Rabu, 24 April 2013

Jok Belakang

Perjalanan Garut - Bandung sore itu menyampaikan pesan khusus buatku. Sebagai orang yang tak punya kendaraan sendiri membuat saya bisa berbagi rezeki dengan supir bus dan kondekturnya serta pedagang asongan yang turut mencari rezeki di dalam bus. Menjadi sebuah kebiasaanku, tidur sejak sepuluh menit setelah kondektur meminta ongkos. Kebiasaan ini pun tak terhindar saat perjalanan kemarin.

Bisa tertidur di bus adalah salah satu nikmat Allah bagiku, karena jika tidak tertidur aku sering terganggu dengan suasana di dalam bus, mulai dari udara panas hingga asap rokok penumpang lain yang membuatku sesak nafas.

Di tengah nikmatnya tidur kemarin aku terbangun oleh suara ribut penumpang. Ketika mata terbuka terlihat dari jendela ada seorang pengendara motor yang jatuh di tengah jalan dengan orang yang diboncengnya. Tanjakan Nagreg. Di jalan yang menghubungkan Bandung - Garut itulah peristiwa itu terjadi. Memang kedua orang yang terjatuh itu tidak mengalami luka yang terlalu parah meski terlihat pakaiannya robek pada bagian lutut. Sampai saat melihat peristiwa itu aku belum menyadari pengaruh posisi dudukku terhadap kejadian apa yang aku lihat.

Bus terus melaju, hingga beberapa kilometer kemudian bus mulai memperlambat lajunya. Dari tempatku duduk terlihat selintas bahwa di depan ada bagian jalan yang diberi garis kuning. Aku tak tahu itu apa. Dari situlah aku merasakan bahwa aku berada di tempat yang TIDAK menguntungkan untuk melihat ada apa di depan sana. Saat itu aku duduk di JOK BELAKANG.

ilustrasi
 Dari moment itu rupanya ada pesan yang aku ambil. Jika kita ada di belakang, maka selalu saja kita akan ketinggalan informasi, berita, tentang suatu peristiwa atau semacamnya. Keadaan itu aku sambungkan dengan kondisi umat islam khususnya para remaja sekarang. Aku mungkin tidak terlalu lihai menjelaskan sesuatu, tapi aku harap tulisan ini bisa bermanfaat untuk pembaca. Aku coba bahas tentang jok belakang.

Di jok belakang, penumpang sama-sama akan ditagih bayaran yang sama dengan penumpang yang di depan, tentunya untuk jarak yang sama. Selain itu penumpang di belakang akan sampai dalam waktu yang sama. Disini aku menyimpulkan bahwa setiap orang akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya di dunia. Jika ada umat islam yang terlahir bersamaan dengan non muslim, tetapi non muslim lebih maju daripada muslim, maka keduanya akan diminta pertanggungjawaban atas waktunya selama hidup. Jadi janganlah ada dibelakang, coba untuk duduk di depan. Umat islam harus menjadi yang terdepan dalam ilmu pengetahuan, ekonomi, dan bidang kehidupan lainnya.

Selanjutnya kita coba mengingat masa sekolah. Murid yang duduk di belakang cenderung sering mengantuk dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Mereka juga tidak terlalu memahami pelajaran karena tulisan di papan tulis tidak jelas terbaca. Disini saya melihat adanya sekelompok umat islam yang bisa dilenakan dengan angin sepoi-sepoi dari budaya sekuler yang membuat sebagian umat islam selalu berada di bawah pengaruh kemalasan dan tidak memperhatikan perkembangan zaman. Mereka juga selalu kurang jeli melihat berbagai peluang yang sebenarnya bisa membawa manfaat bagi mereka. Mereka selalu tertinggal dalam pelajaran. Seperti muslim yang tertinggal dalam teknologi, kita hanya menerima teknologi ketika teknologi itu sudah menjadi barang lama di tempat non muslim.

Orang yang duduk dibelakang biasanya berbuat sesuka hati, karena merasa jauh dari pengawasan. Kembali ke kondisi orang yang ada di belakang sebagai orang yang kurang menangkap pelajaran dari guru, orang yang ketinggalan informasi, atau orang yang tidak bisa melihat tulisan di papan tulis. Dihubungkan dengan kondisi orang yang kurang belajar agama, kurang ilmu agamanya, kita dapat melihat bahwa orang-orang seperti mereka akan berbuat sesuka hati, menghalalkan berbagai cara, bukan untuk mendapatkan apa yang dia mau, tetapi karena dia asyik berada dalam aksinya itu. Mereka merasa aman dari pengawasan, mereka lupa bahwa ada Dzat yang selalu mengawasi mereka setiap waktu.

Lagi, saya mengalami kebuntuan dalam menulis. Setidaknya pembaca tahu apa yang saya maksud dengan orang yang duduk di jok belakang. Dan saya harap umat muslim yang membaca ini mau bergerak untuk maju ketika ada tempat duduk kosong didepannya. Ia bisa jeli melihat peluang yang akan membawa manfaat, dan berani mengambil peluang itu. Jangan terus-terusan ada di belakang, dininabobokan oleh angin sejuk yang membuatnya tertidur dan tak sadar apa saja yang telah dilewatinya.
Andre Tauladan

Jok Belakang

Share:

Post a Comment

Facebook
Blogger

2 komentar:

  1. Bismillah.
    betul kang, kita harus selalu berada di barisan depan dalam membela agama kita agar masyarakat tidak terus menerus dibodohi orang-orang yang memusuhi Islam.
    Allahu Akbar!

    BalasHapus
    Balasan
    1. di belakang cuma ngantuk, kalo ujian nyontek, tulisan di papan ga kebaca jadi dikibulin ama yang ga mau ngasih contekan, ga dapet contekan akhirnya jawab ngasal.

      Hapus

Saran dan kritiknya sangat diharapkan

About Me

Andre Tauladan adalah blog untuk berbagi informasi umum. Terkadang di sini membahas topik agama, politik, sosial, pendidikan, atau teknologi. Selain Andre Tauladan, ada juga blog khusus untuk berbagi seputar kehidupan saya di Jurnalnya Andre, dan blog khusus untuk copas yaitu di Kumpulan Tulisan.

Streaming Radio Ahlussunnah

Today's Story

Dari setiap kejadian di akhir zaman, akan semakin nampak mana orang-orang yang lurus dan mana yang menyimpang. Akan terlihat pula mana orang mu'min dan mana yang munafiq. Mana yang memiliki permusuhan dengan orang kafir dan mana yang berkasihsayang dengan mereka.
© Andre Tauladan All rights reserved | Theme Designed by Seo Blogger Templates