Kisah bayi yang
dapat berbicara berdasarkan hadits-hadits dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam.
1. Isa bin
Maryam alaihissalam.
2. Bayi dalam
kisah Juraij si ahli ibadah.
3. Bayi yang
sedang bersama ibunya.
4. Bayi yang
akan dilempar ke dalam api.
Adapun 3 bayi
yang pertama, tersebut dalam hadits Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam beliau telah bersabda:
“Tidak ada bayi
yang dapat berbicara ketika masih berada dalam buaian kecuali tiga bayi:
(1) Isa bin Maryam, Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur'an, yaitu ketika ia
menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka;
lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam
bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata:
"Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah,
jika kamu seorang yang bertakwa". Ia
(Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu,
untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang
anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku
bukan (pula) seorang pezina!" Jibril
berkata: "Demikianlah. Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah
bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai
rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan."
Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri
dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka
rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon
kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku
menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah:
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak
sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon
kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak
kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang
hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah,
maka aku tidak akan berbicara dengan seorang Manusia pun pada hari ini".
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan
menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah
melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai
saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan
ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina", maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana
kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia
memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja
aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada
ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari
aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali". Itulah Isa putra Maryam, yang
mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang
kebenarannya. (Maryam: 16-34)
(2) dan bayi dalam perkara Juraij.” Juraij
adalah seorang laki-laki yang rajin beribadah. Ia membangun tempat peribadatan
dan senantiasa beribadah di tempat itu. Ketika sedang melaksanakan shalat
sunnah, tiba-tiba ibunya datang dan memanggilnya; ‘Hai Juraij! ‘ Juraij
bertanya dalam hati; ‘Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, melanjutkan
shalatku ataukah memenuhi panggilan ibuku? ‘ Akhirnya ia pun meneruskan
shalatnya itu hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya. Keesokan
harinya, ibunya datang lagi kepadanya sedangkan Juraij sedang melakukan shalat
sunnah.
Kemudian ibunya
memanggilnya; ‘Hai Juraij! ‘ Kata Juraij dalam hati; ‘Ya Allah, manakah yang
lebih aku utamakan, memenuhi seruan ibuku ataukah shalatku? ‘ Lalu Juraij tetap
meneruskan shalatnya hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya. Hari
berikutnya, ibunya datang lagi ketika Juraij sedang melaksanakan shalat sunnah.
Seperti biasa ibunya memanggil; ‘Hai Juraij! ‘ Kata Juraij dalam hati; ‘Ya
Allah, manakah yang harus aku utamakan, meneruskan shalatku ataukah memenuhi
seruan ibuku? ‘ Namun Juraij tetap meneruskan shalatnya dan mengabaikan seruan
ibunya. Tentunya hal ini membuat kecewa hati ibunya. Hingga tak lama kemudian
ibunya pun berdoa kepada Allah; ‘Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum
ia mendapat fitnah dari perempuan pelacur! ‘ Kaum Bani Israil selalu
memperbincangkan tentang Juraij dan ibadahnya, hingga ada seorang wanita
pelacur yang cantik berkata; ‘Jika kalian menginginkan popularitas Juraij
hancur di mata masyarakat, maka aku dapat memfitnahnya demi kalian.’ Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pun meneruskan sabdanya: ‘
Maka mulailah
pelacur itu menggoda dan membujuk Juraij, tetapi Juraij tidak mudah terpedaya
dengan godaan pelacur tersebut. Kemudian pelacur itu pergi mendatangi seorang
penggembala ternak yang kebetulan sering berteduh di tempat peribadatan Juraij.
Ternyata wanita tersebut berhasil memperdayainya hingga laki-laki penggembala
itu melakukan perzinaan dengannya sampai akhirnya hamil. Setelah melahirkan,
wanita pelacur itu berkata kepada masyarakat sekitarnya bahwa; ‘Bayi ini adalah
hasil perbuatan aku dengan Juraij.’ Mendengar pengakuan wanita itu, masyarakat
pun menjadi marah dan benci kepada Juraij.
Kemudian
mendatangi rumah peribadatan Juraij dan bahkan menghancurkannya. Selain itu,
mereka pun bersama-sama menghakimi Juraij tanpa bertanya terlebih dahulu
kepadanya. Lalu Juraij bertanya kepada mereka; ‘Mengapa kalian lakukan hal ini
kepadaku? ‘ Mereka menjawab; ‘Kami lakukan hal ini kepadamu karena kamu telah
berbuat zina dengan pelacur ini hingga ia melahirkan bayi dari hasil
perbuatanmu.’ Juraij berseru; ‘Dimanakah bayi itu? ‘
Kemudian mereka
menghadirkan bayi hasil perbuatan zina itu dan menyentuh perutnya dengan jari
tangannya seraya bertanya; ‘Hai bayi kecil, siapakah sebenarnya ayahmu itu? ‘
Ajaibnya, sang bayi langsung menjawab; ‘Ayah saya adalah si fulan, seorang
penggembala.’ Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: ‘Akhirnya mereka
menaruh hormat kepada Juraij. Mereka menciuminya dan mengharap berkah darinya.
Setelah itu mereka pun berkata; ‘Kami akan membangun kembali tempat ibadahmu
ini dengan bahan yang terbuat dari emas.’ Namun Juraij menolak dan berkata;
‘Tidak usah, tetapi kembalikan saja rumah ibadah seperti semula yang terbuat dari
tanah liat.’ Akhirnya mereka pun mulai melaksanakan pembangunan rumah ibadah
itu seperti semula.
(3) Dan bayi ketiga, Ada seorang bayi
sedang menyusu kepada ibunya, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang gagah dan
berpakaian yang bagus pula. Lalu ibu bayi tersebut berkata; ‘Ya Allah ya
Tuhanku, jadikanlah anakku ini seperti laki-laki yang sedang mengendarai hewan
tunggangan itu! ‘ Ajaibnya, bayi itu berhenti dari susuannya, lalu menghadap
dan memandang kepada laki-laki tersebut sambil berkata; ‘Ya Allah ya Tuhanku,
janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu! ‘ Setelah itu, bayi
tersebut langsung menyusu kembali kepada ibunya.
Abu Hurairah
berkata; ‘Sepertinya saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menceritakan susuan bayi itu dengan memperagakan jari telunjuk beliau yang
dihisap dengan mulut beliau.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
meneruskan sabdanya: ‘Pada suatu ketika, ada beberapa orang yang menyeret dan
memukuli seorang wanita seraya berkata; ‘Kamu wanita tidak tahu diuntung. Kamu
telah berzina dan mencuri.’ Tetapi wanita itu tetap tegar dan berkata; ‘Hanya
Allah lah penolongku. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik penolongku.’ Kemudian ibu
bayi itu berkata; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti wanita
itu! ‘ Tiba-tiba bayi tersebut berhenti dari susuan ibunya, lalu memandang
wanita tersebut seraya berkata; ‘Ya Allah ya Tuhanku, jadikanlah aku sepertinya!
‘
Demikian
pernyataan ibu dan bayinya itu terus berlawanan, hingga ibu tersebut berkata
kepada bayinya; ‘Celaka kamu hai anakku! Tadi, ada seorang laki-laki yang gagah
dan menawan lewat di depan kita, lalu kamu berdoa kepada Allah; ‘Ya Allah, jadikanlah
anakku seperti laki-laki itu! Namun kamu malah mengatakan; ‘Ya Allah, janganlah
Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu! Kemudian tadi, ketika ada beberapa
orang menyeret dan memukuli seorang wanita sambil berkata; ‘Ya Allah, janganlah
Engkau jadikan anakku seperti wanita itu! ‘ Tetapi kamu malah berkata; ‘Ya
Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu! ‘ Mendengar pernyataan ibunya itu,
sang bayi pun menjawab; ‘Sesungguhnya laki-laki yang gagah itu seorang yang
sombong hingga aku mengucapkan; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti
laki-laki itu! ‘ Sementara wanita yang dituduh mencuri dan berzina itu tadi
sebenarnya adalah seorang wanita yang shalihah, tidak pernah berzina, ataupun
mencuri. Oleh karena itu, aku pun berdoa; ‘Ya Allah, jadikanlah aku seperti
wanita itu!” (HR. AL-Bukhari no. 3181 dan Muslim no. 4626)
(4) Sementara bayi keempat tersebut dalam
hadits Shuhaib bin Sinan radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
“Dulu, sebelum
kalian ada seorang raja, ia memiliki tukang sihir, saat tukang sihir sudah tua,
ia berkata kepada rajanya: ‘Aku sudah tua, kirimlah seorang pemuda kepadaku
untuk aku ajari sihir.’ Lalu seorang pemuda datang padanya, ia mengajarkan
sihir kepada pemuda itu. (Jarak) antara tukang sihir dan si raja terdapat
seorang rahib. Si pemuda itu mendatangi rahib dan mendengar kata-katanya, ia
kagum akan kata-kata si rahib itu sehingga bila datang ke si penyihir pasti
dipukul, Pemuda itu mengeluhkan hal itu kepada si rahib, ia berkata: ‘Bila tukang
sihir hendak memukulmu, katakan: ‘Keluargaku menahanku, ‘ dan bila kau takut
pada keluargamu, katakan: ‘Si tukang sihir menahanku.’ Saat seperti itu, pada
suatu hari ia mendekati sebuah hewan yang besar yang menghalangi jalanan orang,
ia berkata, ‘Hari ini aku akan tahu, apakah tukang sihir lebih baik ataukah
pendeta lebih baik.’ Ia mengambil batu lalu berkata: ‘Ya Allah, bila urusan si
rahib lebih Engkau sukai dari pada tukang sihir itu maka bunuhlah binatang ini
hingga orang bisa lewat.’ Ia melemparkan batu itu dan membunuhnya, orang-orang
pun bisa lewat. Ia memberitahukan hal itu kepada si rahib.
Si rahib
berkata: ‘Anakku, saat ini engkau lebih baik dariku dan urusanmu telah sampai
seperti yang aku lihat, engkau akan mendapat ujian, bila kau mendapat ujian
jangan menunjukkan padaku.’ Si pemuda itu bisa menyembuhkan orang buta dan
berbagai penyakit. Salah seorang teman raja yang buta lalu ia mendengarnya, ia
mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang banyak, ia berkata: ‘Sembuhkan
aku dan kau akan mendapatkan yang aku kumpulkan disini.’ Pemuda itu berkata:
‘Aku tidak menyembuhkan seorang pun, yang menyembuhkan hanyalah Allah, bila kau
beriman padaNya, aku akan berdoa kepadaNya agar menyembuhkanmu.’ Teman si raja
itu pun beriman lalu si pemuda itu berdoa kepada Allah lalu ia pun sembuh.
Teman raja itu
kemudian mendatangi raja lalu duduk didekatnya. Si raja berkata: ‘Hai fulan,
siapa yang menyembuhkan matamu? ‘ Orang itu menjawab: ‘Rabbku.’ Si raja
berkata: ‘Kau punya Rabb selainku? ‘ Orang itu berkata: ‘Rabbku dan Rabbmu
adalah Allah.’ Si raja menangkapnya lalu menyiksanya hingga ia menunjukkan pada
pemuda itu lalu pemuda itu didatangkan, Raja berkata: ‘Hai anakku, sihirmu yang
bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan kau melakukan ini dan itu.’ Pemuda itu
berkata: ‘Bukan aku yang menyembuhkan, yang menyembuhkan hanya Allah.’ Si raja
menangkapnya dan terus menyiksanya ia menunjukkan kepada si rahib. Si raja
mendatangi si rahib, rahib pun didatangkan lalu dikatakan padanya: ‘Tinggalkan
agamamu.’ Si rahib tidak mau lalu si raja meminta gergaji kemudian diletakkan
tepat ditengah kepalanya hingga sebelahnya terkapar di tanah. Setelah itu teman
si raja didatangkan dan dikatakan padanya: ‘Tinggalkan agamamu.’ Si rahib tidak
mau lalu si raja meminta gergaji kemudian diletakkan tepat ditengah kepalanya
hingga sebelahnya terkapar di tanah.
Setelah itu
pemuda didatangkan lalu dikatakan padanya: ‘Tinggalkan agamamu.’ Pemuda itu
tidak mau. Lalu si raja menyerahkannya ke sekelompok tentaranya, raja berkata:
‘Bawalah dia ke gunung ini dan ini, bawalah ia naik, bila ia mau meninggalkan
agamanya (biarkanlah dia) dan bila tidak mau, lemparkan dari atas gunung.’
Mereka membawanya ke puncak gunung lalu pemuda itu berdoa: ‘Ya Allah, cukupilah
aku dari mereka sekehendakMu.’ Ternyata gunung mengguncang mereka dan mereka
semua jatuh. Pemuda itu kembali pulang hingga tiba dihadapan raja. Raja
bertanya: ‘Bagaimana kondisi kawan-kawanmu? ‘ Pemuda itu menjawab: ‘Allah
mencukupiku dari mereka.’ Lalu si raja menyerahkannya ke sekelompok tentaranya,
raja berkata: ‘Bawalah dia ke sebuah perahu lalu kirim ke tengah laut, bila ia
mau meninggalkan agamanya (bawalah dia pulang) dan bila ia tidak mau
meninggalkannya, lemparkan dia.’ Mereka membawanya ke tengah laut lalu pemuda
itu berdoa: ‘Ya Allah, cukupilah aku dari mereka sekehendakMu.’ Ternyata
perahunya terbalik dan mereka semua tenggelam. Pemuda itu pulang hingga tiba
dihadapan raja, raja bertanya: Bagaimana keadaan teman-temanmu? ‘
Pemuda itu
menjawab: ‘Allah mencukupiku dari mereka.’ Setelah itu ia berkata kepada raja:
‘Kau tidak akan bisa membunuhku hingga kau mau melakukan yang aku perintahkan,
‘ Raja bertanya: ‘Apa yang kau perintahkan? ‘ Pemuda itu berkata: ‘Kumpulkan
semua orang ditanah luas lalu saliblah aku diatas pelepah, ambillah anak panah
dari sarung panahku lalu ucapkan: ‘Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.’ Bila
kau melakukannya kau akan membunuhku.’ Akhirnya raja itu melakukannya. Ia
meletakkan anak panah ditengah-tengah panah lalu melesakkannya seraya berkata:
‘Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.’ Anak panah di lesakkan ke pelipis pemuda
itu lalu pemuda meletakkan tangannya ditempat panah menancap kemudian mati.
Orang-orang berkata: ‘Kami beriman dengan Rabb pemuda itu.’
Kemudian
didatangkan kepada raja dan dikatakan padanya: ‘Tahukah kamu akan sesuatu yang
kau khawatirkan, demi Allah kini telah menimpamu. Orang-orang beriman
seluruhnya.’ Si raja kemudian memerintahkan membuat parit di jalanan kemudian
disulut api. Raja berkata: ‘Siapa pun yang tidak meninggalkan agamanya,
pangganglah didalamnya.’ Mereka melakukannya hingga datanglah seorang wanita
bersama anaknya, sepertinya ia hendak mundur agar tidak terjatuh dalam kubangan
api lalu si bayi itu berkata: ‘Ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada
diatas kebenaran.“ (HR. Muslim no. 5327)
Post a Comment