Jumat, 30 Desember 2011

Bismillah : Arti, Kekuatan, dan Keutamaannya (1)


Bismillah (dengan menyebut nama Allah) : arti Bismillah, kekuatan dan nilai yang terkandung dalam kalimat Bismillah.

http://www.ezsoftech.com/stories/images/aoudo.jpgBismillah (dengan menyebut nama Allah) adalah awal dari segala sesuatu yang baik. Oleh karena itu, kita harus memulai segala sesuatu dengan ucapan ini. Kalimat ini adalah ciri khas dari umat Islam. Sebuah kalimat yang keluar secara terus menerus dari lidah mereka. Jika kamu ingin mendapatkan sumber kekuatan tanpa batas, maka cobalah simak cerita berikut :

Setiap pengembara di tanah Arab harus berada dibawah perlindungan dan nama seorang kepala suku, jika tidak, mereka akan dihadang oleh bandit-bandit dan mereka tidak akan pernah mendapatkan apa yang mereka cari dalam perjalanan itu. Pada suatu hari ada dua orang, yang satu rendah hati dan yang satunya arogan, mereka melakukan sebuah perjalanan. Orang yang rendah hati mengembara dengan membawa nama seorang kepala suku, sedangkan orang yang arogan tidak. Orang pertama melakukan perjalanan dengan aman dan selamat. Setiap kali bertemu dengan bandit ia berkata "saya melakukan perjalanan atas perintah kepala suku ini" kemudian para bandit pun meninggalkannya. Ia dilayani dengan baik di setiap tenda yang ia masuki. Sebaliknya, orang yang arogan harus menghadapi berbagai penderitaan dan ketakutan. Ia menjadi orang yang kasar dan jahat.

Wahai jiwa-jiwa yang arogan. Kalian ibarat pengembara, dan dunia ini adalah gurun pasir. Kelemahan dan kemiskinan kalian tiada batasnya, dan sedangkan jumlah musuh yang akan kalian hadapi jumlahnya lebih banyak dari itu. Oleh karena itu, janganlah kalian lupa untuk membawa nama Sang Pemilik Keabadian dan Sang Penguasa yang Kekal di dunia ini, karena hanya itu yang bisa melindungimu dari bahaya dan rasa takut.

Bismillah (dengan menyebut nama Allah) adalah sebuah harta yang membawa berkah. Kalimat ini akan mengubah kelemahan dan kefakiranmu yang tiada batasnya menjadi perantara yang membawa syafaat di Pengadilan-Nya Yang Agung, dengan menjadikanmu terikat pada kekuatan dan kasih sayang dari Sang Maha Kuasa dan Maha Pengasih. Ketika kamu mengucapkan Bismillah, maka segala perbuatanmu dilakukan atas Nama-Nya. Kamu seperti seorang tentara yang berjuang untuk negaramu, tak ada rasa takut, bertindak atas nama hukum negara, dan melawan semua pemberontak.

Bismillahirrahmaanirrahiim. (Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang)

http://www.ezsoftech.com/stories/images/bismillah.jpgApa tujuan dari perintah untuk selalu mengucapkan Bismillah dalam segala sesuatu yang kita lakukan? Kata kuncinya adalah nama. Ketika kita melakukan sesuatu dengan membawa nama sesuatu atau seseorang, maka kita akan bertindak untuk sebuah tujuan - misalnya agar kita dianggap oleh masyarakat karena tempat kita bekerja. Seorang bayi, misalnya diberi nama yang sama dengan nama seseorang yang terkenal, sehingga orang-orang kembali mengingat orang terkenal itu lewat bayi itu.

Shaheed Murtaza Mutahhari dalam bukunya "Memahami Kitab Suci Al Qur'an" menjelaskan alasan mengapa kita harus mengawali setiap kegiatan dengan menyebut nama Allah. Ia menulis "tujuannya adalah agar setiap kegiatan kita membawa berkah. Ketika seseorang mengawali segala kegiatan dengan menyebut Nama-Nya, itu berarti dalam setiap tindakkannya dia membawa kesucian nama-Nya, kemuliaan-Nya, kebesaran-Nya dan rahmat-Nya.

Coba pikirkan. Pantaskah bila kita menyebut nama Allah untuk suatu yang merugikan orang lain?

Pertanyaan lain yang muncul ketika hendak membaca Bismillah (dengan menyebut nama Allah) adalah apakah perbedaan antara Rahman dan Rahiim? Shaheed Murtaza Mutahhari menulis : "Kata Rahman memiliki makna sesuatu yang lebih dan akibatnya. Rahman berarti bahwa rahmat Allah melingkupi segala sesuatu di jagat raya. Tanpa kecuali. Ini belum termasuk rahmat kepada mahluk selain manusia danorang kafir. Rahmat-Nya untuk alam semesta. Rahman juga berarti berkah kepada segala sesuatu yang ada di di bumi ketika mereka ada, karena pada akhirnya semua akan musnah. Sedangkan kata Rahiim memiliki makna stabilitas. Maksudnya rahmat Allah diberikan kepada orang-orang beriman dan beramal shalih, dan mereka mendapatkan tempat yang spesial di sisi Allah. Jadi rahmat Allah itu terbagi menjadi dua, rahmat yang diberikan secara umum dan khusus.

Tempat Syaithan tinggal, makan dan tidur.

Ketika setan dikeluarkan dari surga, ia bertanya tentang tiga hal: "Di manakah aku akan tinggal, makan dan tidur?"

http://www.ezsoftech.com/stories/images/bismilla.jpgAllah berkata bahwa syaithan bisa hidup bersama orang-orang yang tidak mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim (Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang) sebelum / ketika dia memasuki rumahnya.

Syaithan bisa makan bersama orang-orang yang tidak mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim (Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang) sebelum orang itu makan.

Dan syaithan bisa tidur bersama orang-orang yang tida mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim (Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang) sebelum orang itu tidur.

Syaithan Muntah

Nabi Muhammad SAW pada suatu waktu makan bersama dengan sekelompok anak muda. 

http://www.ezsoftech.com/stories/images/vomit.jpgTiba-tiba nabi Muhammad SAW tersenyum. Kemudian seorang anak bertanya mengapa ia tersenyum. Nabi Muhammad SAW menjawab "Aku tersenyum karena baru saja melihat syethan muntah".

Kemudian Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa diantara anak-anak itu ada yang lupa mengucapkan Bismillahirrahmaanirrahiim. Kemudian setan datang dan ikut makan bersama mereka. Tapi anak tadi teringat dan kemudian mengucapkan Bismillahirrahmaanirrahim.

Seketika itu syetan pun memuntahkan makanannya. Karena itulah Nabi Muhammad SAW tersenyum.

Tunggu lanjutannya.
sumber

Kamis, 29 Desember 2011

Asy-Syams,surah ke-91 : 15 ayat

 http://a8.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/s720x720/397072_219141001498399_100002075010357_507250_1081122452_n.jpg
Asy-Syams artinya matahari, surah ini terdiri dari 15 ayat. Termasuk golongan surah Makkiyah. Karena diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
Nama asy-syams diambil dari teks ayat pertama surah ini. Inti pesannya bahwa Allah SWT memberikan dua jalan kehidupan pada manusia. Apabila manusia mengambil jalan kebaikan, ia akan mendapatkan imbalannya. Dan jika mengambil jalan keburukan ia akan menerima sanksinya.

AYAT 1

Wasysyamsi wa dhuhaahaa.

Demi Matahari dan cahayanya di pagi hari.

+++ Sungguh Indah cara Allah SWT membuka surah ini, yakni dengan menyebutkan sejumlah ciptaan-Nya yang sangat agung dan sangat bermakna untuk kehidupan manusia. Allah SWT bersumpah dengan matahari yang memancarkan cahayanya, yakni cahaya yang memberikan kehidupan pada seluruh makhluk yang ada di bumi. Andai matahari tak bersinar lagi, bumi akan membeku dan kehidupan pun musnah.

AYAT 2

Wal qamari idzaa talaaha.

Dan bulan apabila mengiringinya.

+++ Allah SWT bersumpah dengan bulan yg mengiringi matahari. Ayat ini mengisyaratkan bahwa bulan akan memancarkan cahayanya selama matahari memancarkan sinarnya. Apabila matahari sudah tidak bersinar lagi, bulan pun tidak akan bercahaya karena cahaya bulan berasal dari pantulan sinar matahari.

AYAT 3

Wannahaari idzaa jallaahaa.

Dan siang apabila menampakkannya.

+++ Pada ayat ini Allah SWT mengulangi lagi pentingnya cahaya matahari bagi kehidupan manusia dengan ungkapan dan siang apabila menampakkannya yakni menampakkan matahari. Semua ini menekankan pentingnya cahaya serta besarnya karunia Allah dengan adanya cahaya.

AYAT 4

Wallaili idzaa yaghssyaahaa.

Dan malam apabila menutupinya.

+++ Subhanallah! Maha Suci Allah, betapa indahnya pengungkapan ayat-ayat ini. Coba cermati, bukankah kalimat dan siang apabila menampakkannya dan malam apabila menutupinya menggambarkan bahwa matahari, bumi, bulan, dan seluruh alam semesta ini terus-menerus bergerak. Siang dan malam silih berganti, mengisyaratkan dinamika yang tiada henti.

makasih mbak gen. :)

Kamis, 22 Desember 2011

Kisah Seorang Pengemis

Alkisah, tersebutlah sepasang suami istri yang tengah bersiap menikmati hidangan ayam panggang di meja makan. Mereka hidup dengan berkecukupan. Tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk oleh seorang pengemis. Sang istri ingin memberinya makanan, akan tetapi suaminya kemudian menghardik dan mengusir pengemis itu.
Tidak berapa lama kemudian, usaha si suami mengalami kebangkrutan. Kekayaannya sirna. Selain itu, Karena perangainya yang buruk, ia juga bercerai dengan istrinya. Sang wanita kemudian menikah lagi dengan seorang pria yang baik perangainya lagi hidup berkecukupan.
Suatu ketika, wanita itu tengah bersiap menikmati hidangan ayam panggang di meja makan bersama suami barunya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk oleh seorang pengemis.
“Tolong berikan makanan kita kepadanya,” pinta si pria kepada istrinya.
Wanita itu mematuhi kata suaminya.
Ketika kembali, wanita itu menangis tersedu-sedu.
“Apa yang membuatmu menangis?” tanya suaminya.
“Pengemis tadi ternyata adalah suamiku. Dahulu, kami juga pernah didatangi oleh pengemis ketika tengah menikmati hidangan, lalu ia menghardik dan mengusir pengemis itu. Sekarang, ternyata ia justru menjadi pengemis.”
Suaminya berkata lembut, “Tahukah engkau, pengemis yang dulu diusirnya itu adalah aku.”

Sumber kisah: al-Mustathraf fi Kull[i] Fann Mustazhraf, vol. I, hlm. 27.
*******
Allah `Azza wa Jalla berfirman:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، تُولِجُ اللَّيْلَ فِي الْنَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الَمَيَّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَن تَشَاء بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” [QS Āli `Imrān/3: 26-27.]
Semoga kisah bermanfaat bagi kita semua.
Disusun oleh Ustadz Adni Kurniawan, Lc.
Dipublikasikan kembali oleh www.kisahmuslim.com

Rabu, 21 Desember 2011

Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX Kena Tilang di Pekalongan

http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcToBaU3SmRUlSgIl-wI6Vsd9EEG46uHl1LfmaY2-0HY_WZ3WlqTC6UvMXuwZQ
ilustrasi tilang :D
 Kota batik Pekalongan tahun 1960-an menyambut fajar dengan kabut tipis, pukul 05.30, polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi brigadir polisi sudah berdiri di tepi posnya di kawasan Soko dengan gagahnya. Kudapan nasi megono khas pekalongan pagi itu menyegarkan tubuhnya yang gagah berbalut seragam polisi dengan pangkat brigadir.

Persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman. Brigadir Royadin memandang dari kejauhan, sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju ke arahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.

Saat mobil menepi, Brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan memberi hormat.

“Selamat pagi!” Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna . “Boleh ditunjukan rebuwes!” Ia meminta surat-surat mobil berikut surat ijin mengemudi kepada lelaki di balik kaca. Jaman itu surat mobil masih diistilahkan rebuwes.

Perlahan, pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara penuh.

“Ada apa pak polisi ?” Tanya pria itu. Brigadir Royadin tersentak kaget, ia mengenali siapa pria itu. “Ya Allah…sinuwun!” kejutnya dalam hati. Gugup bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik, naluri polisinya tetap menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.

“Bapak melangar verbodden, tidak boleh lewat sini, ini satu arah !” Ia memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir, orang besar seperti Sultan HB IX mengendarai sendiri mobilnya dari Jogja ke Pekalongan yang jaraknya cukup jauh.

Setelah melihat rebuwes, Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan, namun sultan menolak.

“ Ya ..saya salah, kamu benar, saya pasti salah !” Sinuwun turun dari sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes tanpa tahu harus berbuat apa.

“ Jadi…?” Sinuwun bertanya, pertanyaan yang singkat namun sulit bagi Brigadir Royadin menjawabnya .

“Em..emm ..bapak saya tilang, mohon maaf!” Brigadir Royadin heran, Sinuwun tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi dengannya. Jangankan begitu, mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan Raja-pun beliau tidak melakukannya.

“Baik..brigadir, kamu buatkan surat itu, nanti saya ikuti aturannya, saya harus segera ke Tegal !” Sinuwun meminta Brigadir Royadin untuk segera membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut Sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan dispensasi. “Sungguh orang yang besar…!” begitu gumamnya.

Surat tilang berpindah tangan, rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia menghormat pada Sinuwun sebelum Sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya menuju ke arah barat, Tegal.

Beberapa menit Sinuwun melintas di depan Stasiun Pekalongan, Brigadir Royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar sedan hitam itu tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.

Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas, ia menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.,Ialu kembali kerumah dengan sepeda abu abu tuanya.

Saat apel pagi esok harinya, suara amarah meledak di markas polisi pekalongan, nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor.

“Royadin, apa yang kamu lakukan ..sa’enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!” Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa, ditangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan ke kiri bolak balik.

“ Sekarang aku mau tanya, kenapa kamu tidak lepas saja Sinuwun..biarkan lewat, wong kamu tahu siapa dia, ngerti nggak kowe sopo Sinuwun?” Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.

“ Siap pak, beliau tidak bilang beliau itu siapa, beliau ngaku salah ..dan memang salah!” Brigadir Royadin menjawab tegas.

“Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku kaku, kok malah mbok tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang, bisa sampai Menteri !” Derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.

Brigadir Royadin pasrah, apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja ..memang Koppeg (keras kepala) kedengarannya.

Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan Sinuwun, masih di Tegal kah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu, mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar, keberadaan Sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.

Usai mendapat marah, Brigadir Royadin bertugas seperti biasa, satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota pekalongan selatan.

Suatu sore, saat belum habis jam dinas, seorang kurir datang menghampirinya di persimpangan Soko dan memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang saat itu tengah menggengam selembar surat.

“Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !” lemas tubuh Royadin, ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak di pinggir Kota Pekalongan setiap hari, karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan soko .

“ Siap pak !” Royadin menjawab datar.

“Bersama keluargamu semua, dibawa!” pernyataan komisaris mengejutkan, untuk apa bawa keluarga ketepi Pekalongan selatan, ini hanya merepotkan diri saja.

“Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar tetap di rumah sekarang !” Brigadir Royadin menawar.

“Ngawur…Kamu sanggup bersepeda Pekalongan – Jogja? Pindahmu itu ke Jogja bukan disini, Sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana, pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat.!” Cetus pak komisaris, disodorkan surat yang ada digengamannya kepada brigadir Royadin.

Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya : “ Mohon dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat.” Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.

Tangan Brigadir Royadin bergetar, namun ia segera menemukan jawabannya. Ia tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .

“ Mohon bapak sampaikan ke Sinuwun, saya berterima kasih, saya tidak bisa pindah dari pekalongan, ini tanah kelahiran saya, rumah saya. Sampaikan hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya!” Brigadir Royadin bergetar, ia tak memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan HB IX, Amarah hanya diperolehnya dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.

Bulan July 2010, purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik. Suaranya yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya. Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa baktinya, pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme yang selalu dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran .

Sabtu, 17 Desember 2011

Buah Pengorbanan Sang Pengembara

 

Imam Adz-Dzahabi berkata, “Imam Baqi bin Mikhlad Al-Andalusi berangkat dengan berjalan kaki dari Andalusia (sekarang Spanyol) menuju Baghdad pada tahun 221 H untuk menemui Imam Ahmad dan belajar dari beliau. 

Imam Baqi berkata, ‘Ketika mendekati Baghdad, saya mendapat informasi mengenai mihnah (ujian) yang dihadapi Imam Ahmad (fitnah pendapat bahwa Alquran adalah makhluk). Saya menyadari Imam Ahmad dilarang mengumpulkan orang dan mengajari mereka. Hal itu mambuat saya sedih berkepanjangan. Setelah sampai di Baghdad, saya menaruh barang-barang saya di sebuah kamar dan langsung menuju Masjid Al-Jami’ untuk mendengarkan kajian. Kemuadian saya keluar mencari rumah Imam Ahmad dan ditunjukkanlah tempatnya. Saya mengetuk pintu rumah itu dan beliau sendiri yang membuka pintu. Saya berkata, ‘Wahai Abu Abdullah, saya seorang yang rumahnya jauh, pencari hadits dan penulis sunnah. Saya tidak datang ke sini kecuali untuk itu.’

Beliau berkata, ‘Dari mana Anda?’

Saya menjawab, ‘Dari Maghrib Al-Aqsa`’

Beliau berkata, ‘Dari Afrika?’

Saya menjawab, ‘Lebih jauh dari itu, saya melewati laut dari negeri saya ke Afrika.’

Imam Ahmad berkata, ‘Negara asalmu sangat jauh. Tidak ada yang lebih saya senangi melebihi pemenuhanku atas keinginan Anda, dan saya akan ajari apa yang Anda inginkan, tapi saat ini saya sedang difitnah dan dilarang mengajar.’

Saya berkata kepadanya, ‘Saya sudah tahu hal itu, wahai Abu Abdillah. Saya tidak dikenal orang di daerah sini, dan asing di tempat ini. Jika Anda mengizinkan, saya akan mendatangi Anda setiap hari dengan memakai pakaian seorang pengemis, kemudian berdiri di pintu Anda dan meminta sedekah dan bantuan. Anda keluar, wahai Abu Abdillah, dan masukkan saya lewat pintu ini. Lalu ajarkan kepada saya, walaupun satu hadits Rasul.’

Beliau berkata kepadaku, ‘Saya sanggup, dengan syarat, Anda jangan datang ke tempat-tempat kajian dan ulama-ulama hadits, agar mereka tidak mengenal Anda sebagai seorang penuntut ilmu.’

Saya menjawab, ‘Saya terima persyaratan itu.”

Baqi berkata, ‘Setiap hari saya mengambil tongkat, membalut kepala saya dengan sobekan kain, dan memasukkan kertas serta alat tulis saya di dalam kantung baju saya, kemudian saya mendatangi rumah Imam Ahmad. Saya berdiri di depan pintunya dan berkata, ‘Bersedekahlah kepada seorang yang miskin agar mendapat pahala dari Allah.’ Imam Ahmad keluar menemui saya dan memasukkan saya lewat pintunya. Kemudian beliau mengajari saya dua atau tiga hadits Rasululllah, bahkan lebih dari itu, hingga saya memiliki sekitar tiga ratus hadits. Setelah itu, Allah mengangkat kesulitan yang ada pada Imam Ahmad; Khalifah Al-Makmun yang mengajak kepada perbuatan bid’ah meninggal dunia digantikan oleh Al-Mutawakkil, seseorang yang membela sunnah.

Imam Ahmad menjadi terkenal dan kedudukan beliau semakin tinggi. Setelah itu, setiap saya mendatangi Imam Ahmad di kajian beliau yang besar dan murid-muridnya yang banyak, beliau melapangkan tempat buat saya dan menyuruh saya mendekat kepada beliau dan berkata kepada ahli-ahli hadits yang ada di samping beliau, ‘Inilah orang yang berhak dinamakan penuntut ilmu.’ Kemudian beliau menceritakan kisahnya yang terjadi bersama saya.’” (Imam Adz-Dzahabi, Siyar A’lamin Nubala’, 13:292)

Semoga Allah merahmati orang yang mengatakan,
Kemuliaan seseorang seukuran dengan penderitaan yang menimpanya.
Diketahui pula bagiannya sesuai dengan kesabarannya.
Barang siapa yang memiliki sedikit kesabaran
Maka akan sedikit yang dia dapatkan.
***
Disadur dari buku 102 Kiat agar Semangat Belajar Agama Membara (terjemahan dari kitab Kaifa Tatahammas fi Thalabil ‘Ilmisy Syar’i), hlm. 106—107, Penerbit: Pustaka Elba, Surabaya.

Selasa, 13 Desember 2011

Keutamaan Surat Al Waqiah






Listen Surat Al Waqiah

Assalaamu'alaikum. Apa kabar para sobat Andan? Dalam posting ini saya ingin berbagi sedikit tentang keutamaan Surat Al Waqiah, Surat ke 56 dengan jumlah 96 ayat. Mungkin sebagian sobat Andan yang mampir ke sini sudah tahu apa keutamaan Surat Al Waqiah. Ya, Surat Al Waqiah memiliki keutamaan sebagai pembuka pintu rezeki. Tentu saja bukan berarti tanpa berusaha, kemudian rezeki datang sendiri. Anda tetap harus berikhtiar. Di bawah ini saya sertakan dalil-dalil tentang keutamaan membaca Surat Al Waqiah.

Ubay bin Ka’b berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Wâqi’ah, ia akan dicatat tidak tergolong pada orang-orang yang lalai.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya.” .” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada malam Jum’at, ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh manusia, tidak melihat kesengsaraan, kefakiran, kebutuhan, dan penyakit dunia; surat ini adalah bagian dari sahabat Amirul Mukimin (sa) yang bagi beliau memiliki keistimewaan yang tidak tertandingi oleh yang lain.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalah surat Al-Waqi’ah; dan barangsiapa yang ingin melihat sifat neraka, maka bacalah surat As-Sajadah.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur, ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya seperti bulan purnama.” (Tsawabul A’mal, halaman 117). (Syamsuri Rifai)

Selain itu, ada juga riwayat lain yang menerangkan tentang keutamaan Surat Al Waqiah.

Imam Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud berkata,”Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang membaca surat al Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan.”

Ibnu Katsir didalam mengawali penafsirannya tentang surat al Waqi’ah mengatakan bahwa Abu Ishaq mengatakan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata : Abu Bakar berkata,”Wahai Rasulullah saw tampak dirimu telah beruban.” Beliau bersabda,”Yang (membuatku) beruban adalah surat Huud, al Waqi’ah, al Mursalat, عما يتساءلون (An Naba’, pen) dan إذا الشمس كورت.” Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dia berkata : ia adalah hasan ghorib.

Beliau mengatakan bahwa Al Hafizh Ibnu ‘Asakir didalam menerjemahkan Abdullah bin Mas’ud dengan sanadnya kepada Amr bin ar Robi’ bin Thariq al Mishriy : as Surriy bin Yahya asy Syaibaniy bercerita kepada kami dari Syuja’ dari Abu Zhobiyah berkata ketika Abdullah (bin Mas’ud) menderita sakit, ia dijenguk oleh Utsman bin ‘Affan dan bertanya,”Apa yang kau rasakan?” Abdullah berkata,”Dosa-dosaku.” Utsman bertanya,”Apa yang engkau inginkan?” Abdullah menjawab,”Rahmat Tuhanku.” Utsman berkata,”Apakah aku datangkan dokter untukmu.” Abdullah menjawab,”Dokter membuatku sakit.” Utsman berkata,”Apakah aku datangkan kepadamu pemberian?” Abdullah menjawab,”Aku tidak membutuhkannya.” Utsman berkata,”(Mungkin) untuk putri-putrimu sepeningalmu.” Abdullah menjawab,”Apakah engkau mengkhawairkan kemiskinan menimpa putri-putriku? Sesungguhnya aku telah memerintahkan putri-putriku membaca surat al Waqi’ah setiap malam. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang membaca surat al Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya.”

Lalu Ibnu ‘Asakir mengatakan : begitulah dia mengatakan. Yang betul : dari Syuja’, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Wahab dari Surriy. Abdullah bin Wahab berkata bahwa as Surriy bin Yahya telah memberitahuku bahwa Syuja’ telah bercerita kepadanya dari Abi Zhobiyah dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang membaca surat al Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya.” Dan Abu Zhobiyah pun tidak pernah meninggalkan dari membacanya.

Demikian pula Abu Ya’la meriwayatkan dari Ishaq bin Ibrahim dari Muhammad bin Munib dari as Surriy bin Yahya dari Syuja’ dari Abi Zhobiyah dari Ibnu Mas’ud. Kemudian Ishaq bin Abi Israil dari Muhammad dari Munib al ‘Adaniy dari as Surriy bin Yahya dari Abi Zhobiyah dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa membaca surat al Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya.”, didalam sanadnya tidak disebutkan Syuja’. Ibnu Mas’ud mengatakan,”Sungguh aku telah memerintahkan putriku membacanya setiap malam.”

Ibnu ‘Asakir juga meriwayatkan dari hadits Hajjaj bin Nashir dan Utsman bin al Yaman dari as Sirriy bin Yahya dari Syuja’ dari Abu Fathimah berkata,”Abdullah mengalami sakit lalu Utsman bin ‘Affan datang mengunjunginya dan disebutkan hadits panjang ini. Utsman bin al Yaman berkata,”Abu Fathimah adalah hamba sahaya dari Ali bin Abu Thalib. (Tafsir al Quranil Azhim juz VII hal 512 – 513)

Tentang hadits diatas, Syeikh Al Bani mengatakan didalam kitab “Silsilatul Ahadits adh Dhaifah” /457 bahwa hadits itu dhoif.

Para ulama, seperti Ahmad, Abu Hatim, anaknya, Daruquthni, Baihaqi dan yang lainnya telah bersepakat bahwa hadits tersebut adalah lemah.

Begitupula dengan hadits yang diriwayatkan oleh ad Dailamiy dari Anas bahwa Rasulullah saw bersabda,”Surat al Waqi’ah adalah surat kekayaan maka bacalah dan ajarkanlah ia kepada anak-anakmu.” Hadits ini pun dinyatakan lemah oleh Al Banni didalam “Silsilah adh Dhaifah wal Maudhu’ah” (8/337)

Saat ditanya tentang hadits “Barangsiapa yang membaca surat al Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan.selama-lamanya”, Syeikh Ibn Baaz mengatakan bahwa kami tidak mengetahui adanya jalan yang shahih bagi hadits ini… Akan tetapi (dibolehkan) membaca Al Qur’an yang dengan bacaannya menginginkan tafaaqquh (pemahaman) didalam agama dan mendapatkan berbagai kebaikan, karena Rasulullah saw bersabda,”Bacalah oleh kalian al Qur’an. Sesungguhnya Al Qur’an akan memberikan syafaat bagi para pemiliknya (orang-orang yang suka membacanya, pen) pada hari kiamat.”. Beliau saw juga bersabda,”Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan sama dengan sepuluh kebaikan.” Hendaklah seseorang membaca al Qur’an karena keutamaan membacanya dan untuk mendapatkan berbagai kebaikan bukan untuk mendapatkan dunia.” (eramuslim)

Demikian keterangan yang ada tentang Keutamaan Surat Al Waqiah. Hal penting yang ingin saya sampaikan dalam artikel ini adalah, sesungguhnya semua ayat yang terkandung dalam Al Quran memiliki keutamaan, dan saran saya, luruskan niat, agar saat kita membaca isi Al Quran, surat apapun itu, semoga bernilai ibadah dan mendapatkan ridha Allah SWT, dengan begitu Insya Allah, anda akan diberi kemudahan dalam hal apapun, termasuk dalam hal rezeki.

Senin, 12 Desember 2011

Menampilkan / Menyembunyikan Widget Blogspot

menampilkan widget di halaman tertentu blogspot Helo blogger dan para pembaca sekalian. Kali ini saya mau berbagi sedikit tips-trik untuk menampilkan konten blog (mis. widget, iklan, script, dsb) hanya di halaman tertentu saja. Di blogspot, memang tidak semudah di wordpress, kalau di wordpress kita bisa dengan mudah mengaturnya. Sebagai contohnya, kita mau masang halaman intro. Tentunya intro itu hanya untuk halaman "Beranda" (Home), kita tidak ingin membuat pengunjung terganggu dengan adanya halaman intro di setiap halaman blog kita. Terus, gimana caranya? ya, walaupun tadi saya bilang nggak semudah di wordpress, tapi caranya juga nggak terlalu sulit kok.Ikuti saja langkah sederhana di bawah ini. Kode di bawah ini ditempatkan di "Edit HTML" setelah kalian login di akun blogger kalian.

Untuk menampilkan konten hanya di halaman utama (Home).
<b:if cond='data:blog.url == data:blog.homepageUrl'>
Masukkan kode di sini.
</b:if>

 Untuk menyembunyikan konten di halaman utama.
<b:if cond='data:blog.pageType == "item"'>
Masukkan kode di sini.
</b:if>

Untuk menampilkan konten hanya di halaman statis (Laman / Page).
<b:if cond='data:blog.pageType == "static_page"'>
Masukkan kode di sini.
</b:if>

Untuk menyembunyikan konten di halaman statis.
<b:if cond='data:blog.pageType != "static_page"'>
Masukkan kode di sini.
<b:if>

Untuk menampilkan konten hanya di halaman post tertentu.
<b:if cond='data:blog.url == "URL post yang dimaksud"'>
Masukkan kode di sini.
</b:if>


Untuk menyembunyikan konten di post tertentu.
<b:if cond='data:blog.url != "URL post yang dimaksud"'>
Masukkan kode di sini.
</b:if>


Semoga bermanfaat. Jika ada kesulitan, jangan sungkan untuk bertanya.
Referensi : Mybloggertricks

Sabtu, 10 Desember 2011

Syair Tukang Bakso

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq9N63YAWxLaqatwRUQwMFO-gUPmpqd9HUIJK5OTXMlrNVGDPCMCInXkjqmCYqJ5hO2L5Av0rqSG03P1urSD6oqitRQSalpry4BpUJoDqfhz2SwrKxDMoTs65OGjkmFM16pcSqlW_OCgiS/s1600/ada%20bakso.jpg
Ilustrasi
Pada sebuah pengajian yang amat khusyuk di sebuah masjid kaum terpelajar, malam itu, mendadak terganggu oleh suara dari seorang tukang bakso yang membunyikan piring dengan sendoknya. Pak Ustad sedang menerangkan makna khauf, tapi bunyi ting-ting-ting-ting yang berulang-ulang itu sungguh mengganggu konsentrasi anak-anak muda calon ulil albab yang pikirannya sedang bekerja keras. 
"Apakah ia berpikir bahwa kita berkumpul di masjid ini untuk berpesta bakso!" gerutu seseorang. "Bukan sekali dua kali ini dia mengacau!" tambah lainnya. 
"Jangan marah, ikhwan," seseorang berusaha meredakan kegelisahan, "ia sekedar mencari makan ..."
"Ia tak punya imajinasi terhadap apa yang kita lakukan!" potong seseorang yang
lain lagi. 
"Jangan-jangan sengaja ia berbuat begitu! Jangan-jangan ia minan-nashara!" sebuah suara keras. 
Tapi sebelum takmir masjid bertindak sesuatu, terdengar suara Pak Ustadz juga mengeras: "Khauf, rasa takut, ada beribu-ribu maknanya. Manusia belum akan mencapai khauf ilallah selama ia masih takut kepada hal-hal kecil dalam hidupnya. Allah itu Mahabesar, maka barangsiapa takut hanya kepadaNya, yang lain-lain menjadi kecil adanya." "Tak usah menghitung dulu ketakutan terhadap kekuasaan sebuah rezim atau peluru militerisme politik. Cobalah berhitung dulu dengan tukang bakso. Beranikah Anda semua, kaum terpelajar yang tinggi derajatnya di mata masyarakat, beranikah Anda menjadi tukang bakso? Anda tidak takut menjadi sarjana, memperoleh pekerjaan dengan gaji besar, memasuki rumah tangga dengan rumah dan mobil yang bergengsi: tapi tidak takutkah Anda untuk menjadi tukang bakso? Yakni kalau pada suatu saat kelak pada Anda tak ada jalan lain dalam hidup ini kecuali menjadi tukang bakso? Cobalah wawancarai hati Anda sekarang ini, takutkah atau tidak?" "Ingatlah bahwa tak seorang tukang bakso pun pernah takut menjadi tukang bakso. Apakah Anda merasa lebih pemberani dibanding tukang bakso? Karena pasti para tukang bakso memiliki keberanian juga untuk menjadi sarjana dan orang besar seperti Anda semua." 
Suasana menjadi senyap. Suara ting-ting-ting-ting dari jalan di sisi halaman masjid menusuk-nusuk hati para peserta pengajian. "Kita memerlukan baca istighfar lebih dari seribu kali dalam sehari," Pak Ustadz melanjutkan, "karena kita masih tergolong orang-orang yang ditawan oleh rasa takut terhadap apa yang kita anggap derajat rendah, takut tak memperoleh pekerjaan di sebuah kantor, takut miskin, takut tak punya jabatan, takut tak bisa menghibur isri dan mertua, dan kelak takut dipecat, takut tak naik pangkat ... masya allah, sungguh kita masih termasuk golongan orang-orang yang belum sanggup menomorsatukan Allah!" 

1987
Emha Ainun Nadjib  
Arsip Milis Iqra.

[Kisah] seorang yang ditolak kerja di Microsoft

http://ictfiles.com/resources/images/uploaded/image/ICT%20provider/microsoft_logo.jpg
Seorang laki-laki pengangguran melamar posisi sebagai 'office boy' di Microsoft.
Manajer SDM mewawancarainya, kemudian melihatnya untuk membersihkan lantai sebagai ujian.

'Anda bekerja "katanya.
"Berikan alamat e-mail Anda dan saya akan mengirimkan aplikasi untuk diisi, juga tanggal ketika Anda dapat mulai bekerja."
Pria itu menjawab, "Tapi saya tidak punya komputer, bahkan email '.
"Maafkan aku", kata manajer HR. Jika Anda tidak memiliki email, itu berarti Anda tidak ada. Dan siapa yang tidak ada, tidak dapat memiliki pekerjaan. "

Orang itu tanpa harapan sama sekali. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, dengan hanya memiliki uang $ 10 di saku.
Ia kemudian memutuskan untuk pergi ke supermarket dan membeli 10kg peti tomat.
Dia kemudian menjual secara keliling tomat itu dari rumah ke rumah.
Dalam waktu kurang dari dua jam, dia berhasil melipatgandakan modalnya.
Dia mengulangi penjualannya secara keliling tiga kali, dan pulang dengan uang $ 60.
Lelaki itu menyadari bahwa ia bisa bertahan hidup dengan berjualan tomat, dan dia mulai untuk pergi berjualan tomat sehari-hari dan sering pulang larut malam mendagangkan jualannya hari demi hari uang keuntungan yg didapat dua kali lipat atau tiga kali lipat dalam penjualannya sehari-hari.
Tak lama, ia membeli mobil, lalu truk, dan kemudian ia mempunyai armada kendaraan pengiriman sendiri.

5 tahun kemudian, orang itu menjadi salah satu pengusaha food retailer terbesar di Amerika Serikat.
Ia mulai merencanakan masa depan keluarganya, dan memutuskan untuk memiliki asuransi jiwa.
Dia memanggil broker asuransi, dan memilih rencana perlindungan.
Ketika percakapan broker bertanya tentang email yang akan dipakai untuk keperluan asuransi.

Pria itu menjawab, "Aku tidak punya email."

broker itu menjawab ingin tahu mengapa ia tidak punya email,

'Anda tidak memiliki email, namun telah berhasil membangun sebuah imperium perusahaan bisnis. Dapatkah Anda membayangkan apa yang bisa terjadi jika Anda memiliki email!!? "

Pria itu berpikir sejenak dan menjawab, "Ya, aku akan menjadi seorang office boy di Microsoft!!"

Diambil "seenaknya" dari sumber .

Jumat, 09 Desember 2011

Tiket Murah Menuju Surga

 http://acehmall.files.wordpress.com/2010/03/a_muslim_woman_stock.jpg
Pada suatu masa, ada seorang saudagar kaya yang baru datang ke wilayah Balkh, Iran selatan. Ia datang bersama istri dan anaknya. Singkat cerita, tidak lama setelah ia sampai disana, ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Tanpa dirinya, sang istri dan anaknya jatuh miskin dan harus berjuang keras untuk hidup. Karena tidak tahan oleh ejekan orang lain, akhirnya dia (istrinya) pergi dari Balkh ke Samarkand.

Pada hari kedatangannya di Samarkand, waktu itu cuaca sangat dingin. Ia meninggalkan anak perempuannya di sebuah masjid kemudian pergi untuk mencari makanan. Di perjalanan, ia bertemu dengan dua kelompok orang. Kelompok yang satu adalah orang dengan gelar syekh, dan kelompok yang satunya adalah Zoroastrian (Majusi) yang menjadi petugas keamanan di kota itu.

Pertama, wanita itu mendatangi sang Syekh dan menceritakan keadaannya, ia berkata "Saya wanita dari keluarga terhormat, saya ke sini dengan anak perempuan saya yang saat ini sedang berada di sebuah masjid, dan saya datang menemui anda untuk meminta makanan." Sang Syekh berkata "Buktikan bahwa kau berasal dari keluarga terhormat." Wanita itu menjawab, "Saya orang asing di kota ini, oleh karena itu tidak akan ada orang yang bisa memberikan kesaksian untuk saya." Akhirnya dengan berat hati ia meninggalkan tempat kediaman Syekh. Kemudian wanita itu mendatangi sang Zoroastrian dan bercerita tentang keadaannya, bercerita kepada orang majusi itu tentang latar belakang keluarganya, dan tentang anak perempuannya yang sedang ditinggal di sebuah masjid. Wanita itu juga bercerita tentang perlakuan Syekh kepadanya. Kemudian orang majusi itu berdiri dan menyuruh wanita itu untuk membawa anaknya datang ke rumah orang majusi itu. Di situ wanita itu dan anaknya dirawat dan dilayani dengan baik. Ia diberi makanan yang baik dan pakaian yang bagus.

Malamnya, sang Sheikh bermimpi tentang hari kiamat, ia melihat sebuah panji terbentang di dekat Rasulullah SAW. Di depannya, ada istana yang terbuat dari zamrud, balkonnya dari mutiara dan batu rubi, dan kubahnya dari mutiara juga. Dalam mimpi itu Syekh bertanya kepada Rasulullah SAW "Ya Rasulullah, untuk siapakah istana ini?" Rasulullah SAW menjawab "Untuk muslim" Syekh membalas "Saya muslim". Kemudian Nabi Muhammad SAW berkata "Buktikan padaku bahwa kau seorang muslim!". Sang Syekh langsung terdiam. Kemudian Rasulullah SAW berkata "Engkau meminta bukti kepada seorang wanita tentang kehormatannya, maka aku tanya padamu, dapatkah kamu membuktikan bahwa kamu seorang muslim?" Mendengar hal itu sang Syekh menyesal tentang perbuatannya terhadap seorang wanita dan anaknya yang terlantar.

Di keesokan paginya, Ia langsung pergi untuk menemui wanita itu. Ia tahu bahwa wanita itu tinggal dengan seorang zoroastrian, dan ia pun memanggilnya. Ketika orang zoroaster itu datang, Sang Syekh memintanya untuk membawa wanita yang ada padanya beserta anaknya ke hadapannya. Si Zoroaster berkata "Tak akan pernah! Darinya saya mendapatkan berkah." Sang Syekh berkata "Aku akan memberimu seribu dinar, asalkan kau membawa mereka padaku." Si Zoroaster membalas "Tidak mungkin! Seseorang yang ada dalam mimpimu telah memberikan sebuah istana untukku. Apakah kamu terkejut karena saya bukan seorang muslim? Demi Allah (SWT), Aku tidak tidur semalam, sebelum aku dan keluargaku memeluk islam atas bimbingan wanita itu dan aku bermimpi persis seperti mimpimu; Nabi Muhammad SAW bertanya padaku, "Apakah wanita yang terhormat itu dan anak perempuannya ada bersamamu?" Saya menjawab: "Ya, wahai rasulullah." Nabi Muhammad SAW berkata, "Istana ini untukmu dan keluargamu. Allah (SWT) menjadikanmu seseorang yang beriman kepada hari yang kekal." Seketika itu juga sang Syekh menjadi sangat sedih karena telah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kedudukan yang mulia di surga, karena dia telah mengabaikan seorang wanita yang ditinggal mati suaminya beserta anaknya.

Nabi s.a.w telah bersabda: Orang yang berusaha untuk membantu para janda dan orang miskin diibaratkan sebagai orang yang berperang di jalan Allah, orang yang bangun sembahyang sepanjang malam dan seperti orang yang berpuasa tanpa berhenti. (Bukhari and Muslim)  Semoga Allah membimbing kita untuk senantiasa melakukan yang benar, Dialah Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Diterjemahkan secara "seadanya" oleh Andre Tauladan dari sumber 

Rabu, 07 Desember 2011

Ucapan Ketika Melewati Kuburan

http://a6.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc7/387438_178159778946382_100002570824843_320050_982193357_n.jpg 

Membaca Ta’awudz Ketika Melintasi Kuburan Membaca ta’awudz atau meminta perlindungan kepada Allah ketika melintasi kuburan atau tempat-tempat yang dianggap keramat dan membahayakan, sekilas terkesan merupakan amalan yang disyariatkan bahkan mungkin ada sebagian yang menganggapnya sebagai ibadah. Karenanya ketika seorang muslim -bahkan sebagian penuntut ilmu- mendengar amalan ini maka mereka serta merta akan membenarkannya. Atau bahkan mereka sendiri mungkin mengamalkannya. Akan tetapi tahukah anda bahwa di dalam amalan ini - yakni membaca ta’awudz ketika lewat atau berada di tempat-tempat menyeramkan- terdapat ‘sesuatu’? Sebagai catatan pertama terhadap amalan ini kami katakan: Yang menjadi tuntunan Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika melewati kuburan atau berada di kuburan adalah mengucapkan salam, bukannya membaca ta’awudz. Di antara lafazh salam yang disyariatkan adalah: 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللَّهَ لَنَا وَلَكُمْ الْعَافِيَةَ

“AS SALAAMU ‘ALAIKUM AHLAD DIYAARI MINAL MUKMINIIN WAL MUSLIMIIN WA INNAA INSYAA`ALLAHU BIKUM LAAHIQUUN ASALULLAHA LANAA WALAKUMUL ‘AAFIYAH (Semoga keselamatan tercurah bagi penghuni (kubur) dari kalangan orang-orang mukmin dan muslim dan kami insya Allah akan menyulul kalian semua. Saya memohon kepada Allah bagi kami dan bagi kalian keselamatan.” (HR. Muslim no. 1620 dari Buraidah radhiallahu anhu)

Maka berta’awudz ketika melalui atau berada di kuburan adalah menyelisihi sunnah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Catatan kedua: Kita tanyakan kepada orang yang berta’awudz ketika melewati kuburan atau yang semacamnya ini. Kenapa dia membaca ta’awudz?
Jika dia menjawab: Saya takut kepada makhluk ghaib (dengan semua jenisnya), karena makhluk ghaib ini bisa menimpakan mudharat kepada saya.

Maka ucapan seperti ini merupakan kekeliruan yang besar dan dia telah berbuat kesyirikan dengan keyakinannya itu. Hal itu karena khauf (takut) itu adalah ibadah, sehingga khauf kepada selain Allah adalah kesyirikan. Karenanya para ulama ketika menyebutkan jenis-jenis khauf yang merupakan kesyirikan, mereka menyebutkan di antara bentuknya adalah khauf kepada orang yang telah meninggal atau kepada jin-jin. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 175)

Ayat ini tegas menyebutkan bahwa yang bisa ditakut-takuti oleh setan hanyalah orang-orang yang memang pada dasarnya takut kepada setan, yang dalam ayat ini diungkapkan sebagai ‘kawan-kawannya’. Lalu Allah Ta’ala memerintahkan untuk menunggalkan rasa takut kepada-Nya dan melarang takut kepada setan-setan itu, sebagai syarat keimanan seorang hamba.

Dan jika dia menjawab: Saya yakin bahwa mudharat dan bahaya itu di tangan Allah, karenanya saya berta’awudz agar jangan sampai Allah mengizinkan mereka (penghuni kubur) menimpakan mudharat kepada saya.

Maka ucapan seperti ini hakikatnya bertentangan dengan keyakinannya.
Karena kita akan bertanya: Apakah betul orang yang telah meninggal masih bisa menimpakan mudharat kepada orang yang masih hidup?

Jika dia menjawab: Ya masih bisa. Maka ini adalah keyakinan yang batil. Orang yang telah meninggal telah berada di alam barzakh, mungkin mendapatkan nikmat dan mungkin juga mendapatkan siksa. Maka bagaimana bisa mereka menimpakan mudharat kepada orang yang masih hidup?! Maka keyakinannya yang batil ini telah mengantarkan dia kepada perbuatan kesyirikan yaitu meyakini bahwa selain Allah (makhluk ghaib) bisa menimpakan mudharat walaupun tanpa izin dari Allah. Dan walaupun dia tidak mengucapkan hal itu, akan tetapi yang menjadi patokan di sini adalah hatinya, bukan lisannya.

Yang menjadi indikasi bahwa dia takutnya kepada mayit atau jin adalah bahwa biasanya dia hanya membaca ta’awudz ketika melewati kuburan dan semacamnya sendirian, adapun ketika ramai-ramai maka dia tidak membacanya. Atau ketika dia melaluinya di malam hari dan tidak membacanya ketika melaluinya di siang hari. Semua indikasi ini menunjukkan bahwa ucapannya: “Saya yakin bahwa mudharat dan bahaya itu di tangan Allah,” adalah kedustaan yang bertentangan oleh amalan dan keyakinannya.

Catatan ketiga: Bahwasanya orang ini -karena keseringan dia membaca ta’awudz-, maka besar kemungkinan dia akan meyakini bahwa ta’awudz ini disyariatkan ketika melewati kuburan atau tempat-tempat keramat. Dan ini keyakinan lain yang salah besar. Hal itu karena ta’awudz adalah ibadah, sehingga dalam pengucapannya -termasuk dalam masalah tempat mengucapkannya- harus sesuai dengan petunjuk syariat. Karenanya kapan ta’awudz ini dibaca dan dikhususkan pada tempat tertentu tanpa dalil maka jadilah dia bid’ah dalam agama. Dan sama sekali tidak ada dalil yang mensyariatkan ta’awudz ketika melewati kuburan, bahkan sebaliknya yang ada adalah disyariatkan mengucapkan salam kepada penghuni kubur, sebagaimana yang disebutkan di atas.

Jika ada yang bertanya: Bagaimana dengan hadits Khaulah bintu Hakim radhiallahu anha bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ
 “Barang siapa yang singgah pada suatu tempat kemudian dia membaca, “A’AUUDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMAH MIN SYARRI MAA KHALAQ (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan makhluk yang Dia ciptakan),” niscaya tidak akan ada yang membahayakannya hingga di pergi dari tempat itu.” (HR. Muslim no. 4881)

Maka jawabannya: Nabi shallallahu alaihi wasallam menganjurkan doa di atas bagi siapa saja yang singgah atau tiba pada suatu tempat dalam perjalanannya, dan sama sekali Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak mengkhususkan doa itu ketika singgah atau melewati kuburan atau tempat-tempat keramat. Karenanya doa di atas tetap disyariatkan dibaca walaupun ketika seseorang itu mampir di masjid untuk shalat di tengah perjalanannya. Jadi sama sekali tidak ada sisi pendalilan bagi dia dalam hadits di atas.

Demikian yang bisa kami jelaskan, semoga kaum muslimin seluruhnya bisa mengambil manfaat darinya dan bersegera meninggalkan kebiasaan yang tidak sejalan dengan tuntunan syariat Islam, wallahul Musta’an.

Sumber : Al-Atsariyah

Akibat Berbuat Maksiat


Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna hitam. Jika dia bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih. Jika ditambah dengan dosa lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah karat yang disebut-sebut Allah dalam ayat,?Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (HR Tarmidzi)

Perbuatan Maksiat Dalam Al-Qur'an Allah swt berfirman yang artinya : "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada ku" (QS.51:56) Disana Allah swt menegaskan kepada manusia, bahwa maksud dari penciptaan manusia dan jin adalah hanya untuk beribadah kepada Allah swt, lain tidak. Dalam rangka menunaikan tugas ibadah tersebut, manusia diperintahkan untuk taat dan tunduk kepada semua perintah Allah swt, baik yang langsung Allah swt firmankan dalam Al-Qur'an, maupun yang disampaikan melalui sabda Rasulullah saw.

Oleh sebab itulah di dunia ini hanya terdapat 2 golongan manusia. Golongan pertama adalah mereka yang selalu taat pada segala perintah Allah swt dan sunnah Rasulullah saw. Sedangkan golongan kedua adalah mereka yang ingkar kepada 2 hal tersebut. Perbuatan ingkar itulah yang disebut dengan maksiat dan setiap perbuatan maksiat itu adalah dosa.

Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziah mengatakan, bahwa orang-orang bodoh mengandalkan rahmat dan ampunan Allah swt sehingga mereka mengabaikan perintah dan larangan-Nya serta lupa dengan azab-Nya yang pedih dan tak mungkin dicegah. Barangsiapa yang mengandalkan ampunanNya tetapi tetap berbuat dosa, dia sama dengan orang-orang yang membangkang.

Nasib Para Pelaku Maksiat
Al-Qur'an telah banyak menceritakan berbagai kejadian dan bahaya yang ditimbulkan dari perbuatan maksiat. Cerita tersebut bukanlah sesuatu yang dibuat-buat atau lamunan, apalagi cerita bohong untuk sekedar menakut-nakuti manusia, namun ia benar-benar terjadi dan menjadi tragedi bagi umat manusia.

Diantaranya adalah banjir besar yang mencapai puncak gunung pada masa nabi Nuh as yang menjadikan penghuni bumi karam tenggelam, angin puting beliung yang berhembus keras membanting kaum ?Ad hingga semua mati bagaikan pelepah kurma yang berguguran, guntur dahsyat yang mematikan kaum Tsamud, hujan batu di negri Sodom pada kaum nabi Luth yang membinasakan semua penghuninya, awan azab berupa mega naungan yang ketika turun bagaikan api yang membakar kaum Syu'aib, tenggelamnya Fir'aun dan kaumnya di sungai Nil, pekik keras yang menghancurkan orang-orang yang digambarkan dalam surat Yasin.

Sekali lagi, semua kisah tersebut benar terjadi. Dan penyebab turunnya azab Allah swt tersebut tidak lain adalah perbuatan dosa dan maksiat sehingga semua menjadi pelajaran bagi umat manusia hingga hari kiamat. Dalam hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw bersabda : "Wahai segenap Muhajirin, ada lima hal yang membuat aku berlindung kepada Allah swt dan aku berharap kalian tidak mendapatkannya. Pertama, tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka akan tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka. Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan melainkan mereka akan tertimpa paceklik, masalah ekonomi dan kedurjanaan penguasa. Ketiga, tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat melainkan mereka akam mengalami kemarau panjang. Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan. Keempat, tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar janji) melainkan akan Allah swt utus kepada mereka musuh yang akan mengambil sebagian yang mereka miliki. Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka meninggalkan (tidak mengamalkan Al-Qur'an) melainkan akan Allah swt jadikan permusuhan antar mereka."

Rasulullah saw juga bersabda : "Jika engkau dapati Allah Azza wa Jalla memberikan limpahan kekayaan kepada seorang hamba padahal hamba itu tetap berada di dalam kemaksiatan, maka tak lain hal itu merupakan penundaan tindakan dari Nya" (HR Ahmad)

Selanjutnya beliau (Rasulullah saw) membaca ayat yang artinya : ?Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS Al-An'aam : 44)

Imam Ahmad meriwayatkan, Abi Rafi' bercerita bahwa Rasulullah saw pernah melewati pekuburan Baqi. Lalu beliau berkata, "Kotorlah engkau, cis ... !" Aku menyangka kiranya beliau maksudkan diriku. Beliau bertutur, ?Tidak, cuma inilah kuburan si fulan yang pernah kuutus untuk memungut zakat pada bani fulan lalu dia mencuri baju wol dan kini dia sedang dipakaikan baju yang serupa dari api neraka.

Dalam shahih Muslim dikatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : "Penduduk yang di dunia begelimang kesenangan sementara dia itu termasuk ahli neraka dihadirkan pada hari kiamat untuk kemudian dicelup dengan celupan neraka. Kemudian kepada mereka dikatakan, ?Hai ibnu Adam, adakah kau lihat kebaikan ?" Dia menjawab, "Wallahi, tidak ya Rabbi !" Dan manusia yang di dunia paling sengsara hidupnya sementara dia itu calon penghuni surga akan dicelup dengan celupan surga. Lalu kepada mereka akan dikatakan, "Hai ibnu Adam, adakah kau peroleh kesengsaraan? Adakah kau temui kegetiran?" Dia menjawab, "Tidak, demi Allah ya Rabbi, tidak kudapati sama sekali.""

Sedangkan dalam shahih Muslim Rasulullah saw pernah bersabda tentang 3 golongan manusia yang pertama diadili di hari akhir. Golongan pertama adalah mereka yang mati syahid. Diantara mereka wajahnya tersungkur dan diseret ke neraka karena ternyata perang yang telah dilakukannya semata-mata hanya agar disebut pahlawan. Golongan kedua adalah orang yang sering membaca Al-Qur'an, rajin menuntut ilmu dan senantiasa mengamalkan pengetahuannya. Namun ternyata mereka juga tersungkur dan diseret ke dalam nereka. Mengapa ? Karena ternyata mereka hanya ingin mendapat gelar sebagai orang alim dan pintar. Golongan ketiga adalah seorang laki-laki yang seluruh kekayaannya dia korbankan. Tetapi nasibnya sama dengan kedua golongan sebelumya, ia tersungkur dan diseret ke neraka, karena ia melakukan itu agar dikatakan dermawan.

Masih banyak ayat-ayat Al-Qur'an maupun sabda Rasul yang menggambarkan akan bencana apa yang dialami oleh orang yang berbuat maksiat. Namun cukuplah kiranya beberapa ayat, hadits dan kisah diatas menjadi pelajaran bagi kita untuk bisa diambil hikmah dan membuat kita lari dari perbuatan maksiat.

Selanjutnya pada bagian dua dari tulisan ini akan kita lihat 26 pengaruh dan bahaya maksiat yang dapat langsung dirasakan oleh setiap diri manusia, seperti yang dituliskan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziah dalam bukunya ?Aatsaarul Ma'ashi wa Adhraaruha" (Akibat Berbuat Maksiat).



1. Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan
Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam hati dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. Ketika Imam Malik melihat kecerdasan dan daya hafal Imam Syafi'i yang luar biasa, beliau (Imam Malik) berkata, "Aku melihat Allah telah menyiratkan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat.



2. Maksiat Menghalangi Rizki
Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rizki. Maka meninggalkannya berarti menimbulkan kefakiran. "Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya" (HR. Ahmad)

3. Maksiat Menimbulkan Jarak Dengan Allah
Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif berpesan, "Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah (perbuatan dosa itu). Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa diatas dosa."

4. Maksiat Menjauhkan Pelakunya dengan Orang Lain
Maksiat menjauhkan pelakunya dari orang lain, terutama dari golongan yang baik. Semakin berat tekanannya, maka semakin jauh pula jaraknya hingga berbagai manfaat dari orang yang baik terhalangi. Kesunyian dan kegersangan ini semakin menguat hingga berpengaruh pada hubungan dengan keluarga, anak-anak dan hati nuraninya sendiri. Seorang salaf berkata, "Sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang (kendaraan) dan istriku."

5. Maksiat Menyulitkan Urusan
Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi segala urusannya. Maksiat Menggelapkan Hati Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap gulita. Ibnu Abbas ra berkata, "Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rizki dan kebencian makhluk."

6. Maksiat Melemahkan Hati dan Badan
Kekuatan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat maka kuatlah badannya. Tapi bagi pelaku maksiat, meskipun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah jika kekuatan itu sedang dia butuhkan, hingga kekuatan pada dirinya sering menipu dirinya sendiri. Lihatlah bagaimana kekuatan fisik dan hati kaum muslimin yang telah mengalahkan kekuatan fisik bangsa Persia dan Romawi.

7. Maksiat Menghalangi Ketaatan
Orang yang melakukan dosa dan maksiat akan cenderung untuk memutuskan ketaatan. Seperti selayaknya orang yang satu kali makan tetapi mengalami sakit berkepanjangan dan menghalanginya dari memakan makanan lain yang lebih baik.

8. Maksiat Memperpendek Umur dan Menghapus Keberkahan
Pada dasarnya, umur manusia dihitung dari masa hidupnya. Sementara itu tak ada yang namanya hidup kecuali jika kehidupan itu dihabiskan dengan ketaatan, ibadah, cinta dan dzikir kepada Allah serta mementingkan keridhaan-Nya.

9. Maksiat Menumbuhkan Maksiat Lain
Seorang ulama Salaf berkata, bahwa jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka hal tersebut akan mendorong dia untuk melakukan kebaikan yang lain dan seterusnya. Dan jika seorang hamba melakukan keburukan, maka dia pun akan cenderung untuk melakukan keburukan yang lain sehingga keburukan itu menjadi kebiasaan bagi si pelaku.

10. Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani
Maksiat dapat melemahkan hati dari kebaikan dan sebaliknya akan menguatkan kehendak untuk berbuat maksiat yang lain. Maksiat pun dapat memutuskan keinginan untuk bertobat. Inilah yang akan menjadi penyakit hati yang paling besar.

11. Menghilangkan Keburukan Maksiat Itu Sendiri dan Memudahkan Dosa
Jika orang sudah biasa berbuat maksiat, maka ia tidak lagi buruk memandang perbuatan itu, sehingga maksiat itu menjadi adat kebiasaan. Ia pun tidak lagi mempunyai rasa malu melakukannya, bahkan memberitakannya kepada orang lain tentang perbuatannya itu. Dosa yang dilakukannya dianggapnya ringan dan kecil. Padahal dosa itu adalah besar di mata Allah swt.

12. Maksiat Warisan Umat Yang Pernah Diazab
Misalnya, homoseksual adalah warisan umat nabi Luth as. Perbuatan curang dengan mengurangi takaran adalah peninggalan kaum Syu'aib as. Kesombongan di muka bumi dan menciptakan berbagai kerusakan adalah milik Fir'aun dan kaumnya. Sedangkan takabur dan congkak merupakan warisan kaum Hud as. Dengan demikian bisa dikatakan, bahwa pelaku maksiat jaman sekarang adalah kaum yang memakai baju atau mencontoh umat terdahulu yang menjadi musuh Allah swt. Dalam musnad Imam Ahmad dari Ibmu Umar disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongannya."

13. Maksiat Menimbulkan Kehinaan dan Mewariskan Kehinadinaan
Kehinaan itu tidak lain adalah akibat perbuatan maksiatnya kepada Allah sehingga Allah pun menghinakannya. ?...Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki." (QS. Al-Hajj:18) Sedangkan kemaksiatan itu akan melahirkan kehinadinaan, karena kemuliaan itu hanya akan muncul dari ketaatan kepada Allah swt. ?Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah lah kemuliaan itu ..." (QS. Al-Faathir:10) Seorang Salaf pernah berdoa, ?Ya Allah, anugerahilah aku kemuliaan melalui ketaatan kepada Mu, dan janganlah Engkau hina dinakan aku karena aku bermaksiat kepada Mu."

14. Maksiat Merusak Akal
Ulama Salaf berkata, bahwa seandainya seseorang itu masih berakal sehat, maka akal sehatnya itulah yang akan mencagahnya dari kemaksiatan kepada Allah. Dia akan berada dalam genggaman Allah, sementara malaikat menyaksikan dan nasihat Al-Qur'an pun mencegahnya, begitu pula dengan nasehat keimanan. Tidaklah seseorang melakukan maksiat kecuali akalnya telah hilang.

15. Maksiat Menutup Hati
Allah berfirman, ?Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (Al-Muthoffifiin:14) Imam Hasan mengatakan hal itu sebagai dosa yang berlapis dosa. Ketika dosa dan maksiat telah menumpuk maka hatinya pun telah tertutup.

16. Maksiat Dilaknat Rasulullah saw
Rasulullah saw melaknat perbuatan maksiat seperti mengubah petunjuk jalan, padahal petunjuk jalan itu sangat penting (HR Bukhari), melakukan perbuatan homoseksual (HR Muslim), menyerupai laki-laki bagi wanita dan menyerupai wanita bagi laki-laki, mengadakan praktek suap-manyuap (HR Tarmidzi) dan sebagainya.

17. Maksiat Menghalangi Syafaat Rasul dan Malaikat
Kecuali bagi mereka yang bertobat dan kembali ke pada jalan yang lurus, sebagaimana Allah swt berfirman : ?(Malaikat-malaikat) yang memikul ?Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan) : ?Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyla-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ?Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang sholeh diantara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan." (QS: Al-Mukmin:7-9)

18. Maksiat Melenyapkan Malu
Malu adalah pangkal kebajikan, jika rasa malu telah hilang, hilangkah seluruh kebaikannya. Rasulullah bersabda : ?Malu itu merupakan kebaikan seluruhnya. Jika kamu tidak merasa malu, berbuatlah sesukamu." (HR. Bukhari)

19. Maksiat Meremehkan Allah
Jika seseorang berlaku maksiat, disadari atau tidak, rasa untuk mengagungkan Allah perlahan-lahan lenyap dari hati. Jika perasaan itu masih ada, tentulah ia akan mencegahnya dari berlaku maksiat.

20. Maksiat Memalingkan Perhatian Allah
Allah akan membiarkan orang yang terus-menerus berbuat maksiat berteman dengan syaitan. Allah berfirman : ?Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyir:19)

21. Maksiat Melenyapkan Nikmat dan Mendatangkan Azab
Allah berfirman : ?Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS Asy-Syura:30)

Ali ra berkata : ?Tidaklah turun bencana malainkan karena dosa. Dan tidaklah bencana lenyap melainkan karena tobat."

22. Maksiat Memalingkan Istiqamah
Orang yang hidup di dunia ini bagaikan seorang pedagang. Pedagang yang cerdik tentu akan menjual barangnya kepada pembeli yang sanggup membayar dengan harga tinggi. Ialah Allah yang akan membeli barang itu dan dibayarnya dengan kehidupan surga yang abadi. Jika seseorang menjualnya dengan imbalan kehidupan dunia yang fana, ketika itulah ia tertipu. 

Sumber : Milis My Quran.

Selasa, 06 Desember 2011

1 Desember Bonus Peraih Emas SEA Games Belum Cair

I Gede Siman Sudartawa, atlet renang asal Provinsi Bali dalam SEA Games XXVI yang mendapatkan 4 medali emas mungkin sudah mengkhayal menjadi orang kaya baru, setelah mendapat bonus Rp 800 juta. Sayang, uang tersebut belum diterimanya sampai 1 Desember lalu.

"Terakhir saya cek hari Kamis 1 Desember 2011 belum masuk ke rekening saya," ucap Siman saat dihubungi lewat Tribunnews.com, Senin malam (5/12/2011).

Saat ditanya apakah sudah melakukan konfirmasi ke pihak Menpora atau Koni, Siman menjawab belum. Atlet berusia 17 tahun ini juga mendapat kabar dari pelatihnya bahwa beberapa atlet yang mengikuti SEA Games yang lalu sudah ada yang menerima bonusnya.

"Setiap hari saya masih tetap berlatih renang di Cikini," kata Siman saat ditanya kesibukannya saat ini.

Menurut dia, jika bonus sebesar itu nantinya sudah masuk ke rekeningnya, akan langsung diserahkan pada orangtuanya.

"Buat orangtua. Biar orangtua nanti gimana," ujar pria kelahiran Bali, 8 September 1994.

Empat Emas Siman dala SEA Games XXVI
* 1 emas nomor 100 meter gaya punggung.
* 1 emas nomor 200 meter gaya punggung.
* 1 emas nomor 50 meter gaya punggung.
* 1 emas nomor 4x100 meter estafet gaya ganti beregu putra

Data Diri:
Nama: I Gede Siman Sidartawa
Lahir: Bali, 8 September 1994
Postur: 175 cm/65 kg
Spesialis: Gaya pungung (50, 100, 200 meter)
Prestasi:
- Emas Porprov Bali 2009
- Tiga Emas SEA Games 2011 (nomor 50, 100, 200 meter gaya punggung putra)
- Pecahkan rekor SEA Games di nomor 100 meter gaya punggung putra (55,59 detik)


Suatu hal yang sudah tidak aneh di negeri kita. Saya pun sudah memperkirakannya.
Nice quote : By Oralucu
ya ngga salah lah....wong pejabat yg terkait kan ngomong "bonus akan segera cair"..
setau saya yg bisa mencair itu adalah es batu...
apa ada duit bisa mencair
emang mau di kasih es batu buat bonus....

Senin, 05 Desember 2011

7 Amalan Membinasakan

 http://mumbai.metblogs.com/archives/images/2007/08/7.gif
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Hendaklah kalian menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan.” Dikatakan kepada beliau, “Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dosa menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina.” (HR. Al-Bukhari no. 2560 dan Muslim no. 129)

Penjelasan:

Ini adalah 7 dosa besar yang membinasakan. Dan sebagaimana dimaklumi bersama bahwa dosa-dosa besar itu tidak terbatas pada 7 amalan ini saja, akan tetapi masih banyak dosa besar lainnya yang tersebut dalam hadits-hadits yang lain. Di antaranya adalah hadits Abi Bakrah radhiallahu ‘anhu dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Apakah kalian mau aku beritahu dosa besar yang paling besar?” Beliau menyatakannya tiga kali. Mereka menjawab: “Mau, wahai Rasulullah”. Maka Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua”. Lalu Beliau duduk dari sebelumnya berbaring kemudian melanjutkan sabdanya: “Ketahuilah, juga ucapan dusta.” (HR. Al-Bukhari no. 2460 dan Muslim no. 126)

1. Syirik Kepada Allah.

Dalam hadits Abu Hurairah di atas, Nabi shallallahu alaihi wasallam memulai penyebutan 7 dosa yang membinasakan dengan menyebutkan syirik kepada Allah karena dia merupakan dosa yang terbesar. Syirik adalah menjadikan tandingan untuk Allah dalam rububiah-Nya, uluhiah-Nya, serta dalam nama-nama dan sifat-sifatNya. Seperti menyerahkan ibadah kepada selain Allah, baik seluruh ibadah maupun sebagian di antaranya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah: 72)

Di antara bentuk syirik akbar adalah ruku’ dan sujud kepada makhluk, baik yang masih hidup apalagi yang telah meninggal. Contoh lain adalah tawaf dan berdiam di kubur orang saleh, bernadzar dan menyembelih untuk makhluk, memohon bantuan dan perlindungan kepada makhluk dalam perkara yang hanya Allah yang bisa memberikannya, seperti dalam hal turunnya hujan, menyembuhkan orang yang sakit, dan semacamnya. Jika seorang hamba melakukan salah satu dari amalan ini dan yang semisalnya maka dia telah terjatuh ke dalam amalan syirik akbar, dan Allah tidak akan mengampuninya jika dia meninggal dalam keadaan belum bertaubat.

2. Sihir

Semua praktek sihir dan magic sebenarnya sudah termasuk ke dalam kesyirikan. Akan tetapi Allah Ta’ala menyebutkannya secara tersendiri di sini untuk menunjukkan besarnya dosa dari kesyirikan yang satu ini. Hal itu karena sihir bukan hanya merusak pelakunya akan tetapi kebanyakannya juga akan merusak orang-orang yang ada di sekitarnya. Hakikat dari sihir adalah seorang penyihir meminta bantuan dan perlindungan kepada jin-jin kafir untuk melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan manusia biasa, dengan syarat si penyihir tersebut harus menyerahkan ibadah dan taqarrub kepada jin-jin tersebut. Karenanya Allah Ta’ala menjadikan semua bentuk sihir adalah pengajaran dari setan dalam firman-Nya:

“Hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 102)

Ayat di atas juga menunjukkan kafirnya orang yang mempelajari semua bentuk sihir. Hal itu karena Allah Ta’ala menyebutkan salah satu sebab kafirnya setan adalah mengajarkan sihir. Jadi, jika yang mengajarkan sihir itu kafir maka tentunya yang mempelajari sihir itu juga kafir, walaupun dia tidak memanfaatkan sihir itu.

Allah Ta’ala juga berfirman:

“Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat.” (QS. Al-Baqarah: 102)

Sisi pendalilannya: Pelaku dosa besar selama dia masih mempunyai iman maka dia pasti masih mendapatkan bagian kebaikan di akhirat. Akan tetapi tatkala penyihir dikatakan tidak mempunyai bagian di akhirat sedikitpun, maka itu menunjukkan mereka tidaklah mempunyai iman dan agama.

Qatadah berkata, “Ahli kitab telah mengetahui pada janji yang telah diambil dari mereka bahwa penyihir tidak mempunyai sedikitpun bagian di akhirat.”
Al-Hasan Al-Bashri berkata menafsirkannya, “Penyihir itu tidak mempunyai agama.”

Dan Imam Ahmad telah menegaskan bahwa siapa saja yang mempelajari atau mengajarkan sihir maka dia telah kafir dengannya.”

3. Membunuh Tanpa Hak

Dosa yang membinasakan ketiga adalah membunuh jiwa tanpa hak. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (QS. Al-Isra`: 33)

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisa`: 93)

Dari Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Seorang mukmin masih dalam kelonggaran agamanya selama dia tidak menumpahkan darah haram tanpa alasan yang dihalalkan.” (HR. Al-Bukhari no. 6355)

Di antara membunuh tanpa hak adalah membunuh orang kafir dzimmi, kafir mu’ahad, dan kafir musta`man.

Di antara bentuk membunuh dengan hak 3 jenis pembunuhan yang tersebut dalam hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidak halal darah seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tiada sembahan yang berhak untuk disembah selain Allah dan aku adalah utusan Allah, kecuali satu dari tiga orang berikut ini: Seorang yang sudah menikah yang berzina, seseorang yang membunuh orang lain, dan orang yang keluar dari agamanya, memisahkan diri dari jama’ah (murtad).” (HR. Al-Bukhari no. 6370 dan Muslim no. 3175)

4. Memakan Harta Riba

Memakan harta riba dan bergelut dengannya adalah dosa yang sangat besar. Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah: 275-276)

Dari Abu Juhaifah radhiallahu anhu dia berkata:

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah melaknat al-wasyimah (wanita yang mentato) dan al-mustausyimah (wanita yang meminta untuk ditato), orang yang memakan riba, dan orang yang memberi dari hasil riba. Dan beliau juga melarang untuk memakan hasil keuntungan dari anjing, dan pelacur. Kemudian beliau juga melaknat para tukang gambar.” (HR. Al-Bukhari no. 4928)

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma dia berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat pemakan riba, orang yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan saksi-saksinya.” Beliau bersabda, “Mereka semua sama.” (HR. Muslim no. 2995)

5. Memakan Harta Anak Yatim

Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (QS. An-Nisa`: 10)

Ayat di atas tegas menyebutkankan memakan atau menghabiskan harta anak yatim adalah dosa besar. Karenanya Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berbuat baik kepada anak-anak yatim di dalam firman-Nya:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin.” (QS. An-Nisa`: 36)

Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Aku dan orang-orang yang mengurusi anak yatim dalam surga akan dekat seperti ini.” Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah lalu beliau membuka sedikit di antara keduanya.” (HR. Al-Bukhari no. 4892)

6. Lari Dari Medan Jihad

Allah Ta’ala berfirman memberikan ancaman:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS. Al-Anfal: 15-16)

7. Menuduh Seseorang Berzina Tanpa Saksi

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar, pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya).” (QS. An-Nur: 23-25)

Allah Ta’ala juga berfirman:

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur: 4-5)

About Me

Andre Tauladan adalah blog untuk berbagi informasi umum. Terkadang di sini membahas topik agama, politik, sosial, pendidikan, atau teknologi. Selain Andre Tauladan, ada juga blog khusus untuk berbagi seputar kehidupan saya di Jurnalnya Andre, dan blog khusus untuk copas yaitu di Kumpulan Tulisan.

Streaming Radio Ahlussunnah

Today's Story

Dari setiap kejadian di akhir zaman, akan semakin nampak mana orang-orang yang lurus dan mana yang menyimpang. Akan terlihat pula mana orang mu'min dan mana yang munafiq. Mana yang memiliki permusuhan dengan orang kafir dan mana yang berkasihsayang dengan mereka.
© Andre Tauladan All rights reserved | Theme Designed by Seo Blogger Templates