Selasa, 21 Agustus 2012

Karena Aku, Dia, Mereka Tak Seshalih yang Engkau Kira

Benar bahwa tidak sedikit ikhwan dan akhwat menikah berawal dari FB. Bukan menikahnya yang salah, hanya saja bermula dari lebai-nya (ghuluw) dalam comment, chat, dan message inbox yang membuat hati ternoda.
Di dunia maya pun ada banyak individu (ikhwan/akhwat) yang tak sadar telah menjadi buaya dunia maya. Hendaknya kami dan antum mengualitaskan ketakwaan di manapun berada. Jika tidak maka syaitan sedang dan akan selalu terbahak-bahak. Cobalah menelusuri dialog ringan berikut.
Ikhwan: ”kedatangan saya ke rumah bapak untuk berniat baik yaitu melamar puteri bapak. Saya ingin menikahi puteri bapak.”
Bapak: ”Apakah niat saudara sudah mantap?”
Ikhwan: ”sudah, pak”
Bapak: ”saudara kenal dimana dengan puteri saya?”
Ikhwan: ”saya kenal dengan puteri bapak di Facebook.”
Kembali kami pertegas, jika hubungan pasutri berakhir dengan perceraian berawal dari FB maka tak sedikit bunga-bunga asmara memekar di taman dunia maya yang berlanjut ke pelaminan. Namun setelah menikah, didapati bahwa pasangannya yang terjalin dari cinta dunia maya ternyata jauh dari kriteria yang diharapkan dari segi agama dan akhlak.

Sebelumnya kami hanya membaca nasihat seperti ini di dunia maya. Akan tetapi setelah mendengar dan melihat langsung, dan kasusnya bermodus sama, kami melihat bukti langsung bagaimana seorang laki-laki dan wanita yang sudah mengenal agama dengan manhaj yang benar berdasarkan pemahaman sahabat malah terjerumus dalam hal ini. Padahal mereka mengetahui bagaimana cara yang benar mencari jodoh yaitu dengan ta’aruf yang syar’i. Oleh karena itu kami mencoba mengangkat tema ini.

>>Lemah Iman Umumnya

Mungkin awalnya tak bermaksud mencari jodoh, akan tetapi lemahnya iman yang membuatnya bermudah-mudah berhubungan dengan cara tak halal, padahal mereka sudah mengetahui ketetapan syar’i dalam bergaul. Inilah fenomena yang sering terjadi belakangan ini, wanita dibalik hijabnya yang tertutup rapat tetapi hijab kehormatannya tidak tertutup dibalik e-mail, inbox dan wall FB, beserta fasillitas dunia maya lainnya.
Begitu juga dengan laki-laki dengan penisbatan mereka kepada, “as-salafi”, “al-atsari” dengan hiasan-hiasan status dan link berbau syar’i, akan tetapi sikap dan wara’-nya tidak menunjukkan demikian.
Hubungan laki-laki dengan wanita yang berujung cinta adalah kebahagiaan hati terbesar bagi manusia terutama pemuda, lebih-lebih bagi mereka yang belum pernah mecicipi sama sekali. Maka ketika bisa merasakan pertama kali, sebagaimana berbuka puasa, sangat nikmat dan bahagia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
للصائم فرحتان : فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه
“Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak”[1]

Mereka yang sudah paham tentang ketetapan syar’i dalam beretika kepada lawan jenis tentu tak leluasa melakukannya di dunia nyata, baik karena tidak ada kesempatan ataupun malu jika ketahuan. Akan tetapi kedua hal ini hilang dan meluntur ketika berkecimpung di dunia maya. Mulai dari cara halus dengan menyindir dan terseret ke arah cinta tak halal sampai dengan cara terang-terangan.
Ketika mereka merasakan nikmatnya asmara yang berbunga-bunga maka lemahnya iman tak mampu membendung. Terjalinlah cinta yang tidak diperkenankan syariat bahkan tak sedikit mengarah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan.

>>Terkesan Shalih dan Shalihah di Dunia Maya

Jangan langsung terburu-buru menilai seseorang alim atau shalih hanya karena melihat aktifitasnya di dunia maya. Sering mengupdate status-status agama, meshare link-link agama dan terlihat sangat peduli dengan dakwah. Hal ini belum tentu dan tidak menjadi tolak ukur keshalihan seseorang. Dan apa yang ada di dunia maya adalah teori, bukan praktek langsung.
Bisa jadi sesorang sering menulis status agama, menautkan link syar’i tetapi malah mereka tidak melaksanakannya dan bahkan melanggarnya, apalagi ada beberpa orang yang bisa menjaga image alim di dunia maya, pandai merangkai kata, pandai menjaga diri dan pandai memilih kata-kata yang bisa memukau banyak orang.
Tolak ukur penilaian keshalihan seseorang secara dzahir adalah takwa dan akhlaknya yang langsung bisa dinilai dan dilihat di dunia nyata, bukan menilai semata-mata bagaimana teorinya di dunia maya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Iringilah kejelekan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskan kejelekan tersebut dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” [2]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan hadist ini,
فمن اتقى الله و حقق تقواه, و خالق الناس غلى اختلاف طبقاتهم بالخلق الحسن
: فقد جاز لخير كله, لآنه قام بجق الله و حقوق الغباد,
ولآنه كان من المحسنين في عبادة الله, المحسنين إلى عباد الله
“Barangsiapa bertakwa kepada Alloh, merealisasikan ketakwaannya dan berakhlak kepada manusia -sesuai dengan perbedaan tingkatan mereka- dengan akhlak yang baik, maka ia medapatkan kebaikan seluruhnya, karena ia menunaikan hak hak Alloh dan Hamba-Nya.”[3]

>>Tak Menunaikan Amanat ilmiah

Ada juga yang ingin nampak alim dan berilmu di dunia maya dengan niat yang tidak ikhlas [Alhamdulillah ini cukup sedikit]. Selain cara-cara di atas seperti update status agama setiap jam, menaut link beberapa kali sehari, membuat note setiap hari [waktunya sangat terbuang di dunia maya]. Ada cara lainnya yaitu tidak melakukan amanat ilmiah, misalnya:
-Membuat note hampir tiap hari dengan copas dari tulisan orang lain tetapi tidak mencantumkan sumber sehingga orang menyangka dialah yang menulisnya.
-Membuat note dengan copas dari tulisan lainnya, kemudian mengubah-ubah sedkit atau menambah komentar sedikit kemudian menisbatkan tulisan pada dirinya.
Dan masih banyak contoh yang lainnya, silahkan baca Menunaikan Amanah Ilmiah dan Jujur Dalam Tulisan (http://muslimafiyah.com/menunaikan-amanat-ilmiyah-dan-jujur-dalam-tulisan.html)
Maka tidak heran ada yang mengaku pernah bertemu dengan seseorang yang di dunia maya terkesan sangat alim dan berilmu. Namun tatkala bertemu di dunia nyata, ternyata ia jauh dari apa yang ia sandiwarakan di dunia maya. Jauh dari ilmu, akhlak dan takwa.

>>Husnudzon Itu Perlu

Tentu saja perlu mengedapankan husnudzon juga, karena ada mereka yang memang kerjanya berhubungan dengan dunia internet seperti ahli IT dan berdagang via internet. Jadi mereka sangat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdakwah mengingat sekarang dunia maya sangat digandrungi oleh masyarakat dunia. Sebaiknya kita jangan berburuk sangka kepada mereka dengan mengira sok alim, sok update status bahasa arab, sok serba syar’i dan sok suci.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa.”[4]
Sangat perlu melihat panutan para ulama dan ustadz. Mereka lebih sibuk dan lebih memprioritaskan dengan ilmu dan dakwah di dunia nyata, karena kita memang hidup di dunia nyata. Ilmu dan dakwah di dunia maya adalah prioritas kemudian setelah ilmu dan dakwah di dunia nyata.

>>Terjerat Cinta Dunia Maya

Dan mereka yang tidak kuat imannya, terperdaya sekaligus terjerat dengan hubungan tak halal yang mereka lakoni. Mereka terperangkap asmara. Mereka melihatnya sebagai sebuah keindahan dan kesyahduan tiada tara sampai-sampai menutup beberapa faktor penilaian yang seharusnya menjadi pertimbangan paling terdepan yaitu agama dan ahklak.
Keindahan bisa membuat jatuh cinta…
Dan cinta bisa membuat segalanya menjadi indah…
Seorang penyair berkata,
هويتك إذ عينى عليها غشاوة … فلما انجلت قطعت نفسي ألومها
“Kecintaanku kepadamu menutup mataku
Namun ketika terlepas cintaku, semua aibmu menampakkan diri”[5]
Inilah salah satu yang dikhawatirkan. Karena cinta sudah bermekar indah maka tidak peduli lagi, padahal kenal hanya di dunia maya, lalu memutuskan untuk berjumpa, ta’aruf ala kadar lalu menikah.
Untuk mengetahui bagaimana kehidupan dunianya saja sulit, bagaimana wajah aslinya. Walaupun tukar foto, maka foto sekarang bisa berbalik 180 derajat dengan aslinya. Bagaimana masa depannya dan bagaimana tanggung jawabnya, apalagi untuk mengetahui agama dan akhlaknya yang menjadi prioritas utama, walaupun terkesan shalih tetapi sekali lagi itu hanya di dunia maya, belum tentu.

>>Wanita Korban Utama

Jelas wanita yang lebih menjadi korban, karena wanita umumnya memiliki hati yang lemah, lemah dengan pujian, lemah dengan perhatian, lemah dengan kata-kata puitis. Begitu juga dengan wanita penuntut ilmu agama, mengingat pentingnya agama dan akhlak suami, sampai-sampai ada yang berkata, “agama istri mengikuti suaminya, jika ada wanita yang multazimah menikah dengan laki-laki yahudi, maka ia akan terpengaruh”.
Jika wanita tersebut terjerumus dengan cinta di dunia maya apalagi dengan kadar tergila-gila ditambah dengan menutupnya mata dengan kekurangan agama dan akhlak laki-laki di dunia nyata maka inilah musibah. Inilah musibah. Inilah musibah.
Sebagaimana kisah nyata yang kami dapatkan, mereka berdua kenal di dunia maya, kemudian sang laki-laki dari kota yang jauh menyebrangi dua pulau untuk bertemu ke kota tempat wanita tersebut tinggl. Maka sang wanita yang sudah terperangkap cinta, langsung “klepek-klepek” dengan sedikit pengorbanan sang laki-laki yang dianggap shalih lagi alim tersebut. Keduanya pun menikah.
Padahal laki-laki tersebut berwajah sangat kurang, porsi tubuh juga kurang, ilmu agama juga belum jelas, dan masa depan juga masih belum jelas karena hanya lulusan SMA. [Semoga mereka berdua bertaubat dan selalu berada dalam penjagaan Allah, Amin]

>>Ikatan Suci yang Ternodai Kemurkaan Allah

Pernikahan dan membangun rumah tangga adalah sesuatu yang suci dan merupakan anjuran syariat. Dari pernikahanlah berawal segala sesuatu dan ini mengubah kehidupan seseorang. Kemudian dari pernikahan lahirlah manusia, lahirlah masyarakat dan lahirlah berbagai perihal kehidupan.
Maka janganlah engkau memulainya dengan kemurkaan dan ketidakridhaan dari Allah. Janganlah engkau awali dengan hubungan yang tidak halal. Karena ia adalah dasar dan pondasinya.
Hendaklah yakin dengan janji Allah dan bersabar dengan ta’aruf yang syar’i, perbaiki diri dan tingkatkan kualitas ilmu, iman, akhlak dan takwa maka engkua akan mendapat pasangan yang baik lagi menawan hati.
Allah Ta’ala berfirman,
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
“Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula.”[6]
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
Penyusun: Raehanul Bahraen (6 Shafar 1432 H/31 Desember 2011, Artikel http://www.muslimafiyah.com)
Penyunting: Abdullah Akiera Van Assamawiy (8 Shafar 1432 H/2 Januari 2011)
_________
End Notes:
[1] HR. Muslim, no.1151
[2] HR. Tirmidzi no. 1987 dan Ahmad 5/153. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
[3] Bahjatu Qulubil Abror hal 62, cetakan pertama, Darul Kutubil ‘ilmiyah]
[4] QS al-Hujuraat: 12
[5] Al-Jawabul Kaafi 214, Darul Ma’rifah, cetakan pertama, Asy-Syamilah
[6] QS. An Nur: 26

95% copas dari sini 5% edit judul, penulisan, dikerjakan sendiri.
Andre Tauladan

Sabtu, 11 Agustus 2012

Perjalanan Si Trader Forex

Hehe,, sekali-kali nggak apa-apa dong posting tentang forex, yah namanya juga blog bebas. ^__^

Barusan saya habis baca suatu tulisan tentang perjalanan trader forex. Dibaca sedikit-sedikit eh lucu juga, lucu buat yang pernah mengalami dan setidaknya paham tentang forex. ^___^

kaya dengan forex


Trader Pemula

Mereka mulai dengan akun demo, belajar sedikit, coba-coba untuk buy pas harga naik, dan sell pas harga turun. Dari situ dapet dikit profit, terus beranggapan "Eh, kok gampang banget, kalo gini aku pasti bisa cepet kaya". Kemudian dia buka akun live, dan deposit dengan harapan bisa terus profit.

Mulai Menggunakan Indikator

Nah, trader ini mulai tergiur sama indikator warna-warni yang dipake trader senior, banyak indi yang dia download, terus dipasang di metatrader sampe penuh tuh layar MT4, xixi. Begitu trading dan dapat minus, mulai kelabakan sampe pipis di celana, bingung kenapa kok tadi saya open. Akhirnya dia putus asa dan cutloss saja, tapi ternyata trend berbalik arah, dia pun menyesal seandainya tadi masih hold, pasti setidaknya dapat itu 150 pips. Kemudian dia ganti indikator karena dirasa indikatornya salah. Terus menerus begitu sampai balance di akunnya kosong, dan akhirnya menyalahkan orang yang ngasih indikator.

Jadi Pemburu Signal

Si trader depo lagi, masuk di beberapa grup atau forum buat cari-cari sinyal. Begitu dapat sinyal kemudian dia langsung op mengikuti sinyal itu. => Lagi-lagi akunnya habis gara-gara loss, nyalahin orang yang ngasih sinyal.

Menjadi Pengguna EA

Dia mulai sadar, bahwa kegagalannya disebabkan dia tidak taat pada sistemnya sendiri, akhirnya mencoba menggunakan EA karena dia berpikir EA sudah ada sistemnya sendiri, nggak mungkin keluar sistem, nggak mungkin terpengaruh kondisi psikologis, seperti takut atau serakah. 

Beli banyak EA tapi akhirnya loss lagi, bahkan lebih cepat.

Bangkit Kembali Setelah Terpuruk

Merasa frustasi oleh forex, berhenti trading selama beberapa bulan, tapi akhirnya kangen juga sama suasana trading, ingin mulai lagi  tapi bingung harus gimana.

Teringat kata-kata senior kalo mau jadi trader handal harus banyak belajar, teliti market, pelajari metode yang mau dipake, akhirnya dia coba untuk belajar. Akhirnya setelah 6 bulan berlalu, diawali dengan trading yang simple, hanya menggunakan satu atau dua indikator, chart bersih, mencoba tarik-tarik garis vertikal / horizontal, setting fibonaci, latihan mental dan sebagainya, akhirnya VOILA, dia berhasil memperoleh profit konsisten. Dia pun menerapkan money management, dimulai dengan trading dengan tingkan resiko 1-2%. Alhammdulillah, lahirlah trader sukses.

Bukankah seperti itu?

Pertanyaannya, kenapa nggak langsung ke tahap akhir aja daripada harus melewati tahap yang bisa bikin stres beberapa kali?

Ok, sekarang saya akan menuju tahap terakhir, moga saya bisa jadi trader sukses... Bismillah.

^______^

Andre Tauladan | THV by CobraForex  

Jumat, 10 Agustus 2012

TYPICAL MISTAKES IN RAMADAN


ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI TA’ALA WABARAKATUH.RESPECTED BROTHERS AND SISTERS IN ISLAM.

I AM REMINDING MYSELF FIRST BEFORE OTHERS. AS WE ARE HEADING TOWARDS THE LAT TEN DAYS OF RAMADAN,…LET US STRIVE NOT TO REPEAT THE FOLLOWING COMMON & TYPICAL MISTAKES …..IN SHA ALLAH!!!

1 : Taking Ramadan as a ritual.

For many of us Ramadan has lost its spirituality and has become more of a ritual than a form of Ibadah. We fast from morning to night like a zombie just because everyone around us is fasting too. We forget that it’s a time to purify our hearts and our souls from all evil....we forget to make du’a, forget to beseech ALLAH THE ALMIGHTY to forgive us and ask Him to save us from the Fire. Sure we stay away from food and drink but that's about all.
Although the Prophet Muhammad (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) said:
“Jibreel said to me, May Allah rub his nose in the dust, that person to who Ramadan comes and his sins are not forgiven, and I said, Ameen.
Then he said, May Allah rub his nose in the dust, that person who lives to see his parents grow old, one or both of them, but he does not enter Paradise (by not serving them) and I said, Ameen.
Then he said, May Allah rub his nose in the dust, that person in whose presence you are mentioned and he does not send blessings upon you, and I said, Ameen.’”
(Tirmidhi, Ahmad, others. Saheeh by al-Albaani)

2 : Too much stress on food and drink


For some people, the entire month of Ramadan revolves around food. They spend the ENTIRE day planning, cooking, shopping and thinking about only food, food & food instead of concentrating on Salah, Qur’an and other acts of worship. All they can think of is FOOD. So much so that they turn the month of fasting into the month of feasting. Come Iftar time, their table is a sight to see, with the multitudes and varieties of food, sweets and drinks. They are missing the very purpose of fasting, and thus, increase in their greed and desires instead of learning to control them. It is also a kind of waste & extravagance.
".....and eat and drink but waste not by extravagance, certainly He (Allah) likes not Al-Musrifoon (those who waste by extravagance)" [Noble Qur’an al-Araaf :31]

3 : Spending all day cooking


Some of the sisters (either by their own choice or forced by their husbands) are cooking ALL day and ALL night, so that by the end of the day, they are too tired to even pray Isha’a, let alone pray Taraweeh or Tahajjud or even read Qur’an. This is the month of mercy and forgiveness. So throw away that aprons, turn off that ovens, stove and abandon that kitchen’s area and turn on your Imaan!

4 : Eating too much


Some people stuff themselves at Suhur until they are ready to burst, because they think this is the way to not feel hungry during the day time and haven’t you seen some people eat at Iftar, like there is no tomorrow?, trying to make up for the food missed?. However, this is completely against the Sunnah. Moderation is the key to everything.
Prophet Muhammad (Sallallahu Alaihi Wasallam) said: "The son of Adam does not fill any vessel worse than his stomach; for the son of Adam a few mouthfuls are sufficient to keep his back straight. If you must fill it, then one-third for food, one-third for drink and one-third for air." (Tirmidhi, Ibn Maajah. saheeh by al-Albaani).
How many times that we must be told that too much food distracts a person from many deeds of obedience and worship, makes him lazy and also makes the heart heedless.
It was said to Imam Ahmad: Does a man find any softness and humility in his heart when he is full? He said, I do not think so.. ………and I don’t think so either.

5 : Sleeping all day


Some people spend their entire day (or a major part of it) sleeping away their fast. Now tell me..Is this what is really required of us during this noble month? These people also are missing the purpose of fasting and are slaves to their desires of comfort and ease. They cannot bear to be awake and face a little hunger or exert a little self-control. For a fasting person to spend most of the day asleep is nothing but, negligence on his part.

6 : Wasting time


The month of Ramadan is a precious, precious time, so much so that ALLAH THE ALMIGHTY calls this month "Ayyamum Madoodaat" (A fixed number of days). Before we know it, this month of mercy and forgiveness will be over. We should try and spend every moment possible in the worship of ALLAH THE ALMIGHTY so that we can make the most of this blessing. However, there are some of us who waste away their day playing video games, or worse still, watching TV, movies or even listening to music….not to mention engage themselves in sing-along in Karaoke sessions…ASTAGHFIRULLAH!!! SUBHANALLAH! So much about that kinda Muslims nowadays don’t you agree? Trying to obey ALLAH THE ALMIGHTY by DISOBEYING Him!?

7 : Fasting but not giving up evil


Some of us fast but do not give up lying, cursing, slandering, fighting, backbiting, etc. and some of us fast but do not give up cheating, stealing, dealing in haram, buying lotto /sweepstakes/4Digits Lottery tickets, selling alcohol, fornication, etc. and all kinds of impermissible things without realizing that the purpose of fasting is to not only staying away from food and drink; rather the aim behind it is to fear ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala!!!!!!.
“O you who believe! Fasting is prescribed for you as it was prescribed for those before you, that you may become Al-Muttaqoon (the pious)” [Noble Qur’an al-Baqarah 2:183]
Prophet Muhammad (Sallallahu Alaihi Wasallam) said: "Whoever does not give up false speech and acting upon it, and ignorance, ALLAH has no need of him giving up his food and drink." ~(Bukhari)

8 : Smoking


Smoking is forbidden in Islam whether during Ramadan or outside of it, as it is one of al-Khabaaith (evil things). And this includes ALL kinds of smoking material eg. cigars, cigarettes, pipes, sheesha, hookah etc.
"He allows them as lawful At Tayyibaat (all good and lawful things), and prohibits them as unlawful Al Khabaa'ith (all evil and unlawful things) [ Noble Qur’an al-Araaf :157]
Again we have been informed numerous times before that smoking is harmful, not only to the one smoking, but also to the ones around him. It is also a means of wasting ones wealth. When are we gonna learn?
Prophet Muhammad (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) said: "There should be no harming or reciprocating harm."
This is especially true during fasting and it invalidates the fast. (Fatwa -Ibn Uthaymeen)

9 : Skipping Suhur


Prophet Muhammad (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) said: "Eat suhur for in suhur there is blessing."~(Bukhari & Muslim).
And Prophet Muhammad (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) also said: "The thing that differentiates between our fasting and the fasting of the People of the Book is eating suhur." ~(Muslim)

10 : Stopping Suhur at Imsaak


Some people stop eating Suhoor 10-15 minutes earlier than the time of Fajr to observe Imsaak.
Shaykh Ibn Uthaymeen said: This is a kind of bidah (innovation) which has no basis in the Sunnah. Rather the Sunnah is to do the opposite. Allah allows us to eat until dawn: "and eat and drink until the white thread (light) of dawn appears to you distinct from the black thread (darkness of night)" ~[Noble Qur’an al-Baqarah 2:187]
And Prophet Muhammad (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) said: "….eat and drink until you hear the adhan of Ibn Umm Maktoom, for he does not give the adhan until dawn comes."
This imsaak which some of the people do is an addition to what ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala has prescribed, so it is false. It is a kind of extremism in religion, and Prophet Muhammad (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) said: "Those who go to extremes are doomed, those who go to extremes are doomed, those who go to extremes are doomed."~ (Muslim). Do you get that O respected brothers & sisters in Islam?. I sincerely hope that we all will…In sha ALLAH.

11 : Not fasting if they missed Suhur


Some people are too scared to fast if they miss Suhur. However, this is a kind of cowardice and love of ease. What is the big deal if you missed a few morsels of food? It’s not like you will die. Remember, obedience to ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala overcomes everything. Now what kinda Muslims are you? A weak ones? Let’s go back to basics.

12 : Saying the intention to fast out loud or saying a specific du'a to start fasting.


The intention is an action of the heart. We should resolve in our heart that we are going to fast tomorrow. That is all we need. It is not prescribed by the Shariah for us to say out loud, "I intend to fast", "I will fast tomorrow" or other phrases that have been innovated by some people.

13 : Delaying breaking fast


Some people wait until the adhan finishes or even several minutes after that, just to be on the safe side. However, the Sunnah is to hasten to break the fast, which means breaking fast whenever the adhan starts, right after the sun has set. Aishah (Radiyallahu Anha) said: This is what the Messenger of Allah (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) used to do”. ~(Muslim)
Prophet Muhammad (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) said: "The people will continue to do well so long as they hasten to break the fast."~ (Bukhari & Muslim)
Determine to the best of your ability, the accuracy of your clock, calendar, etc. and then have tawakkal on ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala and break your fast exactly on time.

14 : Eating continuously until the time for Maghrib is up.


Some people if not all, will put so much food in their plates when breaking their fast and continue eating, enjoying dessert, drinking tea, etc., until they miss Maghrib. That is obviously not right. The Sunnah of the Prophet (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) was that once he broke his fast with some dates, then he would hasten to the prayer. Once you are done with the prayer, you can always go back and eat some more if you wish.

15 : Missing the golden chance of having your Du’a accepted


The prayer of the fasting person is guaranteed to be accepted at the time of breaking fast.
Prophet Muhammad (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) said: "Three prayers are not rejected: the prayer of a father, the prayer of a fasting person, and the prayer of a traveler." ~(al-Bayhaqi, saheeh by al-Albaani).
Instead of sitting down and making Du’a at this precious time, some people forego this beautiful chance, and are too busy munching, chewing, burping, talking, setting the food, filling their plates and glasses, etc. Think about it....Is food more important than the chance to have your sins forgiven or the fulfillment of your Duas?. Yeah…yeah, as expected you will certainly prefer the food more…am I right? Astaghfirullah Al’azeem….

16 : Fasting but not praying


The fasting of one who does not pray WILL NOT BE ACCEPTED. This is because not praying constitutes kufr as the Prophet Muhammad (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) said: "Between a man and shirk and kufr there stands his giving up prayer." ~(Muslim)
In fact, NONE of his good deeds will be accepted; rather, they are all annulled.
"Whoever does not pray Asr, his good deeds will be annulled." ~(Bukhari)

17 : Fasting and not wearing Hijaab


Not wearing the Hijab is a major sin as it is obligatory for Muslim women. (See Surah Nur, Surah Ahzaab). So fasting and not wearing hijab certainly takes away enormously from the rewards of fasting, even if does not invalidate it.

18 : Not fasting because of exams or work


Exams or work is NOT one of the excuses allowed by the Shariah to not fast. You can do your studying and revision at night if it is too hard to do that during the day. Also remember that pleasing and obeying ALLAH Subhanahu wa Ta’ala is much more important than good grades. Besides, if you will fulfill your obligation to fast, even if you have to study, ALLAH THE ALMIGHTY will make it easy for you and help you in everything you do.
Please read: "Whosoever fears Allah, He will appoint for him a way out and provide for him from where he does not expect, Allah is Sufficient for whosoever puts his trust in Him." ~(Noble Qur’an Surah at-Talaaq 2-3)

19 : Mixing fasting and dieting


DO NOT make the mistake of fasting with the intention to diet. That is one of the biggest mistakes some of us make (especially the sisters). Fasting is an act of worship and can only be for the sake of ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala alone.
Otherwise, mixing it with the intention of dieting may become a form of (minor) Shirk.

20 : Fighting over the number of Raka’ah of Taraweeh


There is no specific number of raka’ahs for Taraweeh prayer, rather it is permissible to do a little or a lot. Both 8 and 20 are okay. Shaykh Ibn Uthaymeen said: "No one should be denounced for praying eleven or twenty-three (raka’ah), because the matter is broader in scope than that, praise be to ALLAH." See? This is another thing that will divide us Muslims if we continue to dwell on it after you’ve known the truth.

21 : Praying ONLY on the night of the 27th


Some people pray ONLY on the 27th to seek Lailat ul-Qadr, neglecting all other odd nights, although the Prophet Muhammad (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) said: "Seek Lailat ul-Qadr among the odd numbered nights of the last ten nights of Ramadan." ~(Bukhaari, Muslim).

22 : Wasting the last part of Ramadan preparing for Eid.


Some people waste the entire last 10 days of Ramadan preparing for Eid, shopping and frequenting malls, etc. neglecting Ibadah and Lailatul Qadr. although, Prophet Muhammad (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) used to strive the hardest during the last ten days of Ramadan in worship (Ahmad, Muslim) and not in shopping. Buy whatever you need for Eid before Ramadan so that you can utilize the time in Ramadan to the maximum.
Aishah (Radiyallahu Anha) said: “When the (last) ten nights began, the Messenger of Allah (Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) would tighten his waist-wrapper (i.e., strive hard in worship or refrain from intimacy with his wives), stay awake at night and wake his family.” ~(Bukhari and Muslim).

23 : Iftar open houses / parties.


Although inviting each other for breaking fast is something good and encouraged, some people go to extremes with lavish Iftar parties with all sorts of disobedience to ALLAH THE ALMIGHTY, from flirting, mixing of the sexes and hijab-less women, to show-off and extravagance, to heedlessness to Salah, and Traweeh to even music and dancing.

LET’S STRIVE NOT TO REPEAT THE SAME IN THIS RAMADAN…IN SHA ALLAH!!!

SUBHANALLAH!!! ALHAMDULILLAH!!! WALA ILAHA ILLALLAHU ALLAHUAKBAR!!!
Andre Tauladan Refllection

Rabu, 08 Agustus 2012

HADITS PALSU TENTANG HURU-HARA AKHIR ZAMAN

Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz


Bismillah. Segala puji bagi Allah, Robb semesta alam. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita, Muhammad bin Abdullah shallallahu alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa berpegang teguh dengan ajarannya hingga hari kiamat.

Akhir-akhir ini banyak sekali pertanyaan dari beberapa member BB Group Majlis Hadits Ikhwan dan Akhwat seputar derajat hadits huru-hara akhir zaman yang terjadi pada pertengahan bulan Romadhon yang bertepatan dengan hari Jumat.

Maka kami katakan, bahwa para ulama hadits terdahulu maupun yang hidup di zaman sekarang telah menerangkan dengan jelas dan gamblang bahwa hadits-hadits yang berbicara tentang masalah tersebut tidak ada satu pun yang Shohih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, baik ditinjau dari segi sanad hadits maupun realita yang ada. Bahkan semuanya adalah hadits-hadits munkar dan palsu yang didustakan atas nama Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Berikut ini akan saya sebutkan teks (lafazh) hadits tersebut dengan sanadnya, serta studi kritis para ulama terhadapnya.

قَالَ نُعَيْمٌ بْنُ حَمَّادٍ : حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ عَنِ ابْنِ لَهِيعَةَ قَالَ : حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ حُسَيْنٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنِ الْحَارِثِ الْهَمْدَانِيِّ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : “إذا كانَتْ صَيْحَةٌ في رمضان فإنه تكون مَعْمَعَةٌ في شوال، وتميز القبائل في ذي القعدة، وتُسْفَكُ الدِّماءُ في ذي الحجة والمحرم.. قال: قلنا: وما الصيحة يا سول الله؟ قال: هذه في النصف من رمضان ليلة الجمعة فتكون هدة توقظ النائم وتقعد القائم وتخرج العواتق من خدورهن في ليلة جمعة في سنة كثيرة الزلازل ، فإذا صَلَّيْتُمْ الفَجْرَ من يوم الجمعة فادخلوا بيوتكم، وأغلقوا أبوابكم، وسدوا كواكـم، ودَثِّرُوْا أَنْفُسَكُمْ، وَسُـدُّوْا آذَانَكُمْ إذا أَحْسَسْتُمْ بالصيحة فَخَرُّوْا للهِ سجدًا، وَقُوْلُوْا سُبْحَانَ اللهِ اْلقُدُّوْسِ، سُبْحَانَ اللهِ اْلقُدُّوْسِ ، ربنا القدوس فَمَنْ يَفْعَلُ ذَلك نَجَا، وَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ هَلَكَ)

Nu’aim bin Hammad berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Umar, dari Ibnu Lahi’ah, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Abdul Wahhab bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit Al-Bunani, dari ayahnya, dari Al-Harits Al-Hamdani, dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: “Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal, kabilah-kabilah saling bermusuhan (perang antar suku, pent) di bulan Dzul Qo’dah, dan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzul Hijjah dan Muharram…”. Kami bertanya: “Suara apakah, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumat, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan solat Subuh pada hari Jumat, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah: “Mahasuci Allah Al-Quddus, Mahasuci Allah Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus”, kerana barangsiapa melakukan hal itu, niscaya ia akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu, niscaya akan binasa”.

(Hadits ini diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad di dalam kitab Al-Fitan I/228, No.638, dan Alauddin Al-Muttaqi Al-Hindi di dalam kitab Kanzul ‘Ummal, No.39627).

DERAJAT HADITS:


Hadits ini derajatnya PALSU (Maudhu’), karena di dalam sanadnya terdapat beberapa perowi hadits yang pendusta dan bermasalah sebagaimana diperbincangkan oleh para ulama hadits. Para perowi tersebut ialah sebagaimana berikut ini

1. Nu’aim bin Hammad


Dia seorang perowi yang Dho’if (lemah),

An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang yang Dho’if (lemah).” (Lihat Adh-Dhu’afa wa Al-Matrukin, karya An-Nasa’i I/101 no.589)

Abu Daud berkata: “Nu’aim bin Hammad meriwayatkan dua puluh hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam yang tidak mempunyai dasar sanad (sumber asli, pent).”

Imam Al-Azdi mengatakan: “Dia termasuk orang yang memalsukan hadits dalam membela As-Sunnah, dan membuat kisah-kisah palsu tentang keburukan An-Nu’man (maksudnya, Abu Hanifah, pent), yang semuanya itu adalah kedustaan.” (Lihat Mizan Al-I’tidal karya imam Adz-Dzahabi IV/267).

Imam Adz-Dzahabi berkata tentangnya: “Tidak boleh bagi siapa pun berhujjah dengannya, dan ia telah menyusun kitab Al-Fitan, dan menyebutkan di dalamnya keanehan-keanehan dan kemungkaran-kemungkaran.” (Lihat As-Siyar A’lam An-Nubala X/609).

2. Ibnu Lahi’ah (Abdullah bin Lahi’ah).


Dia seorang perowi yang Dho’if (lemah), karena mengalami kekacauan dalam hafalannya setelah kitab-kitab haditsnya terbakar.

An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang yang Dho’if (lemah).” (Lihat Adh-Dhu’afa wa Al-Matrukin, karya An-Nasa’i I/64 no.346)

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata: “Dia mengalami kekacauan di dalam hafalannya setelah kitab-kitab haditsnya terbakar.” (Lihat Taqrib At-Tahdzib I/319 no.3563).

3. Abdul Wahhab bin Husain.


Dia seorang perowi yang majhul (tidak dikenal).

Al-Hakim berkata tentangnya: “Dia seorang perowi yang Majhul (tidak jelas jati dirinya dan kredibilitasnya).” (Lihat Al-Mustadrak No. 8590)

Imam Adz-Dzahabi berkata di dalam At-Talkhish: “Dia mempunyai riwayat hadits palsu.” (Lihat Lisan Al-Mizan, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani II/139).

4. Muhammad bin Tsabit Al-Bunani.


Dia seorang perowi yang Dho’if (lemah dalam periwayatan hadits) sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu hajar Al-Asqolani, Ibnu Hibban dan An-Nasa’i.

An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang yang Dho’if (lemah).”

Yahya bin Ma’in berkata: “Dia seorang perowi yang tidak ada apa-apanya.” (Lihat Al-Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal, karya Ibnu ‘Adi VI/136 no.1638).

Ibnu Hibban berkata: “Tidak boleh berhujjah dengannya, dan tidak boleh pula meriwayatkan darinya.” (Lihat Al-Majruhin, karya Ibnu Hibban II/252 no.928).

Imam Al-Azdi berkata: “Dia seorang yang gugur riwayatnya.” (Lihat Tahdzib At-Tahdzib, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani IX/72 no.104)

5. Al-Harits bin Abdullah Al-A’war Al-Hamdani.


Dia seorang perowi pendusta, sebagaimana dinyatakan oleh imam Asy-Sya’bi, Abu Hatim dan Ibnu Al-Madini.

An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia bukan seorang perowi yang kuat (hafalannya, pent).” (Lihat Al-Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal, karya Ibnu ‘Adi II/186 no.370).

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata tentangnya: “Imam Asy-Sya’bi telah mendustakan pendapat akalnya, dan dia juga dituduh menganut paham/madzhab Rofidhoh (syi’ah), dan di dalam haditsnya terdapat suatu kelemahan.” (Lihat Taqrib At-Tahdzib I/146 no.1029).

Ali bin Al-Madini berkata: “Dia seorang pendusta.”

Abu Hatim Ar-Rozi berkata: “Dia tidak dapat dijadikan hujjah.” (Siyar A’lam An-Nubala’, karya imam Adz-Dzahabi IV/152 no.54)

PERKATAAN PARA ULAMA TENTANG HADITS INI:


Al-Uqoily rahimahullah berkata: “Hadits ini tidak memiliki dasar dari hadits yang diriwayatkan oleh perowi yang tsiqoh (terpercaya), atau dari jalan yang tsabit (kuat dan benar adanya).” (Lihat Adh-Dhu’afa Al-Kabir III/52).

Ibnul jauzi rahimahullah berkata: “Hadits ini dipalsukan atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Lihat Al-Maudhu’aat III/191).

Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: “Hadits ini Palsu (Maudhu’). Dikeluarkan oleh Nu’aim bin Hammad dalam kitab Al-Fitan.” Dan beliau menyebutkan beberapa riwayat dalam masalah ini dari Abu Hurairah dan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhuma. (Lihat Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah wa Al-Maudhu’ah no.6178, 6179).

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Hadits ini tidak mempunyai dasar yang benar, bahkan ini adalah hadits yang batil dan dusta.” (Lihat Majmu’ Fatawa Bin Baz XXVI/339-341).

KESIMPULAN:


Dengan demikian, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hadits ini adalah hadits Maudhu’ (Palsu). Tidak boleh diyakini sebagai kebenaran, dan tidak boleh dinisbatkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Karena disamping sanad hadits ini tidak ada yg dapat diterima sebagai hujjah, juga realita telah mendustakannya. Sebab telah berlalu tahun-tahun yang banyak dan telah terjadi berulang kali hari Jumat yang bertepatan dengan tanggal lima belas (pertengahan) bulan Romadhon, namun kenyataannya tidak pernah terjadi sebagaimana berita yang terkandung di dalam hadits ini. (Alhamdulillah).

Oleh karena itu, kita dilarang keras menyebarluaskannya kepada orang lain baik melalui media cetak, maupun elektronik, atau dalam obrolan dan khutbah kecuali dalam rangka menjelaskan sisi kelemahan, kepalsuan, dan kebatilannya, serta bertujuan untuk memperingatkan umat darinya.

Jika kita telah melakukan ini, berarti kita telah bebas dan selamat dari ancaman keras Nabi shallallahu alaihi wasallam, yaitu berupa masuk neraka bagi siapa saja yang sengaja berdusta atas nama beliau, baik dengan tujuan menjelekkan Nabi shallallahu alaihi wasallam dan ajarannya, atau dalam rangka membela Nabi dan memotivasi kaum muslimin untuk bersemangat dalam beribadah kepada Allah.
Andre Tauladan | Abu Fawaz

Minggu, 05 Agustus 2012

Blind Imam, Subhanallah

Subhan'Allah, do you know what this is picture of? It is a man leading prayer reading a Quran based off of braille for those that are blind! Indeed, some people may not be able to see with their eyes (like this man), but how many of us are blind when it comes to our hearts! This is truly a man who can see, ma'sha'Allah!

[And for those who are quick to complain, let us respect the fact that there is a legitimate and acceptable difference of opinion when it comes to reading out of the Quran when it comes to non-obligatory prayers (like the Taraweeh) and remember, "Let him who believes in Allah and the Last Day speak good, or keep silent."]

Allahu Akbar!


Andre Tauladan |  ♥ I Need Allah In My Life ♥

 

Kamis, 02 Agustus 2012

Niat si gadis kecil

Assalaamu'alaikum.
Nggak banyak yang bisa saya jelaskan tentang gambar di bawah ini. Rasanya keterangan yang ada di gambar ini sudah cukup untuk bisa menjelaskan apa, siapa, dan sedang apa mereka. Seorang gadis kecil yang sudah meniatkan untuk membayar zakat dari tabungannya sejak masih kelas 1 SD. Benar-benar inspiring.

Tentang kebenaran gambar ini, wallahu 'alam.
Andre Tauladan | Key to the Treasures of Jannah

About Me

Andre Tauladan adalah blog untuk berbagi informasi umum. Terkadang di sini membahas topik agama, politik, sosial, pendidikan, atau teknologi. Selain Andre Tauladan, ada juga blog khusus untuk berbagi seputar kehidupan saya di Jurnalnya Andre, dan blog khusus untuk copas yaitu di Kumpulan Tulisan.

Streaming Radio Ahlussunnah

Today's Story

Dari setiap kejadian di akhir zaman, akan semakin nampak mana orang-orang yang lurus dan mana yang menyimpang. Akan terlihat pula mana orang mu'min dan mana yang munafiq. Mana yang memiliki permusuhan dengan orang kafir dan mana yang berkasihsayang dengan mereka.
© Andre Tauladan All rights reserved | Theme Designed by Seo Blogger Templates