Halo pembaca setia Andre Tauladan, apa kabar? semoga baik-baik saja. Melalui post ini, saya ingin berbagi sedikit informasi tentang cedera olahraga.
Olahraga kini makin digemari dan telah
menjadi gaya hidup bagi sebagian orang, namun kebanyakan dari mereka tidak
sadar bahwa aktivitas tersebut bisa menyebabkan cedera. Futsal adalah
salah satu jenis olahraga yang dilaporkan paling banyak mengalami cedera pada
lutut maupun panggul karena penderitanya tidak tahu bagaimana cara mencegahnya.
Ahli bedah tulang dan panggul, dr Andre Pontoh, mengatakan, cedera karena olah raga biasanya terjadi karena penderitanya tidak melakukan pemanasan atau melatih otot dengan baik sebelum berolahraga. Karena setiap kaki memiliki bentuk yang berbeda, maka sebaiknya sebelum berolahraga konsultasikan dulu gerakan yang tepat kepada ahlinya. Cedera karena olah raga tidak sampai membuat lumpuh, tetapi sangat menganggu aktivitas sehari-hari, sehingga membuat produktivitas penderitanya menurun .
Parahnya sebagian besar dari penderita datang berobat ke spesialis sudah pada stadium lanjut, karena rasa sakit yang diabaikan atau ketidaktahuan mereka menggunakan obat urut sendiri maupun dukun. “Kebanyakan dari penderita ketika datang ke spesialis sudah terjadi komplikasi, seperti putus urat atau ligamen, kerusakan bantalan sendi atau meniskus dan gangguan tulang rawan. Ini masalah berat yang seharusnya mendapatkan penanganan khusus dari ahlinya, misalnya bisa dengan cara penggantian sendi,” kata dr Andre pada acara pertemuan tahunan ke-2 The Indonesian Hip and Knee Society (IHKS) atau Asosiasi Ahli Bedah Lutut dan Panggul Indonesia di Jakarta, belum lama ini.
Ia mengatakan, komplikasi bisa terjadi karena kekurangtahuan penderita tentang pertolongan pertama pada awal cedera. Ada yang mengabaikan rasa sakit selama berhari-hari, dan bahkan ada yang kembali berolahraga ketika sakitnya berkurang, padahal hilangnya rasa sakit bukan berarti tidak cedera.
Adapula yang hanya menggunakan obat urut atau konsumsi obat penghilang rasa sakit, kemudian merasa sudah membaik. Menggunakan obat urut, mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit dan memilih terapi alternatif tidak dilarang, tetapi ada baiknya disertai dengan diagnosa yang benar.
Apabila sudah cedera, asal terapi tanpa mengetahui jenis gangguannya sangat tidak dianjurkan dr Andre. Menurutnya, sebaiknya perlu didiagnosa terlebih dahulu untuk mengetahui jenis gangguan guna menetapkan jenis terapi yang tepat.
“Jangan sampai tidak mengetahui jenis gangguannya tetapi langsung melakukan terapi. Jangan jadi dokter sendiri, karena terapi hanya benar kalau diagnosis juga benar. Sedangkan konsumsi obat obatan penghilang rasa nyeri juga boleh saja, tetapi kalau tambah jelek kondisinya segera bawa ke dokter ortopedik yang memang khusus menangani masalah itu,” kata dokter yang berpraktek di RSPU Fatmawati dan RS Pondok Indah ini menambahkan.
Upaya sederhana yang bisa dilakukan ketika mengalami cedera sendi saat olahraga, di antaranya adalah dengan mengompres bagian yang sakit atau cedera, dibebat agar tidak bengkak, istirahat yang cukup. Jangan kembali berolahraga dalam waktu dekat setelah merasa enak, karena itu akan menyebabkan kondisi makin parah tanpa disadari.
Saat tidur usahakan kaki berada pada posisi lebih tinggi dari badan, untuk mencegah bengkak dan rasa sakit yang semakin bertambah ketika bangun tidur. Untuk mencegah komplikasi, sebaiknya merujuk ke dokter ahli apabila dalam beberapa hari kondisi tidak membaik. Penderita diabetes sangat rentan terhadap masalah sendi, karena itu dianjurkan menghindari olah raga yang high impact seperti futsal. Olah raga yang low impact, seperti bersepeda dan renang sangat dianjurkan bagi penderita diabetes.
Sementara itu, Ketua IHKS, dr Nicolaas Budhiparama, mengatakan, IHKS merupakan tempat berkumpulnya para ahli lutut dan panggul, dengan misi antara lain , memberikan pendidikan, riset dan praktek bagin para ahli bedah ortopedik dengan kekhususan di bidang panggul maupun lutut.
Disamping itu, memperbaiki para ahli ortopedik Indonesia untuk menjadi satu asosiasi yan berkontribusi pada skala nasional maupun internasional. Salah satunya dengan menggelar pertemuan tahunan ini, yang dihadiri oleh 430 peserta terdiri dari spesialis ortopedik dan residen, serta para pembicara dari dalam maupun luar negeri.
Menurutnya, soal panggul dan lutut Indonesia paling tertinggal dari negara lain. Banyak pasien Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia, padahal dari segi sumber daya manusia dan kecanggihan teknologi kesehatan dalam negeri tidak kalah dengan negara lain. Ini dikarenakan masyarakat Indonesia sendiri tidak mengenal produk dalam negeri karena kebijakan pemerintah sejauh ini belum berpihak masalah ini, di antaranya melarang promosi di bidang kesehatan, sementara barang luar negeri dibiarkan promosi besar-besaran melalui media massa di Tanah Air.
Ahli bedah tulang dan panggul, dr Andre Pontoh, mengatakan, cedera karena olah raga biasanya terjadi karena penderitanya tidak melakukan pemanasan atau melatih otot dengan baik sebelum berolahraga. Karena setiap kaki memiliki bentuk yang berbeda, maka sebaiknya sebelum berolahraga konsultasikan dulu gerakan yang tepat kepada ahlinya. Cedera karena olah raga tidak sampai membuat lumpuh, tetapi sangat menganggu aktivitas sehari-hari, sehingga membuat produktivitas penderitanya menurun .
Parahnya sebagian besar dari penderita datang berobat ke spesialis sudah pada stadium lanjut, karena rasa sakit yang diabaikan atau ketidaktahuan mereka menggunakan obat urut sendiri maupun dukun. “Kebanyakan dari penderita ketika datang ke spesialis sudah terjadi komplikasi, seperti putus urat atau ligamen, kerusakan bantalan sendi atau meniskus dan gangguan tulang rawan. Ini masalah berat yang seharusnya mendapatkan penanganan khusus dari ahlinya, misalnya bisa dengan cara penggantian sendi,” kata dr Andre pada acara pertemuan tahunan ke-2 The Indonesian Hip and Knee Society (IHKS) atau Asosiasi Ahli Bedah Lutut dan Panggul Indonesia di Jakarta, belum lama ini.
Ia mengatakan, komplikasi bisa terjadi karena kekurangtahuan penderita tentang pertolongan pertama pada awal cedera. Ada yang mengabaikan rasa sakit selama berhari-hari, dan bahkan ada yang kembali berolahraga ketika sakitnya berkurang, padahal hilangnya rasa sakit bukan berarti tidak cedera.
Adapula yang hanya menggunakan obat urut atau konsumsi obat penghilang rasa sakit, kemudian merasa sudah membaik. Menggunakan obat urut, mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit dan memilih terapi alternatif tidak dilarang, tetapi ada baiknya disertai dengan diagnosa yang benar.
Apabila sudah cedera, asal terapi tanpa mengetahui jenis gangguannya sangat tidak dianjurkan dr Andre. Menurutnya, sebaiknya perlu didiagnosa terlebih dahulu untuk mengetahui jenis gangguan guna menetapkan jenis terapi yang tepat.
“Jangan sampai tidak mengetahui jenis gangguannya tetapi langsung melakukan terapi. Jangan jadi dokter sendiri, karena terapi hanya benar kalau diagnosis juga benar. Sedangkan konsumsi obat obatan penghilang rasa nyeri juga boleh saja, tetapi kalau tambah jelek kondisinya segera bawa ke dokter ortopedik yang memang khusus menangani masalah itu,” kata dokter yang berpraktek di RSPU Fatmawati dan RS Pondok Indah ini menambahkan.
Upaya sederhana yang bisa dilakukan ketika mengalami cedera sendi saat olahraga, di antaranya adalah dengan mengompres bagian yang sakit atau cedera, dibebat agar tidak bengkak, istirahat yang cukup. Jangan kembali berolahraga dalam waktu dekat setelah merasa enak, karena itu akan menyebabkan kondisi makin parah tanpa disadari.
Saat tidur usahakan kaki berada pada posisi lebih tinggi dari badan, untuk mencegah bengkak dan rasa sakit yang semakin bertambah ketika bangun tidur. Untuk mencegah komplikasi, sebaiknya merujuk ke dokter ahli apabila dalam beberapa hari kondisi tidak membaik. Penderita diabetes sangat rentan terhadap masalah sendi, karena itu dianjurkan menghindari olah raga yang high impact seperti futsal. Olah raga yang low impact, seperti bersepeda dan renang sangat dianjurkan bagi penderita diabetes.
Sementara itu, Ketua IHKS, dr Nicolaas Budhiparama, mengatakan, IHKS merupakan tempat berkumpulnya para ahli lutut dan panggul, dengan misi antara lain , memberikan pendidikan, riset dan praktek bagin para ahli bedah ortopedik dengan kekhususan di bidang panggul maupun lutut.
Disamping itu, memperbaiki para ahli ortopedik Indonesia untuk menjadi satu asosiasi yan berkontribusi pada skala nasional maupun internasional. Salah satunya dengan menggelar pertemuan tahunan ini, yang dihadiri oleh 430 peserta terdiri dari spesialis ortopedik dan residen, serta para pembicara dari dalam maupun luar negeri.
Menurutnya, soal panggul dan lutut Indonesia paling tertinggal dari negara lain. Banyak pasien Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia, padahal dari segi sumber daya manusia dan kecanggihan teknologi kesehatan dalam negeri tidak kalah dengan negara lain. Ini dikarenakan masyarakat Indonesia sendiri tidak mengenal produk dalam negeri karena kebijakan pemerintah sejauh ini belum berpihak masalah ini, di antaranya melarang promosi di bidang kesehatan, sementara barang luar negeri dibiarkan promosi besar-besaran melalui media massa di Tanah Air.
Andre Tauladan | Suara Pembaruan
Post a Comment