Tembakan mortir menewaskan 105 orang dan membuat ratusan orang lagi cedera dalam sebuah peristiwa di kota Homs, Suriah, Jumat malam (3/2), kata Syrian Observatory for Human Rights.
Kelompok hak asasi manusia tersebut menyatakan, peluru mortir itu menghantam Kabupaten Al Khalidiya, Homs, yang menjadi tempat bentrokan selama 10 bulan aksi protes terhadap pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Direktur kelompok itu, Rami Abderrahman, mengatakan kepada AFP bahwa peristiwa tersebut merupakan "pembantaian". Pihaknya menyerukan adanya "campur tangan segera" Liga Arab guna mengakhiri aksi kekerasan itu. Saluran televisi Al Jazeera dan Al-Arabiya memperlihatkan gambar puluhan mayat di jalan.
Syrian Observatory juga melaporkan dua warga sipil tewas di Rastan, pinggiran ibu kota Suriah, Damaskus, Jumat larut malam, sementara delapan tentara pembelot ditembak hingga tewas di sejumlah wilayah Suriah.
Kerusuhan meletus setelah ribuan orang di seluruh Suriah membangkang terhadap pemerintah, untuk memperingati tahun ke-30 peristiwa 1982 di kota Hama, Suriah tengah.
PBB
Berita mengenai korban jiwa paling akhir itu tersiar saat seorang diplomat di New York, Amerika Serikat, mengatakan anggota Dewan Keamanan PBB dijadwalkan bertemu pada Sabtu pagi untuk melakukan pemungutan suara mengenai resolusi yang mengutuk penindasan di Suriah. Rancangan tersebut sama dengan rancangan resolusi yang dikirim kepada 15 anggota dewan itu pada Kamis.
Teks itu menyoroti dukungan badan PBB tersebut bagi rencana Liga Arab bagi peralihan demokratis sementara melepaskan seruan nyata agar Bashar al-Assad meletakkan jabatan, kata diplomat tersebut, Jumat. Kerusuhan di Homs mengakhiri hari yang kacau di Suriah. Menurut perhitungan kelompok hak asasi manusia Suriah, 150 orang tewas dalam peristiwa itu.
Sebanyak 35 orang dilaporkan tewas di seluruh negeri tersebut dalam kejadian lain lain Jumat, 16 di antara mereka adalah warga sipil, kata Syrian Observatory for Human Rights. Kelompok yang berpusat di Inggris itu menyatakan 14 prajurit juga tewas dalam bentrokan dengan Tentara Suriah Bebas (FSA) dan lima pembelot dari Angkatan Darat juga meregang nyawa.
Selain itu, satu orang tewas akibat luka yang dideritanya pada Kamis, dan tiga mayat ditemukan atau diserahkan kepada keluarga mereka. Di tengah keprihatinan yang meningkat bahwa Suriah terperosok ke dalam perang saudara habis-habisan, seorang perwira FSA menyatakan tentara reguler "berada dalam kondisi menyedihkan dan nyaris hancur".
Mayor Maher Nouaimi, yang berada di Turki, mengatakan melalui telepon kepada AFP "sekalipun Angkatan Darat memiliki kemampuan tinggi militer, tentara tak lagi memiliki keinginan untuk berperang atau sudah melakukannya". Ia menyatakan ada ketidakpuasan yang meningkat di kalangan perwira yang menentang para komandan mereka, yang sudah terseret ke dalam kelompok Allawi. Presiden Bashar berasal dari kelompok tersebut. Sebagian besar prajurit militer berasal dari masyarakat Sunni.
andretauladan | kompas
andretauladan | kompas
Post a Comment