gambar : ceppi-note.blogspot.com |
Serr.... Ide ini tiba-tiba muncul pas tadi lagi bersih-bersih halaman rumah. Di situ ada beberapa tanaman dalam pot dan tak jau di depan rumah ada kebun kecil dengan berbagai tanaman pangan dan tanaman buah. Melihat ada nyamuk yang terbang-terbang di situ, walau nyamuk itu tidak bahaya tetapi membuat saya berfikir, "jangan-jangan ada nyamuk yang berbahaya juga". Melihat kondisi pekarangan yang kotor membuat saya maklum tentang keberadaan nyamuk-nyamuk itu. Sadar kesehatan, sadar lingkungan, kebersihan sebagian dari iman, jadi iman sama badannya sehat. :D
Dari keberadaan nyamuk di situ, saya mencoba menganalogikan dengan kehidupan beragama. Intinya nyamuk dan lingkungan kotor itu dikait-kaitin ama iman. Disambung-sambungin aja ya, walau ga nyambung, namanya juga kan mengambil ibrah dari fenomena alam. Itung-itung menggunakan nikmat akal yang telah Allah berikan kepada saya sebagai manusia.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.Nyamuk kebon (kebun), menurut bahasa Indonesia yang benar ejaan aslinya adalah "kebun", tetapi dengan mengambil istilah umum yang mungkin berasal dari bahasa betawi jadi saya pakai saja kata "nyamuk kebon". Tanpa mencari definisi resmi dari kata "nyamuk" dan "kebun", saya akan langsung menuju pembahasan. Nyamuk, bagi sebagian besar adalah serangga yang mengganggu, seringkali mereka menghisap darah dan menyisakan bekas pada 'korban'nya. Bekas itu bisa berupa gatal dan bentol, gatal tanpa bentol, atau tanpa gatal tanpa bentol tapi membuat penyakit. Sedangkan kebun, kita ketahui bersama bahwa kebun bisa menjadi sumber penghasilan pagi para petani, intinya kebun ini membawa manfaat, dan nyamuk ini membawa penderitaan.
(‘Aali ‘Imraan: 190-191)
Jika dianalogikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dihubungkan dengan keimanan seseorang maka kebun ini ibarat tempat orang itu berkumpul, beraktivitas dan mencari manfaat yang bisa menghasilkan keteguhan iman. Misalnya suatu perkumpulan baik berupa LDK (lembaga dakwah kampus) ataupun sejenisnya. Di tempat seperti ini sering kali dijadikan tempat bagi para 'penyusup' untuk bersarang. Kita anggap bahwa nyamuk adalah penyusup. Mereka tidak diketahui datangnya, seolah mereka itu tidak ada. Tiba-tiba saja terasa gatal dan saat kita ingin menepuk (untuk membunuhnya) mereka berhasil menyelamatkan diri.
Dalam sebuah organisasi yang berorientasi pada kebaikan, seringkali ada penyusup yang tidak disadari kehadirannya. Mungkin saja mereka datang dengan perilaku yang baik, tetapi perilaku itu hanya bedak untuk menutupi wajah aslinya yang penuh borok. Mula-mula ia hanya datang dan diam seolah selalu setuju atas gerakan dakwah. Kemudian pelan-pelan ia akan mulai menusukkan alat penghisapnya ke tubuh organisasi ini. Pelan-pelan ia sebarkan atmosfer baru di kehidupan organisasi itu. Ia mulai berani mengemukakan pendapat yang seolah mengajak ke arah yang lebih baik. Awalnya anggota organisasi ini merasa tidak nyaman. Namun dengan lihainya dia terus memengaruhi mereka dengan berbagai ide hingga akhirnya ide-ide dia disetujui oleh yang lainnya. Satu per satu anggota mulai terbawa pemahamannnya hingga organisasi ini tidak kuat dan terjadi perbedaan pemahaman antar anggota. Ibarat zat racun dari nyamuk yang dimasukkan ke dalam tubuh namun ditolak oleh sel darah putih hingga menyebabkan rasa gatal.
Rasa gatal itu membuat korban menyadari ada nyamuk yang hinggap di badannya. Ia berusaha menepuk nyamuk itu. Pemimpin organisasi mulai menyadari adanya penyusup yang membuat propaganda di organisasinya, ia coba membasmi penyusup itu. Kadang nyamuk terlalu gesit hingga ia berhasil pergi namun rasa gatal atau bentolnya masih tersisa di tubuh korban. Mungkin penyusup di organisasi itu berhasil pergi atau dibasmi, tetapi sisa pemikiran dan ideologinya masih membekas di organisasi itu.
Entah apa selanjutnya yang ingin saya tulis. Dari beberapa penjabaran di atas mungkin para pembaca bisa tahu ke mana arah pembicaraan (seandainya dibicarakan) tulisan ini. Begitu melihat nyamuk di kebun tadi yang terlintas dalam pikiran saya adalah orang munafik, dan lingkungan yang kotor. Mungkin kita berada dalam satu komunitas yang membawa kebaikan, membawa manfaat bagi kita, tetapi kita tentu tahu bahwa tidak semua orang di sekitar kita punya niat baik. Selain itu keberadaan nyamuk kebon juga membuat saya membayangkan tentang budaya sekuler yang menyusup kedalam tubuh umat islam.
Wallahu a'lam bishshawabi.
Andre Tauladan
pinter cah iki.........
BalasHapusoalah,, masih gemblung koyo ngene kok disebut pinter,,, wong kui mung kebeneran tok aku ndelok ono nyamuk ning omah kok mas.
Hapus