Ba'da shalat subuh tadi bukan kebetulan saya menyaksikan tayangan wisata hati. Memang saya sudah lama ingin menyaksikan tayangan yang dibawakan oleh Ustadz Yusuf Mansur (YM) ini. Jarang sekali saya bisa menonton tv di pagi hari, keterbatasan anak kos yang nggak punya TV membuat saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ketika sedang ada di rumah. Biidznillah
Dengan tema Sedekah #4, acara WH tadi pagi diawali dengan pembahasan tentang luasnya kekuasaan Allah, pembahasan diambil dari ayat 255 surat Al Baqarah, ayar Kursi. Namun di tengah penyampaian materi, Pak Ustadz 'melenceng' (begitu dia mengatakan) sedikit dari materi. Dia mengomentari salah satu sinetron yang dulu pernah dibintanginya, tetapi dulu dalam bentuk film layar lebar, bukan sinetron. Sinetron itu berjudul "Tukang Bubur Naik Haji", sinetron ini adalah versi serial dari film dengan judul yang sama. Film itu sendiri berkisah tentang sebuah testimoni dari seorang tukang bubur yang mendapatkan rezeki yang tak terduga, yaitu bisa menunaikan ibadah haji. Akan tetapi dalam sinetron ternyata bukan itu yang dijadikan point pentingnya. Justru dalam sinetron yang lebih banyak berperan adalah sosok Haji Muhidin yang memiliki sejumlah kepribadian buruk. Hingga masyarakat pun menyebut sinetron ini dengan sebutan sinetron "Haji Muhidin".
Adanya sosok yang mencerminkan buruknya sosok seorang haji dalam sinetron ini membuat banyak umat islam gerah dan meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menegur pihak TV yang bersangkutan. Selain sinetron Haji Muhidin ada juga sejumlah sinetron lain yang menjadi sorotan umat islam (yang peduli) untuk 'ditertibkan'. Di Islamedia misalnya, melalui artikel yang dipublish tanggal 11 April 2013 Islamedia menyampaikan rasa keberatan para pembaca terhadap sinetron sejenis.
Lantas bagaimana komentar Ust. YM sendiri atas munculnya sinetron semacam ini? Di akhir tulisan ini saya tampilkan videonya, dan di tulisan ini akan saya tuliskan beberapa point penting dari ucapan Ust. YM.
1. Di menit 03:34 Ust. YM mengatakan "Seharusnya umat islam marah". Alasannya adalah "sosok haji, dimaen-maenin, sosok ustadz, ustadzah juga dimaen-maenin". "Itu tuh sebenernya ngeledek atau nyari duit sih?" Dari raut wajahnya terlihat kekecewaan ustadz terhadap sinetron semacam ini. Bahkan ustadz mengungkapkan penyesalannya karena dia pernah memberi judul film bersangkutan.
2. Di menit 04:24 ustadz mengatakan bahwa "Bisa juga itu adalah cerminan dari masyarakat itu sendiri". Ustadz selanjutnya mengajak para ustadz - ustadzah untuk beristighfar seandainya perilaku mereka sesuai dengan sosok yang ada di sinetron sejenis itu. Termasuk dari kalangan haji, mungkin ada yang perilakunya sesuai dengan sosok yang ada di sinetron itu.
3. Menit ke 04:39 ustadz mencoba meluruskan, jika ada perilaku ustadz, ustadzah, atau haji yang mirip atau sama dengan yang diperankan di sinetron itu, maka bukan berarti semua ustadz, ustadzah atau haji memiliki sifat yang sama. Tidak bisa digeneralisir. Tayangan seperti itu banyak ditonton oleh anak-anak, remaja, yang akhirnya dikhawatirkan akan membuat sebuah mindset di kalangan penonton bahwa umat islam itu seperti tokoh di film itu.
4. Setelah jeda iklan, pada 05:00 melanjutkan pembahasan tentang sinetron yang bernuansa negatif, bahkan ustadz juga sempat menyinggung tayangan musik di pagi hari. Ustadz menyampaikan cara untuk menghindari tayangan seperti itu. "Sebenarnya remotnya di saudara, jika saudara tidak menonton acara itu maka acara itu tidak akan laku dan akan membuat pihak stasiun TV akan 'menurunkan' acara tersebut. Malah karena pemirsa suka menonton acara sejenis itu bisa jadi acara seperti itu akan semakin sering ditayangkan.
5. Pada menit 05:37 Ustadz YM menyampaikan dampak buruk dari acara seperti itu terhadap kondisi penontonnya yang notabene banyak dari kalangan anak-anak dan remaja. Banyak anak-anak yang menonton sinetron pada jam yang seharusnya dimanfaatkan untuk belajar. Acara seperti itu juga menyebarkan dosa. Sejak pagi pemirsa sudah disuguhi dengan tayangan yang menampilkan wanita yang bergoyang dengan seksi dan pamer aurat.
6. Pada menit 06:25 Ust. YM mengajak semua pihak baik dari pemirsa maupun stasiun TV untuk beristighfar, ustadz mengajak pemirsa untuk mendoakan semoga skenario dari acara sinetron seperti itu bisa diluruskan. Ustadz pun menyampaikan kepada pengelola TV untuk menyadari bahwa di tangan mereka kemajuan bangsa ini bisa ditentukan.
Kesimpulan :
- Banyak sinetron di TV yang bernuansa negatif tentang umat islam dan yang dapat merusak iman.
- Umat islam seharusnya (sewajarnya) marah atas tayangan seperti itu
- Umat islam juga harus bercermin apakah memang sekarang kondisinya seperti itu, jika iya beristighfarlah
- Kendali ada di pemirsa, jika pemirsa ingin tayangan seperti itu hilang, maka jangan nonton.
- Kita tidak bisa berbuat banyak untuk mengatur acara TV, tapi Allah maha kuasa, kepadaNyalah kita meminta pertolongan agar tayangan seperti itu segera hilang.
Saya udah dari lama malahan miris banget lihat tayangan sinetron semacam itu, dari mulai yang di SCTV itu yang tokohnya haji siapa itu kalau ngomong "Saya udah haji berkali-kali, ente miskin, dll" sekarang malah semakin marak, ada Ustad medit, ada ustad ktp (kalau gak salah judul) trus si haji muhidin itu.
BalasHapusKalau menurut analisa nih (ciee) sengaja kayaknya bos2 besar itu menayangkan tayangan seperti itu. Selain mendiskreditkan umat islam, juga sebagai upaya penjauhan ajaran islam yang sebenarnya. Tapi sayangnya nih, ibu2, anak2 sampai bapak2 (tak terkecuali bapak saya, huuuu) juga suka banget sama ini sinetron. Udah dibilangin tapi malah ngeyel, alasannya karena memang gak ada alternatif tontonan lain
ini kenyataan yang menyedihkan atau mengerikan ya???
Hapusteserah
BalasHapusrahtese
Hapus"Gue ini sudah haji dua kali!"
BalasHapusHaji Bukan Modal Untuk Menjadi Imam
"Gue ini sudah haji dua kali ..!" kata sinetron
"Gue ini sudah haji...!" kata orang (oknum) yang bangga dengan ibadah hajinya
namun dijawab dengan tidak mau kalah oleh Pak Fulan
"Pergi haji bisa jadi hanya karena dia punya banyak duit..."
bicara soal haji, karena hari ini masuk bulan dzulqaidah tanggal 4, berarti sekitar 25 hari lagi, kita masuk bulan haji (dzulhijjah).
Lalu untuk apa kita berniat pergi haji? Niatnya macam-macam, ada yang niatnya Sekedar:
-supaya merasa dihormati karena akan dipanggil Pak Haji?
-supaya lebih layak jadi imam? Dengan berkata "Gue ini sudah haji, sedangkan kamu belum haji"
Lha?!
Haji lebih layak jadi imam?
Daripada orang yang belum haji?
Darimana hadisnya?
tidak ada satupun hadis nabi tentang haji sebagai keutamaan menjadi imam shalat berjamaah.
makasih informasinya lucu nie hiihihih
BalasHapus