Empat tahun sudah berlalu, dan sekarang kita kembali menghadapi gegap gempita Piala Dunia 2010 yang kali ini diadakan di Afrika Selatan. Semua orang tampak positif menyambutnya. Well, yang saya maksud positif itu adalah betapa semaraknya acara nonton bareng, hingga tak sungkan para pecinta bola ini untuk bangun di pagi buta untuk menyaksikan pertandingan tim kesayangannya.
Sebenarnya tak cuma Piala Dunia saja. Liga Eropa yang sebagian besar ditayangkan di Indonesia di kisaran waktu jam 9 malam sampai 3 pagi ini, juga selalu laris diborong mata para penikmat bola. Tak keberatan mereka mengurangi jatah tidur di malam hari.
Apa sih yang orang nikmati dari sepakbola dengan rela mengurangi jam tidurnya ini?
****
Sepakbola adalah olahraga favorit saya. Bermain sebelas lawan sebelas. Sepuluh orang dipimpin seorang kapten kesebelasan. Dan setiap tim diberikan strategi dan teknik bermain oleh seorang kepala pelatih. Satu orang pengadil dan dua orang asisten menjadi "juru hakim" yang bertugas mengesahkan setiap gol, atau menghukum pemain dan mengusirnya keluar lapangan bila terbukti melanggar peraturan.
Bagi saya, olahraga ini adalah miniatur kehidupan masyarakat. Ada individu yang bersosial dan memiilki posisi masing-masing; penyerang, bertahan, pengadil, ada tujuan, ada strategi, dan ada peraturan.
Keterampilan individu sangat dihargai di sini. Lihat saja bagaimana Zinedine Zidane dulu dihargai oleh Real Madrid sebagai pemain termahal saat itu. Tapi selain kemampuan individu, kerja sama tim juga diperlukan. Kerja sama ini haruslah dibalut dalam taktik dan strategi. Ini sesuai dengan semangat Islam.
Kata Ali r.a., "Kebaikan yang tak tertata akan kalah oleh keburukan yang tertata."
Selain itu, semua orang yang terlibat di pertandingan sepakbola juga harus mau memimpin dan dipimpin. Sepuluh orang patuh pada seorang kapten. Sebelas pemain patuh pada komando pelatih. Dan kedua kesebelasan mematuhi wasit dan peraturan pertandingan yang berlaku. Ini juga sesuai dengan petuah salah seorang Salafush Shalih.
Umar r.a. menegaskan, "Tiada Islam tanpa Jamaah, tiada Jamaah tanpa kepemimpinan, tiada kepemimpinan tanpa ketaatan."
***
Pada Piala Dunia kali ini, dan pada pertandingan sepakbola Eropa pada umumnya, pertandingan yang mempertemukan tim kuat selalu dimainkan malam hari waktu setempat atau dini hari waktu Indonesia. Dan baru akan selesai setelah 90 menit kali 2, atau sekitar 2 jam jika ditambah 10-15 menit jeda istirahat.
Pada saat inilah para pecinta bola rela begadang atau bangun pagi sekali. Selepas menonton, entah apa yang mereka kerjakan. Mungkin ada yangtidur lagi, atau menanti waktu shubuh.
Padahal, jika jeli memanfaatkan waktu, sesaat setelah kita bangun dan sebelum menyalakan televisi, waktu yang ada bisa digunakan untuk mengambil air wudhu dan sholat iftitah sekedar membangunkan nyawa.
Sewaktu jeda sesudah babak pertama, bisa kita isi lagi dengan sholat beberapa rokaat. Dan setelah pertandingan usai, bisa jadi ada beberapa waktu yang tersisa.
Untuk Indonesia Bagian Barat, pertandingan dini hari akan dimulai pada pukul 01.30 dan selesai pada 03.30. Sisa waktu yang tersisa sebelum shubuh berkisar antara 30 menit sampai 1,5 jam. Itu sudah lebih dari cukup untuk melaksanakan beberapa rokaat sholat dan kalau belum cukup, bisa dilanjutkan tilawah hingga shubuh.
Dengan ini, bukan hanya keindahan tontonan sepakbola, tapi juga keutamaan tuntunan ajaran agama kita dapatkan.
Bukankah untuk urusan akhirat lebih pantas kita berlomba-lomba?
Sumber : eramuslim.com
Oleh Mohamad Fadhli