Mudah-mudahan dengan ini, aku telah mengingatkanmu tentang Allah ta'ala…Agar aku dapat bersamamu kelak di Surga dan meraih ridha-Nya…
Aku memohon kepada-Mu…

“Karuniakanlah kepadaku sahabat-sahabat yang selalu mengajakku untuk tunduk, patuh dan taat kepada syariat-Mu…Kekalkanlah persahabatan kami hingga kami bertemu di akhirat nanti dengan-Mu…Amiin..
disalin dari : tumblr
Andre Tauladan

About Me

Andre Tauladan adalah blog untuk berbagi informasi umum. Terkadang di sini membahas topik agama, politik, sosial, pendidikan, atau teknologi. Selain Andre Tauladan, ada juga blog khusus untuk berbagi seputar kehidupan saya di Jurnalnya Andre, dan blog khusus untuk copas yaitu di Kumpulan Tulisan.

Streaming Radio Ahlussunnah

Today's Story

Dari setiap kejadian di akhir zaman, akan semakin nampak mana orang-orang yang lurus dan mana yang menyimpang. Akan terlihat pula mana orang mu'min dan mana yang munafiq. Mana yang memiliki permusuhan dengan orang kafir dan mana yang berkasihsayang dengan mereka.
© Andre Tauladan All rights reserved | Theme Designed by Seo Blogger Templates