Hi guys, kali ini andre mau sharing pengalaman lagi. Ini tentang pengalaman andre waktu pulang dari Bandung. Perjalanan pulang dari Bandung ke Garut kali ini memberikan satu pelajaran untuk saya. Di awal perjalanan saya memacu kendaraan dengan kecepatan sedang, bibi berpesan agar saya jangan kebut-kebutan di jalan. Lampu merah di persimpangan samsat menjadi tempat saya berhenti dan menemui tiga orang pengendara motor besar. Bukan Harley, entah motor apa. Rasa kagum saya terhadap mereka muncul. Motor mereka keren.
Tak jauh setelah melewati lampu hijau saya masih santai membawa motor. Terdengar sayup-sayup suara sirine, tadinya saya takut kalau sirine itu adalah suara motor polisi yang mengejar saya karena saat itu saya sedang berada di jalur cepat. Saya lirik spion, terlihat rombongan Harley Davidson mendekat dari arah belakang, “BBBBBBBBBBB”, mereka lewat dengan penuh aura kewibawaan (lebay xixixi). Kereeeeen... Rasa kagum kali ini mulai membuat saya ingin memacu kendaraan lebih cepat.
Wuung.. Wuung... Kini raungan motor sport yang semakin membangkitkan semangat saya. Barang bawaan di bagian depan motor terasa seperti fering. Sadar diri, motor yang saya kendarai bukan motor dengan CC besar. Setelah tertinggal jauh dari mereka saya pun memperlambat laju kendaraan.
Perjalanan terasa begitu mengesankan dengan banyaknya motor-motor keren yang saya temui. Dari sini saya mengambil pelajaran, bahwa hidup berkelompok itu akan terasa lebih menyenangkan daripada menyendiri. Dalam klub-klub motor yang saya temui, saya perhatikan selalu ada pemimpin atau pemandu yang selalu memberikan aba-aba dari depan. Kemudian saya perhatikan juga bahwa mereka berada dalam satu kelompok dengan nama-nama dan lambang yang berbeda, dan itu menjadi identitas mereka. Satu lagi yang saya perhatikan dari orang-orang yang touring ini adalah mereka selalu bersama. Mereka pergi bersamaan, ada yang bertugas memberi aba-aba, penunjuk arah, dan sweeper (penyapu) yang memastikan tidak adanya orang yang tertinggal atau tersesat dari kelompok mereka.
Pelajaran kembali saya dapatkan di daerah Rancaekek. Situasi lalu lintas yang macet membuat saya harus pandai memanfaatkan celah dari setiap kendaraan agar saya tidak terhambat. Namun saya bukan tipe orang yang ahli dalam hal ini. Kehadiran klub motor lain tidak saya sia-siakan. Mereka begitu lihai melewati celah-celah kemacetan. Saya mencoba mengikuti mereka, tapi saya hanya bisa mengikuti mereka beberapa meter saja dan akhirnya tertinggal jauh. Dari sini saya kembali mendapat hikmah, bahwa orang diluar kelompok biasanya tidak akan dianggap. Mereka tidak peduli ada orang lain yang mengikuti mereka atau tidak. Orang seperti saya yang hanya ikut-ikutan saja tanpa disertai dengan keahlian biasanya akan tertinggal.
Hal-hal seperti itu bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Banyak sekali orang yang tidak punya pendirian atau ikatan. Orang seperti itu biasanya akan mudah terpengaruhi oleh kehebatan orang lain atau orang lain yang terlihat hebat di matanya. Dalam hidup ini juga akan selalu ada persaingan. Setiap siswa pasti ingin lulus, mahasiswa ingin lulus, karyawan ingin gaji besar. Tetapi tidak setiap siswa ilmunya memadai, tidak setiap mahasiswa mau belajar agar mereka pandai, tidak setiap karyawan mau mengembangkan diri agar layak untuk naik gaji.
Satu lagi, sesampainya di garut akhirnya saya tahu bahwa para klub motor yang saya temui di jalan tadi sedang dalam perjalanan menuju garut. Mereka akan berkumpul di suatu event yang bernama Garut Bike Week. Saya membayangkan di tempat itu pasti akan banyak orang dengan kelompok masing-masing, identitas masing-masing. Di sana mereka berkumpul dan menunjukkan jati diri mereka. Yah, kesimpulannya begini.
Hidup ini adalah perjalanan, kita perlu adanya pemimpin / panutan / teladan. Perlu ada (dan mengerti) panduan / aba-aba yang diberikan oleh pemandu kita. Kita tidak boleh hanya meniru / mengikuti suatu kelompok tanpa kita memiliki pengetahuan (ilmu / keahlian) tentang mereka. Perjalanan hidup ini pasti ada tujuannya, pada akhirnya di tempat tujuan nanti kita akan melihat jati diri kita sebenarnya. ^___^
Andre Tauladan
Tak jauh setelah melewati lampu hijau saya masih santai membawa motor. Terdengar sayup-sayup suara sirine, tadinya saya takut kalau sirine itu adalah suara motor polisi yang mengejar saya karena saat itu saya sedang berada di jalur cepat. Saya lirik spion, terlihat rombongan Harley Davidson mendekat dari arah belakang, “BBBBBBBBBBB”, mereka lewat dengan penuh aura kewibawaan (lebay xixixi). Kereeeeen... Rasa kagum kali ini mulai membuat saya ingin memacu kendaraan lebih cepat.
Wuung.. Wuung... Kini raungan motor sport yang semakin membangkitkan semangat saya. Barang bawaan di bagian depan motor terasa seperti fering. Sadar diri, motor yang saya kendarai bukan motor dengan CC besar. Setelah tertinggal jauh dari mereka saya pun memperlambat laju kendaraan.
Perjalanan terasa begitu mengesankan dengan banyaknya motor-motor keren yang saya temui. Dari sini saya mengambil pelajaran, bahwa hidup berkelompok itu akan terasa lebih menyenangkan daripada menyendiri. Dalam klub-klub motor yang saya temui, saya perhatikan selalu ada pemimpin atau pemandu yang selalu memberikan aba-aba dari depan. Kemudian saya perhatikan juga bahwa mereka berada dalam satu kelompok dengan nama-nama dan lambang yang berbeda, dan itu menjadi identitas mereka. Satu lagi yang saya perhatikan dari orang-orang yang touring ini adalah mereka selalu bersama. Mereka pergi bersamaan, ada yang bertugas memberi aba-aba, penunjuk arah, dan sweeper (penyapu) yang memastikan tidak adanya orang yang tertinggal atau tersesat dari kelompok mereka.
Pelajaran kembali saya dapatkan di daerah Rancaekek. Situasi lalu lintas yang macet membuat saya harus pandai memanfaatkan celah dari setiap kendaraan agar saya tidak terhambat. Namun saya bukan tipe orang yang ahli dalam hal ini. Kehadiran klub motor lain tidak saya sia-siakan. Mereka begitu lihai melewati celah-celah kemacetan. Saya mencoba mengikuti mereka, tapi saya hanya bisa mengikuti mereka beberapa meter saja dan akhirnya tertinggal jauh. Dari sini saya kembali mendapat hikmah, bahwa orang diluar kelompok biasanya tidak akan dianggap. Mereka tidak peduli ada orang lain yang mengikuti mereka atau tidak. Orang seperti saya yang hanya ikut-ikutan saja tanpa disertai dengan keahlian biasanya akan tertinggal.
Hal-hal seperti itu bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Banyak sekali orang yang tidak punya pendirian atau ikatan. Orang seperti itu biasanya akan mudah terpengaruhi oleh kehebatan orang lain atau orang lain yang terlihat hebat di matanya. Dalam hidup ini juga akan selalu ada persaingan. Setiap siswa pasti ingin lulus, mahasiswa ingin lulus, karyawan ingin gaji besar. Tetapi tidak setiap siswa ilmunya memadai, tidak setiap mahasiswa mau belajar agar mereka pandai, tidak setiap karyawan mau mengembangkan diri agar layak untuk naik gaji.
Satu lagi, sesampainya di garut akhirnya saya tahu bahwa para klub motor yang saya temui di jalan tadi sedang dalam perjalanan menuju garut. Mereka akan berkumpul di suatu event yang bernama Garut Bike Week. Saya membayangkan di tempat itu pasti akan banyak orang dengan kelompok masing-masing, identitas masing-masing. Di sana mereka berkumpul dan menunjukkan jati diri mereka. Yah, kesimpulannya begini.
Hidup ini adalah perjalanan, kita perlu adanya pemimpin / panutan / teladan. Perlu ada (dan mengerti) panduan / aba-aba yang diberikan oleh pemandu kita. Kita tidak boleh hanya meniru / mengikuti suatu kelompok tanpa kita memiliki pengetahuan (ilmu / keahlian) tentang mereka. Perjalanan hidup ini pasti ada tujuannya, pada akhirnya di tempat tujuan nanti kita akan melihat jati diri kita sebenarnya. ^___^
Andre Tauladan