Kata Syekh Imam Ghazali, "takut itu adalah cambuk Allah. Dengan cambuk ini, digiringlah hamba-hambaNya untuk selalu tetap tekun pada ilmu dan amal. Dengan ilmu dan amal, supaya mereka mendapat maqam (derajat) di sisi Allah."
Kadar takut yang dimiliki oleh manusia itu bertingkat-tingkat. Tingkat yang paling rendah adalah rasa takut yang sedikit (singkat). Kemudian rasa takut yang sedang-sedang saja dan rasa takut berlebih-lebihan.
Kadar rasa takut yang singkat (sedikit) misalnya rasa takut pada seorang wanita karena hatinya mudah tersentuh. Di mana takut itu tergores di hati ketika ia mendengarkan alunan ayat-ayat Al Qur'an, sehingga ia menangis dan meneteskan air mata. Kadar demikian itu sama pula dengan perasaan sedih. Jika rasa sedih atau takut (terharu) telah lenyap, maka ia akan melupakannya sama sekali. Artinya, tidak membekas dan terkesan di dalam hatinya. Rasa takut yang demikian ini sedikit manfaatnya. Seperti halnya dahan kecil untuk mencambuk kuda yang kuat. Dahan itu tidak mampu menyakitkannya sama sekali dan tidak berhasil menggiringnya ke suatu tujuan.
Itulah kadar takut yang ada pada kebanyakan orang. Kecuali orang-orang arif atau para ulama. Mereka memiliki rasa takut yang membekas dan dapat dijadikan cambuk untuk istiqamah dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Takut yang berlebih-lebihan adalah kadar takut yang melampaui batas kewajaran. Orang yang mempunyai takut berlebih-lebihan cenderung putus asa dan hilang harapan. Takut seperti ini justru mencegah seseorang untuk berbuat sesuatu.
Oleh sebab itu kadar takut yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat, ialah takut yang wajar-wajar saja. Takut yang bagaikan cambuk untuk mengantarkan seseorang sehingga mau melakukan sesuatu. Takut yang demikian ini menimbulkan sebuah harapan.
Kadar takut yang dimiliki oleh manusia itu bertingkat-tingkat. Tingkat yang paling rendah adalah rasa takut yang sedikit (singkat). Kemudian rasa takut yang sedang-sedang saja dan rasa takut berlebih-lebihan.
Kadar rasa takut yang singkat (sedikit) misalnya rasa takut pada seorang wanita karena hatinya mudah tersentuh. Di mana takut itu tergores di hati ketika ia mendengarkan alunan ayat-ayat Al Qur'an, sehingga ia menangis dan meneteskan air mata. Kadar demikian itu sama pula dengan perasaan sedih. Jika rasa sedih atau takut (terharu) telah lenyap, maka ia akan melupakannya sama sekali. Artinya, tidak membekas dan terkesan di dalam hatinya. Rasa takut yang demikian ini sedikit manfaatnya. Seperti halnya dahan kecil untuk mencambuk kuda yang kuat. Dahan itu tidak mampu menyakitkannya sama sekali dan tidak berhasil menggiringnya ke suatu tujuan.
Itulah kadar takut yang ada pada kebanyakan orang. Kecuali orang-orang arif atau para ulama. Mereka memiliki rasa takut yang membekas dan dapat dijadikan cambuk untuk istiqamah dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Takut yang berlebih-lebihan adalah kadar takut yang melampaui batas kewajaran. Orang yang mempunyai takut berlebih-lebihan cenderung putus asa dan hilang harapan. Takut seperti ini justru mencegah seseorang untuk berbuat sesuatu.
Oleh sebab itu kadar takut yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat, ialah takut yang wajar-wajar saja. Takut yang bagaikan cambuk untuk mengantarkan seseorang sehingga mau melakukan sesuatu. Takut yang demikian ini menimbulkan sebuah harapan.
Post a Comment