Assalaamu'alaikum. Post ini adalah lanjutan dari Part I mengenai sebagian ciri keagungan islam.
I Luv Islam |
Telah kita ketahui bersama bahwa agama islam adalah agama yang agung. Pada part I telah dibahas, ciri keagungan islam yang pertama adalah Islam punya tanah suci, Mekah Mukaromah. Selanjutnya pada part II ini, akan saya uraikan ciri keagungan Islam yang kedua adalah Islam memiliki kitab suci, yakni Al-Quranul Karim.
Wah,,, Sombong banget nih, kan orang lain juga punya tuh kitab suci. Eits.. bukan sombong, memang mereka punya, tetapi tidak memiliki keistimewaan yang sama dengan kitab suci Islam. Oh ya? Dimana letak perbedaannya? Banyak sekali perbedaannya. Diantaranya, jika diantara kalian ada sarjana atau ahli sejarah, silakan cari, kitab suci mana yang mendapat jaminan dari Allah selain kitab suci Al Quran? Tidak ada kan? Allah SWT berfirman "Inna nahnu nazzalnadz dzikra wa innâ lahû la haafizhûn" (Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur'an, dan pasti kami (pula) yang memeliharanya) Q.S Al Hijr : 9. Umat islam tidak perlu takut, tidak perlu khawatir akan perubahan Al Quran oleh manusia. Al Quran itu adalah firman Allah SWT, Dia yang menurunkannya, Dia yang akan menjaga keasliannya. Jangankan hilang satu lembar, satu ayat pun tidak akan. jangankan satu ayat, Nun tertukar dengan Ya pun pasti bisa diketahui. Silakan cari, apakah ada kitab suci selain Al Quran yang terjamin seperti itu? TIDAK ADA.
Mungkin ada yang bertanya. "Memangnya gimana cara Allah SWT menjaga keaslian Al Quran?". Wallahu'alam, cuma Allah yang tahu. Tapi yang bisa kita lihat kenyataan sekarang, Al Quran 30 Juz dengan ribuan ayat, bisa dengan mudah dipindahkan dari tulisan ke ingatan para hafiz, bahkan mereka bisa paham dengan makna dari ayat per ayatnya. Tidak sedikit di Indonesia yang hafal Al Quran. Apalagi di seluruh dunia. Mungkin ada yang bertanya lagi, dengan kata-kata seperti ini "Buat apa capek-capek menghafal Al Quran? Apa gunanya?". Yaa Allahu, begini para pembaca sekalian, dengan kita hafal Al Quran, kita bisa dengan mudah tahu ketika ada yang memalsukan Al Quran.
Ada lagi yang berkata "Saya kan nggak hafal Al Quran, berarti saya tidak bisa menjaga Al Quran dong?". Coba tanyakan kembali, dia kan hafal Al Fatihah, atau Al Ikhlas. Kalau tidak hafal, patut dipertanyakan status keislamannya. Dengan hafalnya Al Fatihah, pasti bisa menjaga keasliannya. Karena ayat-ayat Al Quran, dimana sudah menjadi milik bibir dan lidah (bisa dengan mudah diucapkan / terhafal), terngiang di telinga, dan terrekam di ingatan, sehingga dirinya akan mampu merasakan gaya bahasa Al Quran. Coba saja bandingkan Al Quran satu ayat, dan hadits satu ayat, kemudian bacakan, dengan irama yang sama, pasti ketahuan, yang satu ayat Al Quran, yang lainnya bukan ayat Al Quran.
Ibarat makanan, lidah bisa merasakan, coba temui orang buta, beri ia kopi pahit, katakan padanya, "Pak, ini ada kopi manis". Kopi belum sampai masuk perut, baru sampai lidah, orang buta itu langsung tahu, bahwa itu kopi pahit, bukan kopi manis. Seperti itulah orang-orang yang sudah hafal Al Quran, bisa membedakan ayat Al Quran dan yang bukan.
Jadi apa bangganya punya Al Quran? Ya seperti yang saya tuliskan di atas. lalu apa ruginya bagi Yahudi? Para pembaca sekalian, zaman ini terus berkembang, orang-orang semakin pintar dan berakal. Orang-orang pandai dan berakal akan berbondong-bondong masuk islam. Mengapa? Karena mereka akan mencari agama yang mempunyai kitab suci yang terjamin dan dijamin keasliannya oleh Allah SWT.
Oleh sebab itu, Yahudi, untuk kedua kalinya, iri hati kepada agama islam, karena agama islam memiliki kitab suci. Dan selamanya, Yahudi berusaha untuk mengotori kitab suci islam, lahir dan batin. Seperti diketahui beberapa waktu yang lalu, tersebar isu, beredar Al Quran yang disinyalir, dicurigai ada ayat-ayat yang ditambahkan dan dipalsukan. Pada waktu itu tidak diperlukan adanya seminar, atau simposium, bahkan pemeriksaan komputer. Kakek-kakek tua yang hidup di tepi gunung, yang suka tadarus dan menghafal Al Quran, bisa tahu, "ini bukan ayat Al Quran". Ditanyakan kepada orang kota, jawabannya sama, ditanyakan pada santri, jawabannya sama. Tidak perlu susah-susah, dalam waktu singkat, Al Quran yang terbukti palsu, ditarik mundur dari peredaran. Gampang sekali.
Gagal dengan cara itu, Yahudi tidak lantas diam. Terus berusaha, mengotori isi Al Quran. Caranya? Mereka mencari orang-orang, kaum muslimin, yang tipis imannya, yang sedikit pengetahuannya. Yang paling sering dijadikan target adalah para wanita. Karena wanita paling peka perasaannya. Wanita paling tidak suka diduakan (poligami). Di Al Quran diterangkan kesempatan bagi setiap pria untuk memiliki dua orang istri, asalkan bisa menjadi rumah tangga yang litaskunu ilayha (damai dan tentram). Tidak cukup dua, tiga juga boleh. Empat juga tidak apa-apa. Dengan catatan, tujuan perkawinan, jangka pendeknya, kedamaian di dunia jangan sampai hilang. Jika menyebabkan kekacauan, jangankan bersistri dua atau tiga, satu pun tidak boleh. Lebih baik berpuasa.
Mengetahui adanya ayat tentang poligami, Yahudi datang mendekati para muslimah. Tidak secara langsung, tetapi melalui kaum muslim yang tipis imannya dan pengetahuannya. Dibujuknya mereka untuk menyampaikan pesan dari yahudi dengan imbalan uang. Disampaikanlah pernyataan bahwa islam itu tidak adil. Al Quran berisi penghinaan untuk wanita. Wanita sampai diduakan, ditigakan, dihina dianggap babu. Diarahkanlah para wanita untuk menganut sistem Eropa, dengan istilah "emansipasi". Wanita sejajar dengan laki-laki. Lha!? Kalau memang begitu, mengapa wanita tidak jadi supir truk saja?
Lalu ada lagi, di Al Quran ayat yang berhubungan dengan sistem pembagian harta (warisan). Wanita satu jinjingan, laki-laki satu tanggungan. Yahudi berfikir "Nah, ada lagi pintu terbuka untuk mempengaruhi muslimah". Didekati lagi orang yang tipis iman, diberinya uang untuk menyampaikan pesan bahwa Al Quran tidak adil. Dikatakan oleh orang itu, seharusnya kalau Al Quran itu adil, wanita dan pria sama pembagian hartanya. Hingga sebagian wanita menginginkanharta lebih banyak dari warisan. Celakalah wanita itu, karena menyelisihi Al Quran. Berkuranglah keislamannya. Di situlah kelicikan Yahudi.
Oleh karena itu, kaum muslimin sekalian, alangkah baiknya jika kita tidak menjadi muslim yang tipis iman dan kurang berpengetahuan. Al Quran itu lengkap, hanya saja kebanyakan dari kita tidak mempelajarinya secara menyeluruh. Kita "hanya berenang di permukaan laut" tanpa "menyelam ke dasarnya". Di permukaan kita hanya bisa melihat bahwa laut bergelombang, tapi jika kita ke dasar, kita bisa menemukan mutiara dan keindahan laut. Tapi ingat, menyelam ke dasar laut perlu peralatan yang lengkap. Untuk mendalami Al Quran diperlukan bekal. Yaitu, iman yang kuat, dan ilmu yang padat.
Sekian uraian saya yang dikutip dari ceramah K.H. A.F. Ghazali (Alm) dengan sedikit penyesuaian. Segala yang benar itu berasal dari Allah SWT, dan yang salah adalah murni kesalahan saya pribadi, sampai jumpa di Part III. Insya Allah.
Assalaamu'alaykum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu.