“Ada tujuh
golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya:
1. Pemimpin yang
adil.
2. Pemuda yang
tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
3. Lelaki yang
hatinya terpaut dengan masjid.
4. Dua orang
yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak
juga berpisah kecuali karena Allah.
5. Lelaki yang
diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu
dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.
6. Orang yang
bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa
yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
7. Orang yang
berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena
menangis.”
(HR. Al-Bukhari
no. 620 dan Muslim no. 1712)
Penjelasan:
Ketujuh orang
yang tersebut dalam hadits di atas, walaupun lahiriah amalan mereka
berbeda-beda bentuknya, akan tetapi semua amalan mereka itu mempunyai satu
sifat yang sama yang membuat mereka semua mendapat naungan Allah Ta’ala. Sifat
itu adalah mereka sanggup menyelisihi dan melawan hawa nafsu mereka guna
mengharapkan keridhaan Allah dan ketaatan kepada-Nya.
1. Pemimpin yang adil.
Dia adalah
manusia yang paling dekat kedudukannya dengan Allah Ta’ala pada hari kiamat.
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Orang-orang
yang berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar yang terbuat dari cahaya,
di sebelah kanan Ar-Rahman Azza wa Jalla -sedangkan kedua tangan Allah adalah
kanan semua-. Yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam
keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.” (HR.
Muslim no. 3406)
2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah
kepada Rabbnya.
Hal itu karena
dorongan dan ajakan kepada syahwat di masa muda mencapai pada puncaknya,
karenanya kebanyakan awal penyimpangan itu terjadi di masa muda. Tapi tatkala
seorang pemuda sanggup untuk meninggalkan semua syahwat yang Allah Ta’ala
haramkan karena mengharap ridha Allah, maka dia sangat pantas mendapatkan
keutamaan yang tersebut dalam hadits di atas, yaitu dinaungi oleh Allah di
padang mahsyar.
3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.
Sungguh Allah
Ta’ala telah memuji semua orang yang memakmurkan masjid secara umum di dalam
firman-Nya:
“Bertasbih
kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan
disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang
tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan
zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan
balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah
memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. An-Nur:
36-38)
Terkaitnya hati
dengan masjid hanya akan didapatkan oleh siapa saja yang menuntun jiwanya
menuju ketaatan kepada Allah. Hal itu karena jiwa pada dasarnya cenderung
memerintahkan sesuatu yang jelek. Sehingga jika dia meninggalkan semua ajakan dan
seruan jiwa yang jelek itu dan lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah, maka
pantaslah dia mendapatkan pahala yang sangat besar.
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah,
sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.
Kedua orang ini
telah berjihad dalam melawan hawa nafsu mereka. Hal itu karena hawa nafsu itu
menyeru untuk saling mencintai karena selain Allah karena adanya tujuan-tujuan
duniawiah. Makna ‘mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena
Allah’ adalah keduanya bersatu dan bermuamalah karena keduanya mencintai Allah.
Karenanya kapan salah seorang di antara mereka berubah dari sifat ini
(mencintai Allah), maka temannya itu akan meninggalkannya dan menjauh darinya
karena dia telah meninggalkan sifat yang menjadi sebab awalnya mereka saling
menyayangi. Sehingga jadilah ada dan tidak adanya cinta dan sayang di antara
keduanya berputar dan ditentukan oleh ketaatan kepada Allah dan berpegang teguh
kepada sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam.
5. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita
yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada
Allah’.
Yakni: Dia
diminta oleh wanita yang mengumpulkan status social yang tinggi, harta yang
melimpah, dan kecantikan yang luar biasa untuk berzina dengannya. Akan tetapi
dia menolak permintaan dan ajakan tersebut karena takut kepada Allah. Maka ini
tanda yang sangat nyata menunjukkan dia lebih mendahulukan kecintaan kepada
Allah daripada kecintaan kepada hawa nafsu. Dan orang yang sanggup melakukan
ini akan termasuk ke dalam firman Allah Ta’ala:
“Dan adapun
orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya.” (QS. An-Naziat: 40)
Dan pemimpin
setiap lelaki dalam masalah ini adalah Nabi Yusuf alaihissalam.
6. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi,
hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan
kanannya.
Yakni dia
berusaha semaksimal mungkin agar sedekah dan dermanya tidak diketahui oleh
siapapun kecuali Allah, sampai-sampai diibaratkan dengan kalimat ‘hingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya’.
Karenanya
disunnahkan dalam setiap zakat, infak, dan sedekah agar orang yang mempunyai
harta menyerahkannya secara langsung kepada yang berhak menerimanya dan tidak
melalui wakil dan perantara. Karena hal itu akan lebih menyembunyikan
sedekahnya. Juga disunnahkan dia memberikannya kepada kerabatnya sendiri
sebelum kepada orang lain, agar sedekahnya juga bisa dia sembunyikan.
7. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan
sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.
Ini adalah
amalan yang sangat berat dan tidak akan dirasakan kecuali oleh orang yang
mempunyai kekuatan iman dan orang yang takut kepada Allah ketika dia sendiri
maupun ketika dia bersama orang lain. Dan tangisan yang lahir dari kedua sifat
ini merupakan tangisan karena takut kepada Allah Ta’ala.
Kemudian,
penyebutan 7 golongan dalam hadits ini tidaklah menunjukkan pembatasan. Karena
telah shahih dalam hadits lain adanya golongan lain yang Allah lindungi pada
hari kiamat selain dari 7 golongan di atas. Di antaranya adalah orang yang
memberikan kelonggaran dalam penagihan utang. Dari Jabir radhiallahu anhu: Nabi
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa
yang memberikan kelonggaran kepada orang yang berutang atau menggugurkan
utangnya, maka Allah akan menaunginya di bawah naungan-Nya.” (HR. Muslim no.
5328)
Sumber
Sumber
Post a Comment