Tampilkan postingan dengan label katolik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label katolik. Tampilkan semua postingan

Kamis, 06 Maret 2014

Fenomena Kelompok Islam Katolik

Sebelumnya saya mohon maaf, ini bukan tulisan yang menjelek-jelekkan umat katolik. Tulisan ini berisi tentang kondisi sebagian umat islam yang perilakunya menyerupai umat katolik. Sebagai umat islam seharusnya kita tidak boleh meniru kebiasaan umat lain yang menyangkut peribadatan. Saya rasa umat katolik juga tidak boleh meniru cara ibadah umat islam. Iya kan?

Bagi saya pribadi, boleh saja umat islam meniru umat lain selama yang ditiru itu bukan dalam hal ibadah. Misalnya teknologi yang ada saat ini. Saya sendiri menggunakan komputer, menggunakan internet, mempunyai akun facebook, dan hal-hal lain yang menyerupai umat kristen. Tapi, hal-hal itu sebenarnya bukan hal keagamaan. Toh, penemu Windows, Bill Gates, membuat sistem operasi ini bukan sebagai bentuk ibadah kepada Tuhannya. Iya kan?

Nah, saat ini banyak sekali umat islam yang meniru perilaku umat lain yang sebenarnya perilaku itu adalah sesuatu yang menyangkut ibadah umat lain. Walaupun pada dasarnya umat islam yang meniru itu bukan bertujuan untuk ibadah. Saya ambil contoh yang sangat umum saja.

R.I.P (Rest in Peace)

Istilah ini sering sekali digunakan oleh umat kristen dalam kegiatan keagamaan ketika ada seseorang penganut agama itu meninggal. Selain digunakan oleh umat kristen istilah ini juga digunakan oleh penganut judaism (wikipedia). Karena hal ini menyangkut tata cara peribadatan, walaupun dalam agama tersebut tidak ada keterangan khusus yang memerintahkannya, tapi itulah yang dipakai oleh umat tersebut untuk dituliskan di batu nisan mereka. Sebenarnya kalimat ini hanya sebuah penghormatan saja, seperti halnya kalimat "selamat tinggal", atau "sampai jumpa".

Oleh karena itu mengucap R.I.P bagi umat islam sama saja dengan meniru tata cara ibadah umat lain. Padahal islam memiliki aturan sendiri yang biasa diucapkan ketika terjadi musibah, salah satunya adalah ketika seseorang meninggal dunia. Aturan islam ketika terjadi peristiwa itu adalah dengan mengucap "inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'uun".

Beberapa hari yang lalu, kita mendapat berita sedih dari dunia hiburan. Pelawak legendaris Jojon meninggal dunia. Saat itu banyak sekali teman-teman saya di facebook yang mengatakan R.I.P Jojon. Nah, hal ini lah yang saya maksud islam katolik. Teman saya itu muslim, tapi dia mengucapkan kalimat yang biasa dilakukan oleh umat katolik. Sangat tidak bisa diterima. Padahal yang meninggal juga seorang muslim. Bagaimana bisa seorang muslim mengucapkan kalimat umat kristen kepada seorang muslim lainnya. Ibaratnya seorang muslim mengucapkan salam "om swa siastu" kepada muslim lainnya. Tidak bisa diterima bukan?

Lalu bagaimana jika kepada non muslim? Jika yang meninggal non muslim bukan berarti kita juga bisa mengucapkan R.I.P kepada mereka. Walaupun begitu, kita tetap bisa menghormati keluarga yang kehilangan dengan mengucapkan "turut berduka cita", "turut merasa kehilangan", atau "turut bersedih". Dengan begitu kita bisa menjaga aqidah kita sekaligus menghormati orang lain yang sedang sedih walaupun mereka berbeda agama.

Berdasarkan berbagai sumber, umat islam haram mengucapkan R.I.P. Bagaimanapun juga kalimat itu adalah do'a yang diungkapkan oleh umat katolik khususnya kepada Tuhan mereka. Jadi ucapan itu termasuk ibadah. Dalam hal keyakinan, kita tidak bisa menganggap semua agama sama. Seorang muslim harus meyakini bahwa selain muslim pasti akan mendapatkan siska kubur. Begitu juga, sangat wajar jika ada seorang kristen yang meyakini umat islam ini berada di jalan yang salah. Biar sajalah. Kita tidak dapat mengganggu keyakinan orang lain, tetapi janganlah kita mencampuradukkan keyakinan kita dengan keyakinan agama lain.

referensi :
Forum ummah.com
Sunni muslim youth
Islam itu indah
Catatan Mohammad Fauzil Adhim
Gotquestion.org
Pernyataan Abu Mussab Wajdi Akkari


Andre Tauladan

Selasa, 15 November 2011

Di Indonesia, Katholik yang Taat Ini Memutuskan Memeluk Islam

Di Indonesia, Katholik yang Taat Ini Memutuskan Memeluk Islam
Yusuf Burke besar dalam keluarga Katholik yang taat. Ia pun mengenyam pendidikan di sekolah Katolik. "Meski keluargaku kental dengan agama Katholik, ayah memiliki sahabat seorang Muslim. Sebab, ia sering mengunjungi Malaysia," kata dia.

Pertemuan dengan sahabat ayahnya yang Muslim, secara tidak langsung merupakan perkenalan pertama Burke dengan Islam. Ia pun sedikit demi sedikit mengerti tentang Islam. "Aku sedikit mengerti tentang Islam. Jujur, saat itu saya tertarik dengan perbedaan budaya dan agama," ungkap Burke.

Pengetahuan Burke tentang Islam terus bertambah, tatkala ia mengambil kuliah perbandingan agama. Di dalam materi kuliah itu, Burke mendapat pengetahuan tentang dasar-dasar Islam. "Sebelum tiba di Indonesia, saya belum paham betul tentang Islam," ungkap dia.

Di Indonesia, Burke belajar menjadi seorang insyinyur. Ia bergabung dengan tim General Electric yang tengah mengerjakan proyek pembangkit listrik di Indonesia. "Saya sering bepergian ke luar negeri, dan Indonesia merupakan negara pertama yang aku kunjungi. Saya menikmati keramahan masyarakatnya," kata Burke yang memuji Indonesia.

Menurut Burke, keterbukaan masyarakat Indonesia terhadap orang asing mempermudahnya untuk memperdalam Islam yang ia pelajari di bangku kuliah. Ia mulai berdiskusi dengan para ulama setempat tentang Islam.

Dua tahun setelah kedatangannya di Indonesia, Burke memutuskan memeluk Islam. "Saya pikir, saya memiliki pemahaman yang baik tentang Katolik. Tapi apa yang diajarkan Islam begitu logis bagi saya seorang insyinyur. Aku merasakan betul rasa persaudaraan dalam Islam," tutur dia.

Identitas keislaman Burke segera diketahui keluarga. Terkejut, begitulah respon keluarga terhadap putusan Burke memeluk Islam. "Mereka terkejut sekali, tapi alhamdulillah, mereka memiliki keterbukaan pikiran di mana ada penghargaan terhadap hak seseorang untuk memeluk sebuah agama," kenangnya.

Penerimaan keluarga membuat Burke haru. Diawal, ia sadar putusannya itu akan mendapat penolakan dari keluarga. Tapi, prediksi Burke meleset. "Mereka menghargai putusan saya. Yang saya perlu lakukan segera, meluruskan apa yang disalahpahami tentang Islam," tegasnya.

Label mualaf segera lepas dari sosok Burke. Ia pun dipercaya menjadi Direktur Dewan Hubungan Amerika Islam (CAIR). Ia pun melanjutkan tugasnya meluruskan kesalahpahaman tentang Islam. Ia jalankan program yang membantu Muslim Amerika mendapatkan haknya. 

"Kami hanya mencoba membawa Muslim Amerika untuk mendapatkan haknya sebagai masyarakat AS," ujar dia.

Tak hanya itu, CAIR berusaha menjembatani integrasi Muslim ke dalam masyarakat melalui rangkaian cara baik diskusi keagamaan dan akomodasi praktik-praktik keagamaan. "Setiap Muslim yang didiskriminasi lantaran status mereka sebagai Muslim, apakah berada di tempat kerja atau badan pemerintah," bebernya.

Menurutnya, dua hal inilah yang tengah diperjuangkan. Kelak, ketika berhasil, masyarakat AS akan melihat jilbab atau janggut layaknya mereka memandang orang Sikh. "Kita harapkan demikian. Islam bukan sesuatu yang asing tapi merupakan bagian dari keragaman Amerika," pungkasnya. 

About Me

Andre Tauladan adalah blog untuk berbagi informasi umum. Terkadang di sini membahas topik agama, politik, sosial, pendidikan, atau teknologi. Selain Andre Tauladan, ada juga blog khusus untuk berbagi seputar kehidupan saya di Jurnalnya Andre, dan blog khusus untuk copas yaitu di Kumpulan Tulisan.

Streaming Radio Ahlussunnah

Today's Story

Dari setiap kejadian di akhir zaman, akan semakin nampak mana orang-orang yang lurus dan mana yang menyimpang. Akan terlihat pula mana orang mu'min dan mana yang munafiq. Mana yang memiliki permusuhan dengan orang kafir dan mana yang berkasihsayang dengan mereka.
© Andre Tauladan All rights reserved | Theme Designed by Seo Blogger Templates