Manfaat rasa takut yang wajar, ialah terciptanya sikap berhati-hati, wara' takwa, mujahadah, ibadah, berpikir, dzikir dan amalan-amalan mulia lainnya yang mengantar seseorang mencapai maqam di sisi Allah.
Takut dapat diartikan pula sebagai sikap menghindari sesuatu yang menyebabkan ia menderita. Seseorang takut kepada api, maka ia menghindari api karena khawatir terbakar. Seseorang takut berbuat maksiat, karena kemaksiatan itu tidak disukai. ia sadar kemaksiatan akan menyebabkan dirinya binasa. Begitu pula orang yang sedang sakit, ia tidak menyukai buah-buahan yang membahayakan, karena akan mengakibatkan kematian.
Jika rasa takut itu tidak ada pengaruhnya terhadap amal, maka wujud takut itu sepertinya tidak ada. Seperti ada cambuk, namun tidak dapat menambah gerakan kuda yang ditunggangi. Namun jika rasa takut itu berpengaruh, maka seseorang akan semakin sempurna dalam menjalankan amal taat.
Al Qur'an menyinggung tentang rasa takut ini. Misalnya dalam surat As Sajdah ayat 16, Allah berfirman :
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada
Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa
apa rezeki yang Kami berikan. [QS As Sajdah 16]
Juga diterangkan dalam sebuah hadits
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمَسْعُودِيِّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عِيسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ حَتَّى يَعُودَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ وَلَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ هُوَ مَوْلَى أَبِي طَلْحَةَ مَدَنِيٌّ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ حَتَّى يَعُودَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ وَلَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ هُوَ مَوْلَى أَبِي طَلْحَةَ مَدَنِيٌّ
(TIRMIDZI - 1557) : Telah menceritakan kepada kami Hannad berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak dari 'Abdurrahman bin Abdullah Al Mas'udi dari Muhammad bin 'Abdurrahman dari Isa bin Thalhah dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan masuk ke dalam neraka seorang laki-laki yang menangis karena takut kepada Allah hingga susu kembali ke dalam kantungnya. Dan tidak akan berkumpul menjadi satu debu di jalan Allah dengan asap api neraka." Abu Isa berkata, "Hadits ini derajatnya hasan shahih, dan Muhammad bin 'Abdurrahman adalah mantan budak (yang telah dimerdekakan oleh) Abu Thalhah, yang berasal dari madinah."
Takut yang demikian itu mengandung pengertian takut kepada Allah. Adapun takut kepada Allah ialah takut terhadap siksaan-Nya. Abu Hafsh berpendapat, "Takut ibarat lampu hati yang dapat menunjukkan kebaikan dan keburukan. " Pendapat Abdul Qasil Al hakim, "Orang yang takut terhadap sesuatu, tentu ia akan lari menghindarinya, namun jika seseorang takut kepada Allah, justru lari mendekatinya."
Rasa takut terhadap Allah dan siksaNya, ditandai dengan munculnya dorongan mencegah nafsu syahwat dan membuang setiap kesenangan, melupakan perbuatan-perbuatan maksian yang semula disenanginya. Membenci semua itu karena dipengaruhi oleh suasana hati; hati yang takut kepada Allah.
Post a Comment