Saya ingin menceritakan sebuah kisah tidak nyata.
Di sebuah kampung ada seorang anak yang sangat hebat main bulutangkis. Pukulannya bagus, keras, akurat, gerakannya lincah, dan staminanya kuat. Anak ini dilatih oleh orang tuanya sendiri. Sementara orang tuanya tidak pernah mengikuti kejuaraan bulutangkis. Selama ini dia juga hanya bermain bulutangkis di kampungnya. Rupanya orang sekampung itu juga tidak ada yang tahu aturan bermain bulutangkis. Saya ambil contoh, dalam permainan mereka biasanya servis tidak diharuskan menyilang. Mereka terbiasa dengan peraturan ini DARI DULU.
Singkat cerita, si Ayah ingin mengikutsertakan anaknya dalam sebuah pertandingan. Dengan penuh percaya diri dia mendaftarkan anaknya pada sebuah kompetisi tingkat kabupaten. Didaftarkanlah anak itu.
Hari pertandingan tiba. Si Anak sesuai dengan kebiasaannya melakukan servis dengan arah yang bebas, tidak selalu menyilang. Dia pun kalah karena banyak servis yang keluar. Sang Ayah akhirnya protes ke panitia. Dia marah sambil mengatakan "Saya di kampung dari dulu juga servis itu arahnya bebas!". Panitia menjawab "Tapi Pak, aturan yang benar itu ya servisnya harus menyilang. Itu sudah ada dalam buku peraturan bulutangkis internasional". Si Ayah malah menjawab "Heh, jangan suka ngerasa benar sendiri! Anda tidak menghargai jerih payah anak saya berlatih selama ini!". Akhirnya dengan tidak bisa menerima kekalahan, si Ayah pun pulang. Sejak saat itu si Ayah tidak mau mengikutsertakan anaknya dalam kejuaraan di luar kampungnya. Dan si Anak pun hingga dewasa hanya menjadi JAGO KAMPUNG saja. Dengan aturan permainan yang salah.
Pada akhirnya, sebuah usaha itu harus disertai dengan pengetahuan tentang aturan yang berlaku. Usaha si Anak dalam berlatih bulutangkis memang membuatnya menjadi orang yang hebat dalam bulutangkis. Namun sayang, karena tidak tahu aturan akhirnya kehebatannya pun tidak ada artinya.
Begitulah ceritanya. Sekali lagi, kisah ini tidak nyata. Hanya untuk diambil hikmahnya saja. Tentunya oleh orang yang pikirannya terbuka, bukan yang kampungan.
Andre Tauladan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saran dan kritiknya sangat diharapkan