Selasa, 22 Februari 2011

Memaknai Hamdallah


Memaknai Hamdallah

Oleh: H Lukman Abdurrahman*)
Dalam keseharian sering kali kita mendengar ungkapan kalimat alhamdulillah, atau disebut hamdalah, diucapkan. Hal ini terutama untuk menyatakan perasaan bersyukur, penyelesaian suatu pekerjaan, kesembuhan dari suatu penyakit, jawaban terhadap pertanyaan tentang kabar, ungkapan terima kasih dan lain-lain. Apa sesungguhnya makna yang terkandung di dalam hamdalah tersebut?

Arti alhamdulillah pada dasarnya mengembalikan seluruh pujian kepada Allah SWT. Pujian apa pun yang terucap atau tergambarkan di alam ini, semuanya hanyalah milik Allah. Pujian yang sering dialamatkan kepada manusia, keindahan alam, keajaiban suatu kejadian dan sebagainya dalam konsep hamdalah menuju kepada Dzat Yang Satu.

Oleh karena itu tidak akan ada kesombongan yang ditampilkan, tidak akan ada kepongahan yang dipertontonkan oleh siapa pun yang merasa memiliki kelebihan di dalam dirinya, karena mereka sadar semua itu hanyalah property Allah. Yang wajar ditampilkan oleh kita manakala memperoleh pujian atau anugrah nikmat adalah mengucapkan kalimat alhamdulillah dengan sepenuh kesadaran akan maknanya.

Kaum cerdik pandai generasi terdahulu selalu memulai buku-buku karangannya dengan ungkapan alhamdulillah ini.  Demikian pula mereka mewajibkan kepada semua khaatib shalat Jumat untuk memulai khutbahnya dengan ungkapan ini berdasarkan contoh Nabi SAW.  Mereka tentunya juga ingin mencontoh Allah SWT dalam pembukaan kitab suci-Nya dengan kalimat alhamdulillah seperti termaktub di dalam surah Al-Faatihah.

Dalam kitab kuning Hasyiah Jauhar Tauhid karangan Imam Ibrahim Baijuri, disebutkan bahwa ungkapan alhamdulillah terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu puji qadiim (terdahulu) dan puji haadits (terkemudian). Puji qadiim terbagi dua lagi, yang pertama bahwa pujian itu adalah dari Al-Khaaliq kepada Al-Khaaliq.  Ini berarti bahwa ucapan hamdalah adalah  pujian Allah SWT kepada Diri-Nya sendiri, pujian ini pastilah milik Allah semata.  Contoh pujian ini misalnya seperti tercantum di dalam Alquran bahwa  “Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (QS Al-Hasyr 22) dan lain-lain.  Ayat-ayat tersebut menyatakan kemahaterpujian Allah di alam semesta ini.  Allah memuji Dzat-Nya sendiri adalah suatu kepantasan karena tiada ada yang menandingi-Nya.

Yang kedua hamdalah mengandung makna pujian dari  Al-Khaaliq kepada makhluk, yakni Allah SWT memuji makhluknya seperti pujian Allah kepada para nabi.  Salah satu contoh pujian ini dapat disimak di dalam Alquran surah Al-Qalam 4, dalam hal ini Allah memuji Nabi Muhammad SAW yakni “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Pujian ini pun sesungguhnya milik Allah, karena Dialah yang telah menganugerahi Nabi dengan akhlak yang sangat mulia.  Artinya keluhuran budi pekerti Nabi merupakan cerminan kemahaterpujian Allah jua.

Hamdalah mengandung makna pujian dari makhluk kepada Al-Khaaliq, yakni pujian-pujian makhluk, manusia khususnya, kepada Allah SWT.  Pujian ini pun pada hakikatnya adalah milik Allah jua. Dalam ibadah ritual sehari-hari seperti shalat, ibadah haji dan lain-lain sarat dengan puji-pujian kepada Allah. Bahkan dalam satu sabdanya, Nabi SAW memberikan petunjuk bahwa bagi siapa saja yang akan berdoa kepada Allah, hendaklah ia memanjatkan puji kepada-Nya dan membaca shalawat kepada Nabi lebih dahulu. Oleh karenanya kemudian dalam Ilmu Fiqh hal ini menjadi syarat perlu sebagai bagian dari etika berdoa.

Pujian itu bisa berasal dari makhluk kepada makhluk. Pujian ini pun pada hakikatnya adalah milik Allah.  Kekaguman kita kepada prestasi orang lain, binatang, tumbuh-tumbuhan adalah contoh-contoh pujian yang berasal dari makhluk ditujukan kepada makhluk juga.  Dalam keseharian, pujian jenis keempat ini yang paling sering kita dengar karena merupakan bumbu-bumbu kehidupan lingkungan manusia dan alam sekitarnya.

Ucapan alhamdulillah pada dasarnya merupakan ekspresi untuk memperkuat nilai-nilai ketauhidan dan menumbuhkan sikap kehambaan yang makin dalam, mestinya.  Wallaahu 'alam.
 Sumber : KOMPAS
*) H Lukman Abdurrahman adalah sahabat Republika Online, tinggal di Bandung

Memaknai Hamdallah

Share:

Post a Comment

Facebook
Blogger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran dan kritiknya sangat diharapkan

About Me

Andre Tauladan adalah blog untuk berbagi informasi umum. Terkadang di sini membahas topik agama, politik, sosial, pendidikan, atau teknologi. Selain Andre Tauladan, ada juga blog khusus untuk berbagi seputar kehidupan saya di Jurnalnya Andre, dan blog khusus untuk copas yaitu di Kumpulan Tulisan.

Streaming Radio Ahlussunnah

Today's Story

Dari setiap kejadian di akhir zaman, akan semakin nampak mana orang-orang yang lurus dan mana yang menyimpang. Akan terlihat pula mana orang mu'min dan mana yang munafiq. Mana yang memiliki permusuhan dengan orang kafir dan mana yang berkasihsayang dengan mereka.
© Andre Tauladan All rights reserved | Theme Designed by Seo Blogger Templates